webnovel

Saatnya Pembalasan

Jam menunjukkan pukul 9.15 saat Michael dan William mengeluarkan alat pemanggang dari mobil Pras. Mereka sedang mengeluarkan arang saat Xena mendekati Luna duduk di teras.

Pras sedang berdiskusi dengan Xavier apa yang akan mereka lakukan nanti. Viola menempel erat pada Xena seakan enggan melepaskan tangan Xena sementara Xena dengan kasih sayang tulus menggenggam erat tangan Viola.

"Hei Uda jadi bara nya belum?", teriak Adriana.

"Sebentar lagi. Bawel", ujar Michael.

Lily dan Riri bersama keluar membawa nampan daging dan ikan yang sudah diberikan bumbu untuk bahan olahan mereka sebentar lagi. Wilma membawa keluar sayuran untuk lalapan dan sambal. Wilma paling mahir membuat sambal sehingga itu selalu menjadi tugas rutinnya bila group Receh berkumpul.

"Astaga, gw baru liat cowok-cowok yang jadi bos berdiskusi seperti itu. Sumpah sexy banget", ujar Wilma pelan kepada Xena sambil melirik ke arah Xavier dan Pras.

Xena hanya melihat sebentar ke arah Pras suaminya dan ia memang mengakui, pancaran aura seorang CEO terlihat jelas padanya demikian juga Xavier.

"Hei laki orang tuh jangan sampe ngiler gitu juga kale Wilma", tegur Adriana yang tiba-tiba menepuk pundak Wilma.

"Loe ngga lihat pemandangan indah gitu. Pantai disitu kalah sama pemandangan dua CEO itu", kata Wilma sambil matanya tak berkedip memandang Pras dan Xavier. Xavier yang merasa dipandangi menoleh ke arah Wilma.

"Ada apa Wilma?", tegur Xavier.

"Akh ngga ada apa-apa kak. Eh Willy, Michael Uda siap belum?", gugup Wilma menjawab dan mencoba mengalihkan.

Xavier tersenyum ke arah Luna yang juga ternyata sedang memperhatikannya. Luna memonyongkan bibirnya seperti orang akan mengkiss seseorang. Xavier hanya tersenyum melihatnya. Lalu kembali dia berdiskusi dengan Pras lagi.

Wilma mendekati William dan Michael sambil membawa nampan ikan, lalu Michael mengambil satu ekor ikan dan coba untuk di bakarnya. Asap mulai mengepul dari panggangan dan mengeluarkan harum wangi masakan. Sebentar kemudian mereka mulai sibuk dengan aktivitas manggang memanggang mereka. Viola melepaskan pegangan dengan Xena lalu mendekati Anthony yang sedang berdiri dekat Michael dan William yang sedang memanggang. Xena bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Pras dan kembali duduk di pangkuannya.

"Kak, aku bisa bantu kak Luna melepaskan kemarahannya kepada Wahyu dan Deffy, apa kalian mau bantu?", ujar Xena tersenyum licik.

"Tentu saja. Aku pasti bantu", ujar Xavier tegas.

"Ayo ikut aku, ajak kak Luna kak", ujar Xena lalu menarik tangan Pras.

Xena berjalan dengan melingkarkan tangannya ke lengan Pras diikuti Xavier yang menggandeng Luna. Teman-teman Xena hanya memandang sesaat tanpa berkata apapun, dan Viola yang telah disibukkan dengan aktivitas manggang memanggang melupakan keinginannya mengikuti Xena.

Mereka berempat berjalan menuju ke arah Mess karyawan yang terletak di pojok dari Resort. Ada beberapa security mendekati mereka dengan hormat. Saat mereka sudah berada di depan Mess, Xena bertanya pada seorang security.

"Yang mana mess pak Wahyu pak? Boleh panggilan ia keluar", ujar Xena ramah.

Security itu langsung menuju salah satu pintu Mess lalu mengetuknya dan tak lama keluar Deffy dengan muka marah.

"Mau apa mang Ujang. Hari libur, bapak ngga boleh diganggu", hardiknya.

"Walaupun yang ganggu pemilik Resort ini?", tanya Xena ketus yang menggandeng lengan Pras mendekati.

Muka Deffy langsung pucat pasi, tanpa berkata ia langsung masuk ke dalam dan tak lama datang Wahyu terburu-buru sambil menggendong seorang balita.

"Selamat Pagi Bu Xena, Pak Xavier, Pak Prasetya dan Bu Luna, Apakah ada yg bisa saya bantu", ujar Wahyu sambil menurunkan anak yang ia gendong ke lantai yang langsung bersembunyi dibelakang kakinya.

