webnovel

Kemesraan di Ruang Rawat Inap

Adelia terbangun dari tidur saat ia mendengar suara ponsel berdering. Ia membuka matanya dan mendapati Nathan sedang berdiri di dekat Jendela membelakangi. Sepertinya ia menerima telpon dari Opa nya.

"Iya opa, Adel sedang dirawat inap, dokter tadi bilang dia kena Typus. Mungkin saya terlalu membebani jadinya dia jatuh sakit.... Jangan, ngga usah opa ke sini, dokter bilang dia perlu banyak istirahat. Nanti kalau sudah sehat, kami akan pulang ke rumah mengunjungi opa dan mami papi.... Iya, lebih baik opa juga banyak istirahat, kemaren kan sudah bantu saya mempersiapkan pernikahan jadi opa juga harus menjaga kesehatan ya.... Iya, kalau Adel sudah sehat kami akan pulang ke rumah besar. oke opa sampai nanti ya, doakan saja Adel cepat pulih. Masalah perusahaan sudah teratasi opa... Iya itu salah satu strategi saya kok, tenang saja. Tidak ada masalah apapun... Oke opa, terima kasih sudah menghubungi", ujar Nathan santun lalu menutup ponselnya.

Adelia mengagumi punggung suaminya yang bidang. Jasnya ia letakkan di sofa, dan diatasnya diletakkan dasinya. Nathan hanya menggunakan kemeja putih nya digulung pada lengannya membuat karisma lelakinya makin terpancar. Nathan berbalik dan buru-buru Adelia menutup matanya pura-pura tidur. Nathan berjalan mendekati, lalu tangannya menggenggam tangan Adelia, dan satu tangannya mengusap lembut dahi ke rambutnya.

"Sayang, kamu Uda bangun belum? Saya rindu senyum kamu", ujar Nathan pelan. Adelia membuka matanya dan tersenyum.

Nathan mendekat dan mencium bibir Adelia, "Akh sayang kamu membuat saya takut", ujarnya lalu duduk dikursi samping tempat tidur Adelia. Tangannya masih memegang erat tangan Adelia.

"Kok suamiku bisa takut ya? Biasanya apapun juga akan dilawan", goda Adelia tersenyum. Nathan menepuk ringan ke tangan Adelia, lalu mencium tangan itu.

"Apapun tentang kamu membuat saya takut", ujar Nathan lembut. Adelia mengulurkan tangannya, mengusap lembut pipi Nathan yang tadi pagi ia tampar.

"Masih sakit?", tanyanya dan dijawab gelengan lembut Nathan.

"Bahkan nyawapun akan saya pertaruhkan untukmu", ujarnya lembut.

"Drama, lebay akh kamu", goda Adelia.

"I swear to you only, I will always be there for you no matter what and how. And there's no one that I love but you", ujar Nathan tegas.

"Aku tau", ujar Adelia. Nathan berdiri dan lalu ia berbaring di samping Adelia di tempat tidur. Adelia membelakangi karena tempat tidur rumah sakit hanya cukup untuk satu orang saja. Nathan mengecup lembut leher istrinya.

"isssh kamu, bukan di rumah ni, aduh sempit Nathan, turunlah, atau saya yang turun", ujar Adelia.

"Biarkan saya begini sebentar", bisik Nathan ditelinga Adelia. Adelia berbalik dan memandang wajah suaminya yang sedang menutup matanya. Nathan tersenyum melihat Adelia, dan Adelia mengecup bibir suaminya mesra.

"Turunlah, aku ngga mau kamu ketularan", ujar Adelia lagi. Dengan malas, Nathan turun dari tempat tidur dan kembali duduk di kursi.

"Kamu mau kembali ke kantor? Pergilah, di sinikan ada perawat yang bisa dipanggil sewaktu waktu", ujar Adelia.

"Jangan usir saya dari sini", ujar Nathan pelan menatap Adelia.

" Ngga sayang, aku bukan mengusir, cuma menyarankan. Tadi aku lihat sepertinya ada masalah pelik di kantor kamu", ujar Adelia lembut sambil mengusap pipi Nathan lagi.

"Hahahaha ... kamu percaya ya foto aku?", tertawa lepas Nathan yang membuat heran Adelia.

"Tenang sayang, aku sengaja membuat harga saham turun, aku tunggu mereka menjual, saat itu langsung aku beli saham mereka dan aku rubah nama mereka menjadi nama kamu. Sekarang kamu sudah punya saham di WD sekitar 15 persen, lumayan lah. Tapi itu diluar saham yang aku punya, jadi kalau digabung, kita punya saham 75 persen", ujar Nathan menegaskan.

"Aku hanya ingin menyingkirkan musuh dalam selimut", ujarnya lagi lebih tegas.

"Kamu ya, strategi kamu aneh, pasti banyak yang ngga memikirkannya", ujar Adelia lagi.

"Tenang aja sayang, semua ini aku lakukan untuk mencari penghasilan guna menafkahi istriku. Kalau ngga, aku bisa digugat ke pengadilan", ujar Nathan tersenyum.

"Aku cinta kamu Adelia istriku", ujarnya lagi mantap. Adelia hanya tersenyum.

"Aku tahu hatimu masih belum bersamaku sepenuhnya, tapi aku akan bersedia menunggu sampai kapanpun. Tapi jangan usir aku dari sisimu, jangan larang aku mencintaimu, jangan tidak memberikan aku senyummu karena hanya dengan melihat mu, aku seperti memiliki energi sendiri", ujar Nathan.

"Nathan, kamu tahu aku, beri aku waktu untuk belajar mencintai mu. Jangan berhenti mencintaiku, mungkin aku egois meminta mu menungguku tapi kalau kau merasa lelah, biarkan aku tetap didekat mu agar aku tetap bisa melihat mu", ujar Adelia dengan mata berkaca-kaca.

Air mata menetes dipipinya, Nathan lalu mengecup pipinya yang telah ditetesi air mata, "Ini terakhir kali aku melihat air matamu karena aku tak ingin mata ini menetes kan lagi air mata".

Mereka berdua tersenyum. Tak lama ketukan pintu terdengar dan masuk seorang dokter dan perawat yang akan memantau kesehatan Adelia. Mereka membungkuk hormat kepada Nathan dan Adelia, sementara mereka berdua hanya saling menatap mesra satu sama lain tanpa memperdulikan dokter yang memeriksa. Karena canggung, dokter segera mengakhiri pemeriksaannya lalu setelah memberi hormat lagi keluar dari ruangan segera.

Diluar dokter itu berbisik ke perawatnya, "Cantik sekali istri bos besar, pantas saja dia begitu mencintainya. Benar-benar mereka seperti pasangan dari surga", dibalas dengan anggukan setuju dari perawat. Lalu mereka berjalan menuju ruang perawat untuk membuat laporan dan sedikit bergosip. :p