webnovel

Sudah Cukup

"Cukup Mami. Sudah cukup rasa iri kamu terhadap Tante Adelia maupun terhadap Xena. Jangan diteruskan lagi Mami, aku cape mendengarnya", teriak Lily.

Sebelumnya Yuni berusaha membujuk Lily agar meminta lebih kepada mertuanya karena Xena mendapatkan yang lebih baik dari Lily.

"Lily, Xena mendapatkan blue sapphire yang lebih mahal dari berlian kamu. Xena mendapatkan kavling tanah di tempat yang lebih mahal dari rumahmu", ujar Yuni.

"Lantas kenapa? Itu sudah rejeki Xena. Aku mendapatkan rejeki aku sendiri yang telah Tuhan gariskan untukku", ujar Lily.

"Asal Mami tau, Xena mendapatkan Resort A di daerah A dari Daddy nya, Apakah aku harus meminta hal yang sama dari Papi?", tanya Lily.

"Kan papi kamu tidak punya kekayaan yang sama seperti Nathan", jawab Yuni gugup.

"So Mami, aku tidak boleh meminta dari Papi aku tapi Mami menyuruh aku meminta dari Papi mertuaku, apakah itu tidak memalukan?", tanya Lily ketus.

"Papi mertua kamu orang kaya Lily", ujar Yuni lagi.

"Lantas kenapa? Itu sudah rejekinya Papi mertua aku, rejekinya Mami Wendy dan anak-anaknya bukan rejeki aku. Rejeki aku adalah pemberian dari Tuhan lewat suami aku Anthony. Jadi aku akan selalu mensyukuri apapun yang menjadi rejeki aku. Seperti yang selalu Tante Adelia ajarkan kepada Xena dan kepadaku", ujar Lily.

"Kamu susah diatur Lily", ujar Yuni kesal.

"Mami, cukup. Jangan pelihara lagi penyakit iri hatimu. Aku ingin bahagia dengan selalu mensyukuri semua pemberian Tuhan untukku", ujar Lily memelas.

"Baiklah terserah kamu saja. Kalau menyesal nanti, jangan menangis mengadu kepada Mami", ujar Yuni ketus.

"Aku tidak akan pernah menyesal Mami. Aku memiliki orang-orang yang mencintaiku dengan tulus, yang tidak meracuniku dengan kehendaknya. Aku tidak akan menangis kepadamu Mami", ujar Lily tegas.

Yuni kemudian keluar dari kamar Lily, meninggalkan putrinya sendiri. Yuni kesal karena putri kandungnya sendiri bahkan membela Adelia dan Xena. Andika yang baru pulang bekerja melihat istrinya yang sedang di tekuk mukanya didalam kamar.

"Kenapa lagi?", tanya Andika lembut.

"Itu anakmu susah dikasih taunya. Si Xena dikasih lebih sama mertuanya tapi Lily sama sekali ngga marah. Aku kan jadi sebel", ujar Yuni kesal.

"Loh kenapa kamu yang sebel. Lily berbeda dengan kamu Yuni. Lily selalu bisa bersyukur dengan apapun yang ia miliki, sedangkan kamu selalu melihat ke arah Adelia. Apapun milik Adelia, kamu ingin miliki. Kamu juga harusnya lihat kemampuan suamimu juga dong", ujar Andika menasehati.

"Akh kamu, aku kan seperti ini biar kita tidak malu bergaul dengan kawan-kawan kamu juga yang notabene para CEO perusahaan besar", ujar Yuni.

"Untuk apa bergaul kalau hanya untuk saling pamer. Seingat aku, kawan-kawan kita ngga ada yang saling pamer kekayaan. Bahkan Adel sama Nathan, mana pernah mereka pamer kekayaan mereka, padahal mereka jelas-jelas konglomerat yang hartanya tak akan habis tujuh turunan", ujar Andika sambil duduk di pinggir tempat tidur nya.

"Aku malu kalau sampai dibilang engga punya apa yang mereka punya", ujar Yuni membela diri.

"Sekarang aku tanya, siapa yang pernah tanya kamu, apa kamu Uda punya yang mereka punya?", tanya Andika.

