webnovel

seiring berjalannya waktu

KREK...

" kak Angga..." Gw masuk ke dalam dan meletakkannya di atas meja, kak Angga memanggil gw ketika ingin keluar dari kamarnya, " iya, kenapa?" menghampirinya dan berdiri di sebelahnya. " Saya minta tolong basahin kain buat saya karena badan saya tiba-tiba panas," ucap kak Angga semakin melemas badannya. Sebelum suhu panasnya bertambah gw segera mengambil kain dan baskom yang sudah diisi air panas dari dapur, " sebentar ya, kak," ucap gw sedang memeras kain yang sudah dibasahi dengan air dan meletakkannya di pinggir baskom. " Kak, makan dulu yuk! kakak juga belum makan kan? sini, gw suapin." Menyuapinya dengan penuh kasih sayang karena dari situlah akan munculnya sebuah keindahan di dalamnya. " Amel, makasih karena kamu mau merawat saya... Saya jadi gak enak sama kamu," ucap kak Angga merasa ia hanya beban untuk gw padahal gw gak ada pemikiran kayak gitu.

" kak, gw dah anggap kakak kayak saudara sendiri begitu juga keluarga kakak. Jadi buat apa kakak gak enak sama gw? sudahlah," jelas gw padanya. Lalu, ia makan sambil tersenyum bahagia pada gw, " loh, kok kakak malah senyum? kenapa kak?" tanya gw heran dengan tingkahnya. " Jujur, saya gak pernah ketemu sama perempuan yang baik sampai ngerawat aku kayak gini, " Ujar kak Angga.

selesai sudah menyuapi kak Angga, gw pun meninggalkan nya dengan membawa mangkok bekas bubur yang gw buatkan tuk kak Angga. " Amel, kamu ngapain di kamar Angga?" tanya pak Hasan ketika gw menutup pintu kamar kak Angga, itulah yang membuat gw gugup menjawabnya. " dia cuman ngerawat saya aja kok, yah." Suara itu tepat dibelakang gw dan kak Angga bangkit dari kasur serta menjawab pertanyaan yang di keluarkan ayahnya, bener-bener gw semakin kaku dan meminta izin pada pak Hasan tuk pergi ke kamar tamu yang gw tempati.

2 tahun kemudian...

" kak, mau langsung berangkat ya?" tanya Chelsea sedang duduk di ruang meja makan bersama kak Angga dan pak Hasan. " Iya, kakak harus cepet soalnya biar gak telat," jelas gw. " Amel, maafin saya ya karena semenjak sakit ini saya gak bisa anterin kamu ke kampus," ujar kak Angga meminta maaf pada gw, " udah, gak papa lagian kakak kan harus banyak istirahat biar cepet sembuh," jelas gw dan pak Hasan sangat senang dengan perhatian gw pada kak Angga begitu kuat baginya.

Sesampainya di kampus...

Banyak sekali teman-teman gw yang menanyakan alasan gw datang sendirian, " Amel, kok lu kesini naik taksi dan orang yang biasanya nganter lu kemana? udah lama gw gak ngeliat orang itu lagi," ucap teman kelas gw. " ouhhh... gak papa karena gw lagi pengen jalan kaki aja makanya gw gak pernah dianter lagi. Btw, gak lama lagi kita perpisahan... huaaa sedih deh pisah sama kalian," ujar gw teringat dengan hari wisuda nanti.

" huaaa... jangan ngomong soal itu karena kita juga belum bisa pisah.." Kami semua berpelukan serta menangis baik laki-laki ataupun perempuan karena semua sudah seperti keluarga sendiri. Pada hari itu, kami dibagikan baju khusus wisuda dan sudah terpikirkan kalau ortu gw gak akan datang ke acara wisuda gw sebab perjalanannya yang sangat jauh.

" oh ya semuanya, gimana kalau sekarang kita makan bersama aja? gak usah jauh-jauh, di cafe kampus dalam rangka besok kita dah wisuda," tawar sang ketua kelas pada kami dan semuanya pun setuju dengan keputusan itu," loh, kak Angga kenapa nelpon?" tanya gw dalam hati dan izin keluar tuk mengangkat telpon dari kak Angga. " Amel, kamu dimana? kok jam segini kamu belum pulang?" tanya kak Angga seperti orang cemas, gw memberi tahu padanya kalau gw akan pulang telat karena ada acara dengan teman kampus berupa makan bersama.

