44 44. Rencana Sang Nenek

Sesampainya Mila di rumah terlihat Devan telah berdiri di ruang tamu. Mila mendekati sang suami yang terlihat cemas.

"Sayang kamu tidak apa-apa?" Devan memeluk tubuh Mila dengan erat. dia takut jika sesuatu menimpa Mila.

"Aku tidak apa-apa. Dev ada apa denganmu, kenapa wajahmu terlihat cemas. apa sesuatu terjadi denganmu Dev?" Mila melepas pelukan Devan.

"Tidak sayang, aku tidak apa-apa hanya saja aku.." dengan perasaan yang tidak karuan. Mila menatap wajah sang suami dengan teliti takut terjadi sesuatu pada sang suami.

"Katakan ada apa Dev?" terlihat Mila semakin cemas, membuat Devan tak sampai hati, sehingga Devan membisikan sesuatu yang membuat wajah Mila memerah.

"Juniorku merindukan rumahnya sayang" bisikan Devan membuat wajah Mila merah merona. membuat Devan ingin memakannya di saat itu juga jika tidak mengingat mereka masih berada di ruang tamu.

Devan membawa Mila ke kamar. mereka saling bercumbu dengan panasnya,lidah mereka saling mencecap. Devan melepas baju yang Mila kenakan dengan sekali tarik. terdengar desahan dan aroma percintaan di dalam kamar utama. mereka melakukan entah berapa ronde, membuat tubuh Mila remuk dan berakhir terbaring di kamar. Devan memeluk tubuh Mila yang polos tanpa busana yang hanya tertutup dengan selimuti tebal. dering ponsel milik Devan memecah keheningan kamar. dengan sangat berlahan Devan bangun dari tidurnya setelah memakai kimono Devan menuju balkon untuk menjawab panggilan masuk dari Neneknya.

"cucu nakal kenapa tidak cerita dengan Nenek jika kamu dengan Mila sudah menikah. kamu anggap apa nenekmu ini?" suara Nenek yang terdengar marah membuat Devan tersenyum.

"Semakin sedikit orang tau semakin aman posisi Mila Nek"

"Aman apa yang kamu maksud Dev. katakan pada Nenek"

"Tidak ada Nek"

"Dev Nenek minta datanglah nanti malam,ada yang ingin Nenek katakan padamu"

"Soal apa Nek?"

"Datanglah ke ke restoran, nanti biar Nenek kirim alamatnya"

"Apa Nenek tidak merencanakan sesuatu lagi ?"

"Tidak nak datanglah sendiri Nenek tunggu "

"Hhmm" Devan mematikan sambungan teleponnya dan bergegas ke kamar mandi, setelah tiga puluh menit Devan keluar dengan pakaian yang rapih. berlahan Devan mendekati Mila yang tampak kelelahan.

"Maaf sayang aku harus pergi, aku janji tidak akan lama " sebelum pergi Devan mencium kening Mila dan keluar dari kamar.

"Dewi, kamu jaga nyonya pastikan keselamatannya "

"Baik Tuan"

Devan keluar dari kediamannya dengan langkah lebar, Andy sang asisten dengan cepat membukakan pintu untuk Tuannya.

"Andy pastikan orang-orangmu menjaga Mila dengan ketat.

"Baik Tuan semua sudah di posisinya masing-masing.

"Hhmm.."

"Tuan kita kemana?" tanya Andy pada Devan.

"Ke restoran yang berada di jalan S, aku tidak Meu Nenek datang terlebih dahulu."

"Baik Tuan" Tidak butuh waktu lama Devan telah sampai di restoran yang di maksud Nenek, Devan sengaja datang lebih dulu dari sang Nenek, dia yakin jika Nenek merencanakan sesuatu untuk dirinya. dan benar saja tak berapa lama Devan datang terlihat Nenek datang dengan seorang wanita cantik dan seksi.

"Sayang sudah lama menunggu" Nenek memeluk Devan penuh sayang dan membisikan sesuatu di telinga Devan.

"Abaikan kehadirannya jika kamu tidak menyukainya " Bisiknya pada sang Cucu.

"Devan akhirnya ada kesempatan kita bertemu di luar kantor " Jenni tanpa malu langsung memeluk tubuh Devan, namun dengan tegas Devan mendorong tubuh Jenni.

"Jangan memeluk sembarangan aku tidak suka " ucap Devan dengan tegas dan terlihat marah saat Jenni tanpa malu memeluknya.

"Devan bukankah kita akan bertunangan?"

"Nek katakan kenapa nenek ingin bicara denganku ?" tanpa menjawab pertanyaan Jenni. Devan justru Bertanya pada sang Nenek yang mengajaknya bertemu.