Xena lalu melepaskan tangannya dari lengan Pras kemudian berjalan sampai ke pintu Mess Wahyu dan di depan pintu dia melongok ke dalam Mess, ia melihat kalau di Mess yang terdiri dari tiga petak itu terlihat perabot rumah yang terbilang lengkap.

"Siapa saja yang tinggal di Mess?", tanya Xena.

"Sebagian orang yang bekerja di Resort ini Bu", ujar Wahyu.

"Atas kriteria apa yang bisa tinggal di Mess?", tanya Xena yang membuat pucat muka Wahyu.

"Itu....Atas kriteria pemilik Resort yang lalu Bu", ujar Wahyu gugup.

"Ok berarti atas kriteria pemilik ya. Sekarang karena pemilik sudah berganti, berarti ini berdasarkan keputusan saya dong sekarang ya", ujar Xena halus namun sangat tajam terdengar ditelinga. Para penghuni Mess yang lain keluar dari kamarnya menghampiri Xena dengan hormat.

"Selamat Pagi Bu Xena", sapa semuanya.

"Pagi. Jadi pak Wahyu, Resort A ini sekarang owner nya adalah saya tetapi Resort ini akan dikelola oleh WD Group jadi saya minta semua karyawan bagian Administrasi dan Accounting yang menggunakan komputer di kantor agar berada di kantor hari ini tepat jam 10 karena Vice Presdir WD Group pak Xavier akan dibantu suami saya pak Prasetya akan mensetting komputer kalian masing-masing. Setiap orang akan mempunyai password nya masing-masing jadi jangan pernah berikan password kalian kepada orang lain. Bila terjadi kesalahan akan dicari darimana kesalahan itu berasal dan orang yang memegang komputer itu akan bertanggungjawab. Jadi berhati-hatilah karena dalam sebulan ini kami akan mengaudit semua pekerjaan", ujar Xena tegas.

Wahyu dan Deffy tampak kelihatan makin memucat, Pras dan Xavier yang melihat dapat menangkap kegugupan mereka.

"Oh iya satu lagi. Saya akan menentukan kriteria yang bisa menggunakan Mess ini. Seharusnya yang menggunakan Mess ini adalah karyawan yang mendapatkan gaji UMP daerah ini bukan para pejabat yang saya rasa sudah bisa memiliki rumah sendiri kan", sindir Xena tajam yang jelas-jelas kepada Wahyu dan Deffy.

Terdengar ada suara tawa tertahan, sepertinya ada beberapa orang yang mengerti maksud ucapan Xena dan Xena hanya tersenyum memandang ke arah mereka.

"Kak Luna apa kamu mau tinggal di Mess seperti ini dan menjadi Pelakor? Ini hanya seukuran kamar mandi pembantu loh di rumah yang akan kamu tempati dengan kakak ku", ujar Xena makin menyindir.

"Untuk apa aku membuang Apel Washington untuk ditukar dengan kesemek busuk Xena? Apakah aku sudah segila itu?", jawab ketus Luna yang membuat tawa tertahan terdengar lagi.

Xavier memeluk Luna dengan mesranya dan mencium sisi kening Luna di depan semua orang yang amat kagum melihat mereka berdua. Terselip kecemburuan dihati Wahyu melihatnya dan iri hati di hati Deffy.

"Oh iya Deffy, Wahyu, aku sangat berterimakasih pada kalian berdua karena kalau bukan karena kalian berdua aku ngga mungkin pergi ke kota dan bertemu dengan Xavier. Sebentar lagi kalian harus memanggilku dengan sebutan Luna Utomo, Nyonya dari Vice Presdir WD Group karena kami akan menikah dan Deffy, kamu bisa menyimpan kesemek busuknya baik-baik karena kamu justru memberikanku Apel Washington untuk menggantikannya", ujar Luna sambil berbalik dan menggandeng Xavier dengan mesranya berjalan kembali ke arah Villa diikuti Xena yang menggandeng Pras.

Ada terdengar sedikit tawa mengejek dibelakang mereka yang ditujukan ke pasangan Wahyu dan Deffy yang sudah dipermalukan dengan baik di depan semua orang.

Deffy langsung masuk dan mengurung dirinya di kamar Mess sementara Wahyu walaupun berat dia bersiap-siap untuk segera ke kantor administrasi mempersiapkan yang diinginkan para Vice Presdir WD Group, demikian juga para karyawan yang bekerja dengan menggunakan komputer bersiap-siap segera mendatangi kantor administrasi di depan resort.