webnovel

Kita Akan Jadi Keluarga

Adelia menuntun anaknya berjalan menyusuri lobby Bandara Ngurah Rai menuju ke pintu keluar. Dibelakang nya Nathan mendorong Troli yang membawa koper-koper mereka.

Sampai di depan Bandara, seorang pria separuh baya langsung mengambil troli dari tangan Nathan.

"Pak Presdir, tunggu di sini sebentar ya, saya akan ambil mobil dulu", ujar pria itu sopan yang dijawab anggukan Nathan. Nathan lalu mengambil Xavier dari tangan Adelia dan menggendong pangeran kecilnya.

"Xavier sudah cape berjalan, nanti kita jalan lagi ya", ujar Nathan lembut kepada Xavier yang berontak ingin turun lagi. Adelia lalu menyodorkan botol susu kepada Xavier yang langsung mengambilnya dan dengan manis menaruh kepalanya di bahu Nathan manja.

"Tuh kan Daddy bilang apa, kamu sudah cape nak", Ujar Nathan mengusap lembut kepala anaknya yang ada dalam gendongannya.

"Dia pintar loh Daddy, ngga nangis waktu kita take off atau landing. Tapi memang pilotnya jago banget ya sampe ngga berasa", ujar Adelia senang.

"Sayang, itulah bedanya pilot yang berpengalaman dan tidak berpengalaman", ujar Nathan.

Tak lama mobil Alphard putih menghampiri mereka dan membuka pintunya, Adelia lalu masuk ke mobil diikuti Nathan yang menggendong Xavier.

"Langsung ke villa pak Presdir?", tanya pak Sopir.

"Iya pak langsung ke villa. Eh keluarga Sisca sudah datang belum ya pak? Aku pake villa yang kecil aja soalnya yang besar untuk mereka. Mami dan Papi nyewa villa dekat tempat Alex, katanya biar lebih dekat dengan keluarga Alex", ujar Nathan lembut.

"Keluarga Bu Sisca sudah dari pagi pak masuk ke villa besar dan villa kecil sudah rapi juga dibersihkan sejak kemarin", ujar pak Sopir menjelaskan.

"Oh iya bagaimana dengan makan mereka pak? Apa pakai catering atau bagaimana?", tanya Nathan.

"Makanan diolah oleh koki yang kerja di WD Group Denpasar pak Presdir. Koki itu selalu enak kok masakannya pak. Dia masak 3x sehari untuk keluarga yang menginap di villa besar pak", jawab pak Sopir lagi.

"Oh baguslah. Ternyata Alex sudah minta bantuan Fredrik juga. Fredrik itu kawan aku juga yang jadi kepala cabang WD di Denpasar", ujar Nathan tersenyum.

Tak lama mereka memasuki halaman villa. Terlihat orang lalu lalang di depan villa, ada 5 anak kecil berlarian. Ada 2 bis berukuran sedang terparkir di halaman luas villa tersebut. Nathan lalu keluar dari mobil dan diikuti Adelia.

Beberapa orang mendekati mereka, ternyata Sisca dan seorang ibu. Pelayan membantu pak Sopir mengeluarkan koper Nathan dan Adelia lalu membawanya ke arah villa kecil yang ada di sisi timur halaman villa.

"Hai calon pengantin, kapan tiba?", ujar Adelia menyapa Sisca.

"Sejak pagi Bu Adelia, pak Nathan. O iya perkenalkan ini ibu kandung saya, Harti Soemarno. Bapak saya sudah almarhum jadi mungkin akad nikah besok akan diwalikan kepada paman saya Suryo Soemarno yang adiknya bapak. Kebetulan beliau lagi ikut briefing buat acara besok Bu", ujar Sisca ramah.

"Eh kita mau jadi keluarga loh jangan panggil ibu atau bapak lagi, panggil Kakak atau nama saja kan Nathan kakak nya Alex", ujar Adelia mengingatkan.

"Terimakasih ya nak Nathan dan nak Adelia sudah menyediakan tempat buat kami", ujar ibu Harti, ibu Sisca ramah.

Nathan dan Adelia bergantian mencium tangan orang tua itu yang membuat kaget si ibu karena dia tak menyangka kalau kedua bos anaknya akan berlaku sebegitu sopan nya pada dirinya.

"Kitakan keluarga ibu, jangan sungkan kepada kami ya", ujar Nathan ramah.

Xavier hanya terdiam dalam gendongan Nathan tetapi matanya mengawasi anak-anak yang bermain di sekitarnya.

"Xavier mau main? Ayo sama Tante yuk. Boleh saya bawa Xavier bermain pak Nathan?", tanya Sisca.

"Ngga boleh kalau kamu masih panggil saya bapak. Panggil saya kakak", ujar Nathan lalu menyodorkan tubuh Xavier dan kemudian Sisca tersenyum menyambut tubuh kecil pangeran WD Group.

"Maaf kak Nathan belum terbiasa", ujar Sisca malu. Lalu ia menggendong Xavier mendekati saudara-saudara nya yang kecil-kecil lalu menemani mereka bermain.

"Aku temani Xavier ya sayang, kamu ke kamar dulu aja istirahat ya", ujar Adelia lembut.

"Aku ikut aja deh, malas sendiri di kamar", ujar Nathan lalu merangkul bahu Adelia.

