9 9. Hukuman Harumi.

Haris mendekati tempat tidur putrinya. wajahnya seketika mengeras tangannya terkepal kuat saat melihat wajah putrinya yang terlihat membiru dan luka di bibirnya yang terlihat mengering.

"Sayang, apa yang terjadi dengan mu Nak?" Tanya Haris saat berada di samping putrinya.

"Dan wajah kamu kenapa jadi seperti ini nak?" Lagi-lagi Haris menghujani pertanyaan pada Carissa.

"Ayah.. ini semua karena Harini, hiks.. hiks.." Tangisnya pecah, membuat Haris mengepalkan tangannya. wajahnya kembali merah padam mendengar apa yang dikatakan putrinya jika penyebabnya putrinya terluka dan pingsan adalah Harini.

"Apa yang anak itu lakukan padamu nak?" Haris membelai rambut putrinya dengan lembut.

"Dia menipuku ayah, dia ... mengakui jika dialah yang menjawab kode pintu kelas. sedangkan sebenarnya aku yang berhasil melakukannya dan senior menghukum ku ... mereka bilang aku yang berbohong dan aku ... harus hiks ... lari ke ... lapangan hiks ... ayah ... Harini jahat ayah ..." Tangis Carissa pecah di pelukan Haris.

"Sudah, sudah sayang. biar ayah yang akan menghukum anak itu. sekarang ayo kita makan, sebentar lagi kakek pulang." Haris merangkul tubuh Carissa agar turun dari tempat tidur. Haris melakukan itu agar sang ayah pulang melihat luka akibat anak pungut ayahnya.

"Sayang, akhirnya kamu mau turun juga nak?" Harumi memeluk tubuh Carissa, dan mendudukkan di kursi.

"Kalian disini? dimana Harini?" Tiga orang yang berada di ruang makan seketika menoleh ke arah suara. dimana Malik tengah berdiri tidak jauh dari ruang keluarga. tatapan tajam mengarah pada mereka dan mencari Harini yang tidak terlihat di ruang makan.

"Dimana Harini!?" Kali ini suara Malik semakin meninggi.

"Untuk apa Ayah mencari anak pungut itu? tidakkah Ayah menanyakan kabar cucu kandung Ayah? lihat bagaimana wajah dan keadaan cucu kandung Ayah. kenapa hanya anak pungut itu yang ada dalam pikiran ayah!!" Kata Haris dengan suara tinggi. kesabarannya telah habis mendengar nama Harini terus disebut oleh ayahnya.

"Ada apa dengan putrimu Haris? apa yang sudah diperbuat putrimu sehingga wajahnya babak belur seperti itu!?" Tanya Malik tanpa berniat untuk mendekati Carissa.

"Semua ini karena anak pungut Ayah!! dan dia harus menerima hukuman apa yang sudah ia lakukan terhadap anak ku!!" Haris mendekati Malik yang hanya diam melihat wajah Carissa penuh luka.

"Apa, kamu yakin. jika itu adalah kesalahan Harini? Haris kamu seharusnya tahu betul perangai anak dan istrimu. ayah bicara seperti bukan karena tidak menyayangi istri dan anakmu!! tapi ayah hanya ingin kamu tahu apa yang sudah di lakukan oleh anakmu!!" Malik kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. langkahnya terhenti menatap kamar Harini yang berada di ujung. dengan perasaan yang khawatir Malik mendekati kamar Harini.

TOK TOK !!

"Harini, buka pintunya nak. ini kakek!!" Malik mencoba membuka pintunya namun terkunci.

"Sejak kapan Harini mengunci pintu? Harini buka pintunya nak!! apa kamu sudah tidur nak?" Malik meninggal kamar Harini dan kembali kedalam kamarnya. memutuskan untuk menemui Harini sebelum berangkat keluar negeri.

Di dalam kamar, Harini yang mulai sadarkan diri. dengan berlahan-lahan berdiri dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Aku tidak kuat lagi kek, aku tidak sanggup lagi kek .. maafkan aku kek ... maafkan aku," Tangis Harini pecah, merasakan tubuhnya yang terasa sakit dan lelah.

Lelah menangis Harini akhirnya memejamkan matanya hari esok adalah tanda tanya, jika kakeknya ada di rumah maka ia akan terbebas dari hukuman ayah dan ibu angkatnya. jika kakek pergi maka ia harus menyiapkan tubuh dan hatinya.

Pukul lima pagi seseorang menyiramkan air tepat di wajahnya. Harini yang masih tertidur terlonjak kaget.

"I ... ibu, kenapa ibu menyiram ku?" Tanya Harini.

