webnovel

Makan Malam

"Selamat Malam pak Presdir dan pak Pras", sapa pak Made di muka pintu Villa.

"Hai pak Made, sudah lama tak ketemu, ayo mari masuk", ajak Xavier langsung menyalami Made dengan beberapa stafnya bergantian dengan Pras.

Xena yang melihat kedatangan mereka langsung ke dapur meminta pelayan menyiapkan minum untuk para staff WD Group Denpasar.

"Silakan duduk. Eh kebetulan, kami belum makan malam, ayo kita makan malam bersama. Ada rekomendasi tempat yang enak?", tanya Pras santai. Made duduk disebelah Rena yang sesekali melihat ke arah Pras ditemani oleh 3 orang staffnya.

"Ke rumah makan yang kemaren aja mau pak?", tanya Rena kepada Xavier.

"Boleh tuh, kita makan ke situ, tempatnya nyaman dan pilihan menunya juga banyak. Terutama Halal", ujar Xavier. Xena keluar bersama Adriana menyalami Made dan staffnya.

"Pak Made, ini Adriana calon istri saya. Kami rencananya akan menikah di Bali. Ini dadakan, tuh rencananya Nyonya muda ini", ujar Xavier sambil merangkul adiknya Xena dan kemudian dia berpindah merangkul Adriana.

"Wah selamat ya pak. Ada yang bisa kami bantu pak?", tanya Made sopan.

"Pak Made, resort yang kemaren bapak rekomendasi ke saya sudah dibooking kan pak? Ini cuma pesta keluarga inti dari Nathan Utomo aja kok pak jadi ngga begitu banyak orang", ujar Xena tersenyum.

"Sudah beres bu. Catering nya juga sudah siap Bu", ujar Made.

"Waduh pak Made sudah tau juga rupanya. Xena ....", gerutu Xavier.

"Aku cuma minta tolong booking doang kakak, semua aku yang kerjain kok. Lagian aku juga baru memastikan pagi ini setelah melihat rangkulan kalian, hahahaha", ujar Xena langsung berlari ke dalam pelukan Pras saat Xavier akan memeluknya.

"Hee bini gw mau di apain", herdik Pras.

"Bini loe Ade gw. Mau gw jitak juga sah sah aja", ujar Xavier meledek.

"Ngga bisa, enak aja. Dia Uda tanggung jawab gw, ngga ada yang boleh menyakiti dia sehelai rambutpun", ujar Pras melindungi istrinya.

Made dan para Staff hanya tersenyum melihat keakraban mereka sementara Rena memalingkan mukanya tidak mau melihat dengan berpura-pura melihat HP nya.

"Ayo, kita makan malam di restoran yang kemaren Rena, show us the way", ujar Xavier.

Akhirnya mereka semua masuk ke dalam mobil menuju ke arah restoran untuk makan malam. Sampai di Restoran, Raffa, Mika dan Kirana berlarian menuju ke kolam ikan yang ada di tengah Restoran.

"Hai ngga pada main air lagi ya. Tadi pagi sudah main air. Kalo masih nakal, papa hukum", ujar Pras tegas.

"Iya pa", jawab ketiga anak kecil itu riang.

Pras membuka tempat duduk untuk Xena dan kemudian dia duduk disamping istrinya, Xavier duduk disamping Pras dan diikuti oleh Adriana, sementara pak Made duduk di depan Xavier dan Rena duduk di depan Pras serta para Staff yang lain duduk dikanan kiri mereka.

Setelah memesan menu makanan, mereka berbicara seputar pekerjaan dan beberapa hal kecil dengan akrab. Rena masih suka mencuri pandang ke arah Pras dan Xena mulai curiga karena beberapa kali dia melihat saat Rena menatap Pras lama.

"Apa kamu mengenal Rena sebelumnya sayang?", bisik Xena ditelinga Pras agar tidak terdengar yang lain.

"Ngga", jawab Pras cuek lalu merangkul istrinya dan mencium sisi kening istrinya untuk mengurangi kegundahan hati Xena.

Rena tampak membuang muka dengan melihat ke arah lain. Raffa, Mika dan Kirana duduk dengan manis saat makan malam yang membuat semua orang memuji mereka.

"Anak-anak nya hebat Bu Xena. Tidak nakal", puji Made tulus.

"Pak Made belum tau aja sikap mereka kalau di rumah. Daddy aja sering teriak sama mereka bertiga ini. Sampai sekarang Daddy masih belum bisa bedakan mana Raffa dan mana Mika", ujar Xena sambil melihat si kembar yang tersenyum padanya.

"Memang mereka ada bedanya Bu, selain pakaian mereka, mereka ngga ada bedanya Bu buat saya, mirip banget", ujar Rena.

"Ada bedanya. Mommy aku aja Uda tau bedanya. Papanya dan Aku memang kami sudah terbiasa sama mereka jadi kami tau beda mereka", ujar Xena lembut.

"Sayang aku mau beli rokok sebentar ya di depan situ, tadi aku lihat ada mini market di depan", ujar Pras lalu bangun dan akan berjalan keluar.

"Belum berhenti ngerokok juga dia?", tanya Xavier kepada Xena.

"Susah kak, aku uda cape bilangin nya. Belakangan ini si makin ngurangin ngga kaya dulu waktu masih bujang", ujar Xena.