"Engga ada si", ujar Yuni pelan.

"Lantas, kenapa kamu risau. Sudah cukup Yuni, rubah point of view kamu. Jangan lagi melihat apa yang orang punya, jadilah diri kamu sendiri, jadilah diri Yuni yang aku cintai, yang sederhana dan mandiri", ujar Andika sambil merangkul istrinya erat.

"Bebaskan diri kamu dari penyakit iri hati. Bersyukur atas apa yang kita punya", nasehat Andika lagi.

"Kamu bisa kok berubah, kamu adalah Yuni-ku, Yuni yang pernah menjadi sahabat Adelia. Yang sederhana dan mandiri", ujar Andika sambil tersenyum.

"Adelia memang sahabat aku, yang selalu membantu aku dan selalu tersenyum disaat aku menangis. Dia bahkan yang mempertemukan kita ya. Kenapa aku begitu picik pada dia dan keluarganya. Aku bahkan sampai ingin membuat Lily memusuhi Xena", ujar Yuni mulai menangis.

"Jadi sayang, hilangkan rasa iri dihati kamu. bersyukurlah dan terima apapun yang diberikan Tuhan untuk kita", ujar Andika sambil memeluk erat Yuni.

Andika melihat tajam ke arah Yuni sambil tersenyum. Yuni menangguk lemah, dia bertekad untuk merubah dirinya menjadi Yuni yang dulu yang sederhana dan yang mandiri.

"Terima kasih ya telah menyadarkan aku", ujar Yuni pelan.

"Aku suamimu, kalau bukan aku yang mengingatkan mu siapa lagi', ujar Andika pelan sambil mencium kening Yuni. Yuni lalu melepaskan pelukannya dan kemudian ia berjalan keluar.

"Mau kemana?", tanya Andika.

"Aku harus minta maaf sama Lily", ujar Yuni lalu berjalan ke kamar anaknya.

Tak lama terdengar suara Isak tangis dari kamar Lily, keduanya saling berpelukan saling meminta maaf. Semoga rasa iri dihati Yuni meluntur terbawa air mata haru yang ia tumpahkan saat ini dalam pelukan dengan Lily.

Hari Sabtu merupakan hari perpindahan Lily dan Anthony ke rumah baru. Hari Senin Anthony akan mulai bekerja di Lexi Group sebagai Vice Presdir PT. Lexi Group. Setidaknya pekerjaan Prasetya agak mulai lebih ringan dari sebelumnya. Agung Bismarck, Wendy Bismarck dan Viola Bismarck telah kembali ke kota mereka semalam karena ada urusan yang harus segera diselesaikan oleh Agung secepatnya.

Minggu Pagi, Xena dan Pras datang ke rumah baru Lily dan Anthony.

"Wah pengantin baru gimana tinggal di rumah baru?", ujar Xena ketika ia turun dari mobil menegur Lily yang sedang sarapan pagi di depan teras rumahnya.

"Hai Cantik. Seneng si tinggal di rumah sendiri cuma sepi, biasa ada mami papi sekarang cuma lihat orang ganteng ini aja", ujar Lily sambil memeluk Xena.

"Bentar lagi kalian sudah kaya Teletubbies ya", celetuk Pras. Xena melepaskan pelukannya dan melihat ke arah suaminya tajam, Pras lalu mencium bibir Xena cepat.

"Jangan marah sayang", ujar Pras.

"Mau aku hukum lagi?", ujar Xena kesal.

"Hukum aja Xena. Jangan kasih ampun", ujar Lily cuek.

"Wah cari gara-gara ni ama gw. Mau laki loe gw kasih lembur yang banyak?", ancam Pras.

"Idih main ancaman", ujar Lily. Lily lalu masuk ke dalam rumah menuju ke arah dapur untuk membuatkan minuman.

Anthony tetap cuek sambil meminum kopinya. Pras lalu duduk di kursi depan mereka demikian juga Xena.

"Anthony your office will be on the 10th floor of Lexi Office. Don't be late on your first day tomorrow", ujar Pras mengingat.