"Ternyata kau. bukan hanya membawa sial tapi juga pemalas!! cepat bangun dan siapkan sarapan pagi tapi ingat jangan katakan apapun pada ayah mertua. Jika kamu masih tetap disini tutup mulut kamu!!!" Kata Harumi dengan kasarnya menarik rambut harini.

"Ibu, sakitttt aarrgghhh ..." Harini tersungkur, ke arah lemari dan lagi-lagi keningnya mengeluarkan darah, luka yang semalam kini kembali terbuka.

"Ibu, bunuh aku jika Ibu tidak menginginkan aku disini. aku lelah ibu, jika kematian ku adalah yang terbaik untuk keluarga ini maka aku ikhlas mati di tangan ibu. setidaknya Aku melakukan yang terbaik untuk keluarga ini." Kata Harini.

"Hahaha, kamu pikir aku takut untuk membunuhmu hah!? pasti akan aku lakukan tapi tidak untuk saat ini. sekarang keluar dan selesaikan tugasmu sebelum ayah mertua ku terbangun cepat!!" Harini berusaha untuk berdiri walau tubuhnya terasa lemas bahkan tulang-tulang ditubuhnya seolah-olah remuk.

"Cepat!!! kau seperti tuan putri!!" Harumi keluar dan membanting pintu kamar Harini.

Harini keluar dari kamar dengan langkah tertatih-tatih menuju dapur untuk membuat sarapan pagi untuk keluarga Herlambang. dua jam Harini telah menyelesaikan menu sarapan pagi untuk keluarga Herlambang. tidak ingin bertemu dengan Malik, Harini meninggalkan dapur dan menuju ke kamarnya. untuk bersiap berangkat sekolah tanpa Carissa.

Pukul tujuh Harini bergegas berangkat ke sekolah tanpa bertemu dengan Malik. namun langkahnya terhenti saat suara laki-laki yang sangat ia rindukan. dan ingin ia hindari kini memanggilnya.

"Apakah, begini cara cucuku sekolah tanpa berpamitan dengan laki-laki tua ini?" Harini membalikan tubuhnya kesamping. melihat Malik tengah berdiri di taman.

"Ka ... kakek, Sejak kapan kakek berada di sana? sebaiknya kakek segera masuk, dan sarapan pagi." Harini mendekati Malik dan mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Malik.

"Kamu, belum menjawab pertanyaanku Harini?" Malik menelusuri wajah pucat harini. luka di kening Harini membuat Malik mengerutkan keningnya.

"Kakek, maafkan aku. Hari ini ada tugas yang harus aku lakukan di sekolah, jadi aku harus berangkat pagi." Harini mengalihkan pandangannya ke arah lain agar Malik tidak melihat luka yang ada di keningnya.

"Kamu tidak usah menyembunyikan apapun dari kakek. karena kakek tahu semua tentangmu dan apa yang terjadi kemarin di sekolah Kakek pun sudah tahu." Kata Malik.

"Kakek, Aku pergi dulu. maafkan aku kakek," Harini meninggalkan Malik yang tengah menatap punggungnya, terlihat kuat walau sebenarnya rapuh.

"Kamu, tidak perlu memikirkan kakek. Harini kemarilah ada yang ingin kakek katakan padamu." Harini duduk di samping Malik.

"Apa yang ingin, kakek katakan padaku? maafkan aku kek, apa yang terjadi pada Carissa adalah kesalahanku." Harini menyembunyikan wajahnya.

"Lihat kakek Nak. tidak perlu lagi menyembunyikan luka yang ada di kening mu lagi, kakek sudah melihatnya." Kata Malik.

"Kek ... hiks ... maafkan aku kek, tidak bisa menjadi cucu yang baik untuk kakek. aku hanya ... hanya, seorang anak yang membawa sial ... bukan hanya kakek yang mendapatkan sial dari ku tapi juga orang tua kandung ku yang mendapatkan sial hingga aku di buang oleh orang tua kandungku sendiri." Ucap Harini dengan terbata.

"Siapa, bilang. kamu membawa sial di keluarga kakek? kamu adalah cahaya yang indah untuk keluarga kakek. lihatlah berkat dirimu kakek mendapatkan proyek yang bernilai fantastis dan itu semua atas nama dirimu. jadi Jangan berpikir jika kamu adalah pembawa sial dalam keluarga kakek. kamu adalah berlian untuk kakek." Malik memeluk tubuh rapuh Harini, yang menangis dalam diam. tanpa orang lain mengetahui jika Malik mengirim mata-mata untuk melindungi Harini dan mencari tahu apa yang dilakukan Carissa pada harini.

avataravatar
Next chapter