"Uda pernah dijahili belum rokok dia? Kasih jamu aja ujung rokoknya", ujar Xavier jahil.

"Aku pernah patahkan satu bungkus rokok nya, sekarang dia kadang ganti sama Vape, kan nyebelin", gerutu Xena.

"Susah sih kalau Uda kebiasaan", ujar Xavier.

Tak lama tampak Rena bangun dari duduknya pamit mau ke toilet katanya. Xena hanya melihat sepintas ke arah Rena dan Xena yakin kalau Rena pasti mengejar Pras keluar.

Benar saja, Rena memang keluar dari Restoran lalu menunggu Pras di dekat mobil. Saat Rena melihat Pras berjalan mendekat, Rena lalu menghadang jalan Pras.

"Maaf pak Pras, boleh saya bertanya sesuatu hal? Maaf kalau saya tak sopan menghadang bapak", ujar Rena. Pras terlihat tidak suka namun dia mengangguk.

"Apa bapak Lulusan dari Harvard University?", tanya Rena.

"Iya, saya SI di Harvard. Kenapa?", tanya Pras.

"Apa bapak punya teman namanya Ronald Gunawan? Yang telah meninggal beberapa tahun lalu?", tanya Rena lagi.

"Iya, saya teman sekamar Ronald. Kamu kenal dia? Kamu siapanya dia?", tanya Pras kaget.

"Aku adik kandung Ronald Gunawan, aku Rena Gunawan pak Pras. Bapak pernah berkunjung ke rumah kami saat kami masih tinggal di Luar Negeri", ujar Rena tersenyum.

"Rena? Kamu si kecil Rena? Astaga kamu ternyata sudah menjadi gadis ya. Berapa tahun kita tak jumpa, sekitar 8 tahun ya?", ujar Pras.

"Iya pak Pras, 8 tahun hampir 9 tahun. Saya kemarin waktu pertama kali lihat bapak sempat ragu, baru tadi pagi saya memastikan lagi kalau itu bapak, sahabat kakak saya. Saya jadi teringat kakak saya lagi jadinya tadi saya sempat menitikkan air mata mengingat kebodohannya yang meninggal karena OD", ujar Rena mulai menangis.

Pras hanya menepuk bahu Rena berusaha menenangkan namun saat Rena akan mendekati untuk memeluk, Pras mundur.

"Maaf Rena, yang sudah pergi jangan diingat lagi. Bagaimana kabar orang tuamu? Kok kamu bisa ada di Denpasar?", tanya Pras mengalihkan.

"Papa sudah tiada tak lama setelah kepergian kak Ronald dan Mama tinggal sama eyang di Surabaya. Aku mencari kerja di Surabaya tapi aku ditempatkan di Denpasar ini karena waktu itu yang ada lowongan di Denpasar ini", ujar Rena sambil mengusap air matanya. Ia memandang ke arah Pras dengan pandangan lembut.

"Ayo kita masuk, besok lagi kita bisa bercakap-cakap dengan Xena juga, dia pasti mau mendengarkan cerita mu" ujar Pras lalu berjalan masuk ke dalam restoran.

Xena mengerutkan keningnya saat melihat Pras masuk diikuti oleh Rena.

"Sayang, kamu tau ngga, ternyata Rena ini adiknya Ronald, teman aku yang pernah aku ceritakan yang telah meninggal beberapa tahun lalu", ujar Pras.

"Kamu tahu darimana?", tanya Xena.

"Itu Rena yang bilang. Aku dulu bertemu dia, dia masih berumur 12 tahun sekarang sudah gadis dan bekerja di WD Group Denpasar", ujar Pras.

"Oh... Kamu jadi beli rokok sayang?", tanya Xena saat melihat Pras tidak membawa apa-apa.

"Ngga, mini market nya tutup. Cepet banget, tadi kita masuk sini masih buka", ujar Pras.

"Baguslah, kamu juga baru sembuh sayang, jangan ngerokok dulu", ujar Xena lembut.

"Oh iya, pak Pras katanya kemaren di rawat ya pak? Sakit apa pak?", tanya Made.

"Wah beritanya cepat sekali menyebar. Biasa lah pak, suka telat makan, jadinya lambungnya luka dan kena Typus pula", ujar Pras.

"Heee bayar. Makan malam ini loe yang bayar, kan loe abis dapat deviden dari CAT", ujar Xavier cuek.

"Sayang, tuh disuruh bayar", ujar Pras tersenyum melihat ke arah Xena.

"Loh kok Xena yang disuruh bayar, gw nyuruh elo", ujar Xavier.

"Kan menteri keuangan gw adik loe, dia yang pegang semuanya", ujar Pras cuek.

"Tenang kak Pras. Aku bayar tapi nanti aku potong dari gaji dia bulan depan", ujar Xena cuek lalu berjalan ke arah kasir dan membayar semua tagihan.

Setelah selesai akhirnya mereka berpisah dengan rombongan Made dan Staff WD Group Denpasar. Pandangan Rena tak lepas memandang Pras dalam, namun Pras berusaha tidak mengacuhkan nya. Akhirnya Pras, Xena, Xavier dan Adriana berserta ketiga anak mereka kembali menuju ke Villa untuk beristirahat.