Adelia dan Nathan duduk di bangku taman yang ada di dekat tempat Xavier bermain. Tak lama datang keluarga Sisca yang lain dengan ditemanin ibu Harti yang langsung mengenalkan mereka satu persatu kepada pasangan itu.

"Selamat siang pak Nathan, saya Hartono pak yang kerja di Accounting WD Surabaya pak", sapa seorang sepupu Sisca ramah kepada bos besarnya.

"Oh kamu Hartono, saya masih ingat kamu kok. Ternyata kamu saudara Sisca juga ya. Kamu padahal Uda lama ya kerja di WD kalau ngga salah Uda hampir 3 tahun ya?", ujar Nathan tersenyum.

"Iya pak Presdir. Uda 3 tahun. Terimakasih sudah mengingat saya pak", ujar Hartono sopan.

"Soalnya kamu tuh paling gampang diingat, saya yang interview kamu kan waktu pertama ngelamar?. Jawaban kamu yang paling saya suka dibandingkan peserta lain makanya kamu lolos sama saya", ujar Nathan senang.

"Iya pak Presdir. Saya yang terakhir di interview. Padahal saya sempat down waktu saya liat peserta sebelum saya ada yang menangis", ujar Hartono mengenang.

"Hah perempuan yang pakai baju Merah dengan baju belahan terbuka. Dia menjual tubuh bukan menjual otaknya pada saya. Namanya Rini lulusan SMA saja", ujar Nathan agak kesal mengingat kejadian lalu.

"Bapak Presdir inget aja. Saya hanya mengingat dia pakai baju merah dan seksi banget. Dia masuk percaya diri lalu keluar dari ruangan bapak dengan menangis", ujar Hartono tersenyum.

"Panggil Nathan saja jangan pake Presdir toh kita akan menjadi keluarga", ujar Nathan mengingatkan.

"Ngga sopan pak kalo panggil Nathan doang, boleh panggil pak Nathan aja pak?", ijin Hartono.

"Baiklah tapi ngga usah pake Presdir", Nathan mengingatkan.

"Kamu tau dia omong apa sama saya?. Dia bilang dia mau diapain aja sama saya, sampe saya pancing, kalau diajak ke tempat tidur diapun mau. Langsung naik darah saya, saya sindir dia tak bedanya dengan pelacur dong dan WD Group bukan tempat untuk pelacur", ujar Nathan berapi-api.

"Sayang, banyak anak-anak jangan omong sembarang", Adelia menyentuh lengah suaminya lembut.

"Oh iya, maaf sayang, aku lupa. Abis Hartono ni mengingatkan aku pada kejadian yang bikin aku naik darah", ujar Nathan kesal.

"Kebiasaan deh nyalahin orang", ujar Adelia sambil mengusap lembut punggung Nathan.

"Iya Bu, salah saya mengingatkan pak Nathan waktu saya interview Bu. Maaf ya Bu", ujar Hartono membela bos nya.

"Bos sama Anak buah samanya", sindir Adelia.

"Xavier sini sama Mommy, Tante cape tuh pegangin kamu", ujar Adelia lalu meraih tubuh kecil anaknya yang kemudian berontak dalam pelukan nya karena masih ingin bermain dengan anak-anak yang lain.

"Tante, Dede Xaviernya biar aja dilepas, kami jagain kok", kata seorang anak perempuan manis kepada Adelia.

"Makasih ya kakak cantik. Tapi sudah sore, ayo kita istirahat dulu ya sayang. Besok pagi kita main lagi. Lagian Tante Sisca juga harus istirahat jangan sampe nanti acara malah mukanya ngga segar", ujar Adelia lembut.

"Iya ya. Baiklah, ayo semua kita masuk ke dalam, lagipula sudah mau Maghrib ngga baik anak kecil diluar rumah", ujar anak perempuan itu lalu diikuti anak-anak yang lain.

"Sisca istirahat lah, besok jadwal kamu Uda padat kan?. Nanti tolong kasih tahu koki, kami makan di villa besar saja sama-sama dengan yang lain ya", ujar Adelia berpesan pada Sisca lalu kemudian berjalan meninggalkan tempat itu menuju ke villa kecil. Sisca mengangguk.

"Saya tinggal ya Hartono", ujar Nathan lalu menyusul ke arah Adelia dan merangkul tubuh istri nya yang sedang menggendong Xavier.

"Sisca kamu beruntung masuk ke keluarga pak Nathan. Tadinya saya pikir dia akan lupa pada saya tapi dia malah mengingat saya. Ramah pula orangnya berbeda kalau di kantor. Dingin dan menakutkan", ujar Hartono.

"Pak Nathan ramah kalau sedang bersama bu Adelia, Bu Adelia itu seperti pawang macannya pak Nathan, kak Tono. Karena dia pak Nathan mulai lembut pada keluarganya. Coba kalau Bu Adelia ngga ada di dekatnya, kamu bisa liat kekejaman seorang Nathan Utomo. Itu pernah kejadian waktu dia menggantikan Bu Adelia cuti melahirkan", ujar Sisca.

"Oh pantas ya Bu Adelia sampai mengingatkan pak Nathan dalam berkata tadi", ujar Hartono mengerti.

"Uda akh. masuk yuk kak" ujar Sisca kemudian berjalan masuk diikuti oleh Hartono.