webnovel

Nama Cantik untuk Si Putri Kecil

"Xeenaaaa", teriak Delon di pintu masuk ruang perawatan saat melihat wajah pucat sahabat nya.

"Xena kamu engga apa-apa kan? Aku khawatir banget begitu dengar kamu pingsan semalam dari Papi", ujar Delon cemas sambil mendekati tempat tidur Xena dan memegang tangan Xena erat.

"Ngga apa-apa Delon. Anak gw mau lahir tanggalnya sama kaya bapaknya", ujar Xena tersenyum.

"Oh kamu sudah melahirkan? Bukannya belum 9 bulan ya?", tanya Madeline yang daritadi hanya diam memperhatikan.

"Iya kak Madeline, semalam ketuban ku keburu keluar semua jadinya mau ngga mau baby nya harus dipaksa keluar", ujar Xena tersenyum.

Pras keluar dari toilet.

"Gw kira siapa yang datang, ngga taunya si biang rusuh", ujar Pras sambil berjalan mendekati Xena yang tersenyum padanya.

Delon buru-buru melepaskan pegangannya saat melihat mata melotot Pras.

"Gw khawatir banget Xena. Semalam papi pulang cerita kalau loe pingsan saat acara berlangsung. Coba gw hadir, tapi kemaren gw lagi UTS makanya ngga bisa datang ke pesta si bos", ujar Delon.

"Tenang aja Delon, loe cuma bertambah keponakan aja 1 orang lagi. Cuma baby gw masih dalam inkubator jadi ngga boleh dilihat sembarang", ujar Xena yang tersenyum saat Pras mencium kening nya.

"Duduklah kalian. Maaf belum sempat beli apa-apa jadi ngga ada yang bisa disuguhkan", ujar Pras tersenyum.

"Selamat Ulang Tahun ya Pras", ujar Madeline mengulurkan tangannya dan Pras menyambutnya hangat.

"Oh iya, HBD ya bos", ujar Delon juga sambil mengulurkan tangannya.

"Terimakasih ya", ujar Pras menyambut uluran tangan Delon.

Madeline lalu duduk di sofa dan Delon duduk di sampingnya.

"Group Receh belum kesini?", tanya Delon.

"Belum. Ngga apa-apa lah, Lily juga baru lahiran, hebat dia lahiran normal. Adriana lagi hamil besar pasti sama kak Xavier disuruh banyak istirahat dan Wilma lagi sibuk persiapan ujian Skripsi. Wilma mau nyusul biar bisa wisuda bareng", ujar Xena.

"Eh iya, bulan depan ya kamu wisuda sayang? Baju Toga nya kapan di ambil?", tanya Pras.

"Harusnya si besok sayang. Aduh gimana ya", ujar Xena kebingungan.

"Nanti gw yang ambil Xena. Ntar gw anterin ke rumah loe", ujar Delon.

"Thanks ya Delon", ujar Xena lembut.

"Emang loe bisa ambil?", tanya Pras tak percaya.

"Bisa bos. Kan Sekretariat FE kenal gw sohibnya Xena. Pasti mereka kasih kalau gw bilang Xena masih di RS", ujar Delon ceria.

"Iya aja deh ya. Tapi nanti gw hubungi pak Nico juga biar kasih Toga Xena ke elo", ujar Pras.

"Siap", ujar Delon ceria.

"Maaf ya kita ke sini ngga bawa apa-apa", ujar Madeline santun.

"Isssh kak Madeline. Ditengokin aja aku uda seneng kok. Jadi kapan ni rencana kalian? Mommy bilang kemaren orang tua kalian sudah bertemu ya?", goda Xena.

Pras duduk dipinggir tempat tidur istrinya sambil tangannya merangkul bahu Xena dan menjadikan tangannya sandaran kepala Xena.

"Doakan saja secepatnya. Kan gw harus kerja dulu. Tuh ngga lihat si Bos uda nanya mulu kapan gw masuk kerja", ujar Delon sambil memonyongkan bibirnya menunjuk ke arah Pras.

"Ya kalo kelamaan ntar bisa keisi sama yang lain loe. Karena loe sohib Xena aja gw biarkan kosong dulu tuh jabatan buat loe", ujar Pras sedikit sewot.

"Terimakasih banyak ya bos. Gw usahakan semester ini terakhir kok bos. Skripsi kan bisa sambil kerja nanti", ujar Delon tersenyum.

"Makanya semangat ya Delon. Gw yakin loe bisa kok", ujar Xena.

Pras menatap wajah istrinya yang tersenyum ceria dan ia lalu mencium pelipis Xena lembut. Xena menengok ke arah Pras dan tersenyum lalu menyentuh pipi Pras lembut.

"Maafkan aku ya kemaren uda buat kamu senewen seharian", ujar Xena.

"Akh sayang, kamu ngga tau gimana aku sangat kacau balau kemaren gara-gara kamu. Jangan nakal kaya gitu lagi ya", ujar Pras sambil mencubit pelan hidung Xena.

"Madeline, kita pulang yuk daripada iri sama dua orang ini", ajak Delon sinis.

"Iya kita ngga dianggap. Yuk sayang, kita pulang aja", ujar Madeline sambil menggandeng tangan Delon.

Xena dan Pras hanya nyengir mendengar ucapan mereka. Madeline lalu mencium pipi Xena dan tersenyum pada Pras. Delon menyentuh tangan Xena lalu menjabat tangan Pras, kemudian keduanya keluar dari ruang perawatan Xena.

"Sayang, anak kita cukup tiga aja ya. Aku benar-benar ngga sanggup kalau harus cemas seperti semalam lagi", ujar Pras lembut.

"Ya terserah Tuhan kak mau kasih kita berapa anak. Yang penting kita berdua harus menjaga anak-anak kita sampai mereka bisa berdiri dengan kaki mereka sendiri ya sayang", ujar Xena.

"Tapi aku takut banget semalam, aku takut kehilanganmu. Rasanya duniaku runtuh saat melihat kamu tergolek lemah seperti semalam. Sekarang pun aku masih cemas melihat muka kamu yang masih pucat. Cukup tiga aja anak kita ya", ujar Pras sambil menatap bola mata coklat Xena, mata tegas milik Nathan yang mewaris ke Xena.

"Eh sayang, anakmu mau dikasih nama siapa? Kita belum sempat siapkan nama untuk putri mu", ujar Xena.

"Iya ya, aku juga baru nyadar, ternyata kita belum siapkan nama untuk putri kita. Tapi ada nama yang terlintas dipikiran aku. Alesha Shakila. Gimana Sayang?", tanya Pras.

"Bagus tuh. Alesha Shakila Bismarck akan menjadi nama Putri kita ya kak", ujar Xena.

Pras kembali mencium kening istrinya. "Istirahat ya sayang. Aku akan disini menunggumu, jadi tidur yang nyenyak ya sayang", ujar Pras lembut.

Xena memejamkan matanya, tubuhnya masih terasa lemah akibat semalam. Pras bangun dan menyelimuti tubuh istrinya dan kemudian Pras langsung duduk dikursi samping tempat tidur Xena sambil menggenggam tangan Xena erat. Pras begitu ketakutan semalam saat melihat tubuh istrinya yang lemah, dia merasa belum siap bila harus kehilangan orang yang amat dia cintai. Pras berulangkali mengucapkan syukur pada Tuhan yang masih memberinya kesempatan untuk bersama dengan Xena dan ketiga putra putrinya. Dia sangat bahagia teramat sangat bahagia.