" Yaudah, kamu jaga diri ya." huh, kak Angga selalu aja bawaannya khawatir dan secepatnya mungkin kami ke lokasi yang ingin dituju.

gw baru pulang ke rumah sekitar larut malam, terpaksa gw jalan dengan pelan agar tidak terdengar dan tidak ada yang bangun nantinya. Selesai menutup pintu, gw membalikkan badan dan tak disangka kak Angga berdiri tepat di depan gw. " kamu kemana aja?? kok baru pulang jam segini?" tanya kak Angga merasa kesal. " maaf kak, soalnya gw abis main sama temen kampus gw karena kan besok dah wisuda tau," jelas gw.

"oh, gitu. Yaudah, sekarang kamu ganti baju biar bisa langsung tidur ya," ujar kak Angga sambil ke kamarnya. saat gw baru saja lelap tertidur, gw malah sudah berada di Padang rumput sendirian," loh, ini gw dimana? kak Angga... kak Angga..." ada seseorang yang menjawab panggilan melainkan kak Angga berdiri di hadapan gw sambil tersenyum, gw memeluknya dengan penuh kehangatan yang mendalam sampai tak ingin lepas dari pelukannya. Ia malah berubah melepas kedua tangan gw dari pelukannya," loh kakak kenapa?" tanah gw heran dengan sikapnya yang berubah seketika. " Maaf, saya gak bisa hadir di acara wisuda kamu nanti. Padahal, saya ingin sekali liat kamu dan sayangnya Allah belum mengizinkan saya." Perlahan kak Angga menjauhkan diri dan menghilang begitu saja dari tempat itu, " kak Angga..." Tiada berhenti gw memanggil nama kak Angga hingga kak Angga terbangun dan masuk ke kamar gw. " Amel... bangun... kamu kenapa?" tanya kak Angga sambil membangunkan gw dan baru menyadari kalo itu semua tidak lain hanya mimpi saja. " Nih, minum dulu." Ia juga memberikan segelas untuk menyegarkan badan dan pikiran hingga menjadi sedikit lebih tenang.

" Makasih ya, kak." Tak lupa juga gw mulai atur napas setelah meminumnya, " kamu kenapa? sampe kamu manggil nama saya. " Pertanyaan itu gak bisa gw jawab karena gw sendiri gak sanggup buat cerita semuanya ke kak Angga dan hanya berpikir bahwa itu hanyalah khayalan gw aja. Gimana caranya gw menyembunyikan tiap rahasia, kak Angga selalu tau kalo gw ada yang disembunyikan," Amel, sepintar-pintarnya kamu menutupi kebenaran dengan kebohongan pasti akan terlihat karena saya bisa tau dari mata kamu." Ia terus saja memaksa untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, " gw mau nanya sama kakak..." Aura berubah menjadi serius, namun tetap saja kak Angga menghadapinya dengan santai, " mau nanya soal apa?" tanya kak Angga merasa penasaran. " Sebenarnya kakak sakit apa? sudah 2 tahun kakak belum sembuh juga dan selalu aja kambuh." Kak Angga hanya diam saja, " saya juga kurang tahu, Mel. Cukup doakan saja semoga cepet sembuh dan bisa Dateng ke acara kamu besok," ucap kak Angga menenangkan gw yang sudah terlalu takut karena sakitnya yang tiada kata berakhir.

" yaudah, sekarang kan udah jam 03.00 gimana kalo kita sholat tahajud bareng aja?" tawar kak Angga untuk sholat berjamaah di kamar gw. " Wah, ide bagus tuh, ayo." Gw pun menerima tawarannya selama untuk kebaikan. Kami pun mengambil air wudhu secara bergantian dan kak Angga menjadi imamnya. " Allahu Akbar..." Mulai dari awal hingga salam.

Pagi harinya....

" cie... yang hari ini mau wisuda, gimana?" tanah Chelsea tampak bahagia melihat gw memakai baju wisuda dari kampus, " hehehe... iya, senanglah masa gak senang," jawab gw tersenyum lebar padanya dan segera berangkat ke kampus menggunakan taksi karena tidak ada satu pun yang bisa mengantarkan gw ke acara. " Alhamdulillah, akhirnya sampai juga." Menghela napas dan masuk ke ruangan acara wisuda.