"Iya, aku akan berusaha datang lebih pagi besok. Oh ya Lily, apa pelayan yang dari Mami kamu jadi datang hari ini? Lumayan kan sekalian temanin kamu kalau di rumah", ujar Anthony.

"Iya harusnya jadi kok hari ini. Sore kata mami", ujar Lily sambil menaruh secangkir kopi dan teh untuk Xena dan Pras.

Ada telepon masuk ke HP Xena dari Xavier dan tentu saja Xena sangat semangat menerimanya.

"Hai kak Xavier, aku kangen kakak dan kak Luna. Kapan kalian pulang. Hah benarkah? Seriously", jerit Xena senang.

"Jadi kak Luna sudah hamil? berapa minggu? 2 Minggu? Syukurlah, terimakasih Tuhan. Iya, take your time Kak. Pulanglah kalau dokter sudah mengijinkan. Iya kak, tenang saja kerjaan kamu sudah dikerjakan oleh kak Pras kok. Iya. Kamu Uda telepon Mommy? Pasti Mommy bakalan seneng dengernya. Telepon dia ya kak. Aku yang telepon Daddy. Daddy kemarin dinas keluar kota. Oke kak. Hati-hati ya. Berikan ciuman terbesar ku dan Little Bean buat kak Luna ya. Semangat ya. Love U kak", ujar Xena girang sekali.

"Xavier berhasil buat Luna hamil?", tanya Pras.

"Iya kak, terapi hormon kak Luna berhasil. Ternyata dia belum terlalu parah jadi masih bisa disembuhkan. Dia hamil sudah 2 Minggu, Dokter bilang untuk jaga-jaga agar kak Xavier dan kak Luna pulang kalau kehamilan nya sudah masuk 4-5 Minggu. Kak Xavier bilang aku orang pertama yang ia kabarin. Dia baru mau telepon Mommy. Aku telepon Daddy dulu ya", ujar Xena.

"Om Nathan kemana Xena?", tanya Anthony.

"Ke Surabaya, ke kantor cabang WD. Om Alex buat masalah kecil jadinya Daddy mau lihat seberapa parah masalah nya", ujar Xena sambil menekan angka 1 di HP nya yang langsung terhubung ke nomor telepon Nathan Utomo.

"Hai Daddy. Aku kangen Daddy, Daddy kapan pulang?. Iya kangen banget. Kalau Daddy pulang, aku tidur di rumah Daddy. Asyik bawain ya almond cookies. Aku mau. Eh iya, Kak Xavier barusan telepon aku, bilang kalau kak Luna terapinya berhasil. Dia hamil 2 Minggu, mereka baru bisa pulang saat kehamilan kak Luna masuk ke 4-5 Minggu. Iya beneran Daddy, masa aku becanda si. Iya. Ya Uda ya, Aku lagi di rumah Lily. Nanti kalau aku ketemu Mommy aku telepon Daddy lagi. Love U dad", ujar Xena sambil mengakhiri pembicaraan mereka. Xena lalu bangun dan memeluk Pras yang sedang duduk disebelah.

"Aku seneng banget sayang", ujar Xena. Pras lalu menarik tangan istrinya dan kemudian mendudukkan nya diatas pangkuannya. Pras memeluk tubuh Xena yang ada dipangkuannya erat.

"Seneng banget ya?", tanya Pras sambil tersenyum menatap mata indah Xena.

"Banget sayang", ujar Xena.

"Kita ke panti asuhan ya pulangnya, sebagai ucapan terimakasih pada Tuhan untuk semuanya. Biar aku, Lily dan kak Luna bisa menjalankan kehamilan ini tanpa ada halangan apapun dan dilancarkan saat melahirkan", ujar Xena lagi.

"Aamiiin", ucap serempak Pras, Anthony dan Lily. Semoga mereka semua selalu diliputi kebahagian dalam hidup mereka

Alhamdulillah ini akan menjadi bab terakhir saya untuk menceritakan tentang Keluarga Nathan Utomo

Terimakasih saya ucapkan untuk semua dukunganyang diberikan kepada saya, mohon maaf bila ternyata novel ini kurang menghibur.

After All, Thank U so much for your support and love U all

Dewi_Chairuddincreators' thoughts