"Aku yang meminta Nenekmu memanggilmu kesini" Devan mengalihkan perhatian dari sang Nenek setelah mendengar suara tak asing lagi.

"Rupanya Anda yang membuatku meninggalkan sesuatu yang berharga" terang Devan dengan dingin.

"Baiklah aku tidak ingin bertele-tele, pertunanganmu dengan Jenni akan di adakan Minggu depan, dan akan di siarkan secara langsung di salah satu stasiun televisi swasta " Terang Herman tanpa basa-basi lagi.

Jenni tersenyum antuasias saat kakeknya mengatakan akan di siarkan secara langsung di salah satu stasiun televisi.

"Anda sudah menyiapkan semua rupanya Tuan"

" Tentu karena ini yang aku tunggu-tunggu sejak lama"

"Baiklah. Nek aku pergi dulu ada urusan yang lebih penting " Devan berdiri dari kursinya, saat akan melangkah Herman menahannya.

"Urusan apa yang lebih penting dari ini Dev. apakah keinginan Nenekmu tidaklah penting?" Herman yang tau jika Devan akan pergi menemui istrinya dengan cepat menahannya.

"Saya rasa Anda tau yang saya maksud Tuan Herman. dan satu lagi saya tidak segan-segan melakukan tindakan jika seseorang dengan terang-terangan mengusik milikku!!"

"Anak mudah, kamu benar-benar kaki-laki idaman para wanita. Jenni temani calon tunanganmu pergi" perintah Herman pada Jenni. yang di angguki Jenni dengan antusias.

"Tidak perlu saya tidak ingin membawa seorang wanita dalam urusan pria. Nek aku pergi dulu dan terima kasih atas undangan makan malamnya permisi" Devan berdiri dan keluar dari ruangan yang di pesan secara khusus dari Herman.

"Jenni kejar tunanganmu jangan biarkan dia pergi dengan orang lain "

" Baik kek Jenni pergi dulu "

" Tunggu....biarkan cucuku pergi, kita makan malam dulu. aku tidak ingin Devan lebih marah denganmu dan kabur saat hari pertunangan nanti" Terang Nenek pada Herman dan cucunya. dia merasa kasian pada cucunya setelah menemukan wanita yang di cintainya kini harus di hadapkan masalah perjodohan.

Devan kembali kerumah saat jam sepuluh malam, ternyata menghadapi orang seperti Herman dan cucunya memakan waktu. Devan menaiki tangga menuju kamar utama, namun saat mencapai tangga terakhir tercium aroma yang membuat cacing di perutnya meminta di isi. Devan kembali turun menuju dapur terlihat Mila yang tengah sibuk dengan peralatan dapur, Devan memandangi istri cantiknya yang terlihat seksi rambutnya yang di sanggul asal dan celana hotpants dan kaos oblong, penampilan Mila yang sederhana namun terlihat muda. Devan menatap istrinya hingga selesai memasak. berlahan Devan mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang, kepalanya di letakan di ceruk leher Mila yang putih jenjang.

"Dev!!! bisa tidak jangan membuatku kaget, bagaiman kalau aku pingsan hah!!" Mila yang kesal akibat perbuatan Devan yang mendadak memeluk membuatnya kaget.

"Aku merindukanmu sayang " Devan mencium leher Mila, dan mengigit telinga Mila. membuat tubuh Mila bergetar, tanpa sadar desahan keluar dari mulut Mila saat Devan mengigit leher Mila.

"Dev!! hentikan apa kamu ingin melihat istrimu ini pingsan karena kelaparan!!?" Mila kembali ke alam sadarnya dia tidak ingin Devan membuatnya kembali terbaring di kamar selama berapa jam akibat ulah suaminya.

"Maafkan aku sayang, baiklah kita makan suamimu ini juga lapar, Sepertinya enak sayang." Devan memandang sepiring mie goreng dan telor ceplok di atas meja membuat perut Devan kembali berbunyi. Mila mengambil sendok dan garpu untuk sang suami, akhirnya mereka makan dalam satu piring.

Usai makan Mila mencuci piring yang kotor dan merapikan kompor yang sedikit berantakan. Mila membuatkan kopi untuk sang suami yang lebih dulu pergi keruang kerja.

"Sayang kopinya " Mila mendekati meja kerja Devan.

"Tadi dari mana, saat aku bangun tidur kamu tidak ada ?"

"Maaf sayang aku ada urusan sebentar, tadinya aku akan membangunkanmu tapi aku tidak tega melihatmu yang tertidur dengan nyenyak." jelas yang di katakan Devan tidak sepenuhnya benar.

avataravatar
Next chapter