webnovel

Memulai Kembali

Setelah melewati hari-harinya di Rumah Sakit, siang itu Prasetya bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya. Dia hanya duduk di Sofa sambil memperhatikan Xena yang sedang merapikan pakaiannya ke dalam koper.

"Kak, kamu mau pulang ke rumah kita atau mau ke rumah Papi?", tanya Xena tiba-tiba yang membuyarkan lamunan Prasetya.

"Aku ngga tau. Menurutmu?", balik Pras bertanya.

"Aku tau kamu masih belum mengingat aku dan anak-anak kak. Kami akan setia menunggumu untuk mengingat kami kembali kak. Kalau kamu ingin menyendiri, aku bisa mengantarkanmu ke rumah Papi. Kalau kamu mau bersama kami, kita pulang ke rumah kita", ujar Xena lembut.

Pras menatap Xena tajam dan ia tampak berpikir sebentar.

"Hmmm lebih baik aku ikut kamu saja. Aku ngga mau merepotkan Papi. Lagipula dengan bersamamu, aku merasa lebih nyaman. Semoga saja ingatanku cepat pulih agar aku bisa mengingat kalian lagi", ujar Pras tegas.

"Oke. Aku urus administrasi kepulanganmu dulu ya. Aku segera kembali", ujar Xena lalu keluar dari ruangan setelah melihat anggukan Pras.

"Ayo kak, urusan Rumah Sakit sudah beres. Kita pulang", ujar Xena lalu menggiring kopernya.

Pras bangun lalu berjalan keluar ruangan perawatan. Xena menggandeng lengan Pras dan Pras kaget saat merasakan ada tangan yang menggandeng lengannya. Xena lalu melepaskan genggaman tangannya dan tersenyum.

"Maaf kak, aku terbiasa menggandeng lenganmu kalau berjalan bersamamu", ujar Xena lembut.

Pras menggambil tangan Xena. "Engga apa-apa. Aku belum punya pacar kok", ujar Pras lembut.

Xena tersenyum geli dan ia kembali menggandeng lengan Pras.

"Ada apa? Kok kamu geli amat", tanya Pras bingung.

"Kamu mengingatkanku pada kata-katamu dulu waktu pertama kali aku menggandengmu. Saat itu kita sedang ada di Mall dan berencana akan makan malam. Aku menggandengmu lalu melepaskan lagi dan kamu mengatakan kata-kata tadi", ujar Xena menjelaskan.

"Benarkah? Lucu juga ya. Jujur saat ini aku masih belum mengingatmu, namun entah mengapa hatiku tak ingin jauh darimu", ujar Pras lembut sambil menyentuh tangan Xena yang ada dilengannya.

"Jangan terlalu dipaksa kak. Aku mengerti kok. Anak-anak juga sudah aku beritahu. Tapi aku mohon, kalau kamu ngga nyaman dengan anak-anak, tolong jangan kasari mereka ya", ujar Xena.

"Apakah aku pernah kasar dengan kalian?", tanya Pras.

"Ngga pernah kak. Kamu suami dan papa terbaik untuk kami. Aku hanya takut saja kalau kamu merasa tak nyaman dengan anak-anak. Raffa dan Mika selalu akrab denganmu. Mereka bisa selalu bermanja-manja denganmu. Alesha masih belum terlalu karena dia masih kecil. Oh iya, aku punya keponakan, Kirana namanya. Dia juga sangat akrab denganmu kak", ujar Xena menjelaskan.

Tanpa terasa langkah kaki mereka sudah sampai Lobby Rumah Sakit. Sepanjang perjalanan, Pras tampak menunjukkan wajah bingung karena hampir semua karyawan Rumah Sakit menyapanya ramah.

Mobil Vellfire berhenti di depan mereka, seorang pengawal membukakan pintu dan mengambil koper dari tangan Xena. Pras masuk ke dalam mobil diikuti Xena lalu mobil kemudian melaju menuju ke kawasan perumahan.

"Ramah sekali pelayanan di Rumah Sakit tadi", gumam Pras.

"Terang saja ramah, kamu owner Rumah Sakit itu kak. Rumah Sakit itu berada di bawah naungan Lexi Group, perusahaan milikmu yang kamu rintis sendiri", ujar Xena lembut.

"Aku punya perusahaan sendiri? Serius? Soalnya diingatanku, aku baru mau membuka perusahaan sendiri dan memang akan aku beri nama Lexi Group", ujar Pras takjub pada dirinya sendiri.

"Banyak yang kamu harus ingat kak. Pelan-pelan saja ya", ujar Xena.

"Xena, kita mulai semuanya kembali ya. Aku ingin mengingat semuanya kembali karena aku yakin kalau kamu orang terpenting dalam hidup ku", ujar Pras sambil membelai rambut Xena.

Xena mengangguk setuju dan kemudian mobil telah mencapai tujuannya. Pras keluar dari mobil dan memandang kagum pada rumahnya sendiri.

"Ini rumah kita? Serius?", tanya Pras kaget.

"Iya kak. Itu di depan rumah Daddy sama Mommy aku. Rumah ini kamu beli saat aku hamil si kembar. Kamu beberapa kali merenovasi rumah ini. Halaman belakangnya dibelikan Papi saat Anthony menikah dengan Lily. Ayo kak masuk, terik sekali matahari siang ini", ujar Xena menarik Pras untuk masuk ke dalam rumah. Rumah tampak sepi sekali.

"Anak-anak kemana mba?", tanya Xena pada seorang pelayannya.

"Tuan muda Raffa dan Mika ke sasana latihan Karate Nyonya. Nona muda Alesha sedang tidur siang dikamar Nyonya", jawab pelayan itu yang lalu mengambil koper yang disodorkan Xena untuk dibawa ke belakang. Pras mengikuti langkah Xena memasuki kamar mereka.

"Kak kamu mau tidur sendiri di sini atau mau di paviliun?", tanya Xena.

"Kamu akan tidur dimana kalau tidak dikamar ini?", tanya Pras.

"Aku bisa tidur dikamar Raffa dan Mika bersama dengan Alesha", jawab Xena.

"Biar aku tidur di Paviliun aja. Tunjukan padaku dimana", ujar Pras.

"Sebentar ya kak. Aku lihat Alesha dulu. Eh sudah bangun anak mama. Halo cantik, mmmm anak mama sehat terus ya nak", ujar Xena sambil menggendong Alesha.

Saat Alesha melihat Pras, dia menyodorkan tangannya untuk meminta gendong dan Pras mengambilnya dari tangan Xena.

"Ayo kak, aku antar kamu ke Paviliun", ujar Xena lalu melangkahkan kakinya ke arah Paviliun. Xena membukakan pintu Paviliun yang bagian depannya terdiri dari kaca.

"Aku akan menyuruh pelayan memindahkan barangmu ke sini ya kak", ujar Xena lalu ia keluar dari Paviliun.

Beberapa saat kemudian pelayan tampak mondar mandir memasukkan barang-barang Pras ke Paviliun.

"Istirahat dulu ya kak. Ini ada snack untukmu. Kita biasanya makan malam jam 7 tapi kalau kamu lapar, kasih tau aku aja. Biar aku suruh pelayan siapkan untukmu. Ayo Alesha sama mama, biar papa istirahat dulu", ujar Xena mengambil Alesha dari gendongan Pras.

Pras hanya terdiam dan saat Xena keluar dari Paviliun, Pras lalu memasuki kamar di Paviliun kemudian menuju ke tempat tidur lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur kemudian terlelap.