2 2. Kemarahan Malik.

Sudah tiga jam Harini menunggu kedatangan saudaranya. selama itu juga dirinya tidak meninggalkan tempatnya berdiri.

'Kenapa Carissa belain juga datang? apa mungkin ibu salah informasi dan aku, apa yang akan aku lakukan sekarang.' ucap Harini dalam hati. sentuhan di pundak membuat kesadarannya kembali.

"Nona, apa ada kesalahan informasi? kenapa nona Carissa tidak datang juga, apa sebaiknya nona Harini menghubungi Nyonya? untuk menanyakan nona Carissa?" Tanya sang sopir.

"Pak, Dedi. Emm ... entahlah aku juga tidak tahu. pak Dedi tahu bukan seperti apa sikap ibuku padaku? tidak mungkin ibu akan menjawab panggilanku." Kata Harini. berapa kali ia harus menelan air liurnya, rasa haus dan lelah kini ia rasakan. setelah bergulat dengan pekerjaan di rumah kini ia harus menunggu kedatangan saudaranya Carissa dan entah sampai kapan.

"Apa sebaiknya nona mengubungi kakek? saya yakin jika kakek akan menayangkan pada Nyonya." Mendengar penuturan sang sopir. Harini hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu tidak mungkin pak. jika aku mengubungi kakek atau rumah sudah di pastikan jika ada pertengkaran antara kakek dan ibu. aku tidak ingin itu terjadi. terlebih kakek yang sudah tua." Dedi hanya menghela nafasnya mendengar penuturan dari nona muda. sungguh posisi yang membuat Nona mudanya di antara pilihan sulit antara menghubungi atau hanya berdiam diri disana.

"Kalau begitu, kita tunggu sampai nona Carissa datang. Nona apakah nona ingin minum? biar bapak yang membelinya. nona tunggu disini," Ucap Dedi sang sopir. dirinya bener-bener merasa iba dengan gadis cantik yang tidak lain dari cucu dari keluarga besar Herlambang.

Dedi membeli air mineral untuk dirinya dan majikan kecilnya, dan memberikan padanya.

Tanpa menunggu lagi Harini menenggak setengah botol air dalam botolnya.

"Pak, sebaiknya bapak istirahat biar aku yang menunggu Carissa." Kata Harini pada sang sopir. yang terlihat kelelahan.

"Tidak perlu Nona, kita menunggu disini bersama-sama." Ucap sang sopir pada Harini. Dedi mengajak bicara nona mudanya. yang terlihat kelelahan yang ia tahu jika sejak pagi nona mudanya tengah menyiapkan menu untuk menyambut kedatangan Carissa. meskipun saat ini usia Harini masih sangat belia namun kepandaiannya dalam memasak tidak di ragukan lagi, bahkan Harumi. menantu di kediaman Herlambang tersaingi oleh Harini.

"Oh ... jadi kalian begini hah!!"

Harini dan Dedi saling, pandang dan menatap sosok wanita yang kini menatap mereka dengan tatapan mencemooh.

"Hei!! kalian datang untuk menjemputku bukan? sekarang bawa semua barang-barang dan kau. dimana kau memarkirkan mobilnya aku tidak ingin berjalan jauh, kalian tahu siapa aku bukan!?" Kata Carissa dengan gaya angkuh dan sombong.

"B ... baik, nona. mari mobilnya tidak jauh dari sini." Kata Dedi dan menarik koper milik Carissa.

"Tunggu!!"

Carissa yang tidak ingin jika koper miliknya di bawa oleh Dedi sang sopir dengan suara tinggi meminta kopernya dan tanpa di duga ia mendorong kopernya dan menyerahkan pada Harini.

"Kau yang bawa koperku. kau pantas membawanya!" Dengan nada angkuh Carissa mengatakan pada Harini dan meninggalkan Harini seorang diri.

Harini diam dan mengikuti langkah panjang Carissa. dan pada saat akan memasuki kendaraannya tiba-tiba, suara Carissa terdengar mengejutkan Harini dan Dedi.

"Aku tidak ingin duduk dengan seorang pembantu!! kau dudu di samping sopir." Kata Carissa. Harini menganggukkan kepalanya dan memilih duduk samping sopir.

Sejak kecil Carissa tidak menyukai Harini dan ingin gadis yang menjadi saingannya. pergi jauh dari kediamannya, dan tidak ingin Harini melebihi kecantikannya.

sesampainya di kediaman Herlambang Carissa melangkah dengan anggun meski usianya masih belasan tahun namun sifatnya yang sombong dan angkuh terlebih gaya busananya yang terbilang berani. membuat Malik tidak menyapa cucunya.

"Ibu, aku datang!!" Suara Carissa yang melengking membuat seisi rumah berhamburan keluar untuk menyambutnya.

"Sayang ... kau sudah datang Nak? maafkan ibu yang tidak bisa menjemput mu di bandara. oh .. ya sapa kakekmu nak,"

Harumi melepas pelukannya dan meminta pada putrinya untuk memberikan pelukan dan melepas kerinduan pada sang kakek.

"Kakek ... " Carissa berlari ke arah sang kakek yang tengah berdiri tidak jauh dari tangga. dan merentangkan kedua tangannya dan menyambut sang cucu yang sangat ia rindukan namun melihat penampilan sang cucu membuat sang kakek dengan sedikit kasar mendorong tubuh cucunya.

"Carissa apa yang kamu pakai ini? kenapa pakaian yang kamu pakai kekurangan bahan dan bagaimana mungkin kamu dengan beraninya memakai pakaian seperti ini hah!?" Kata Malik dengan nada suara tinggi. membuat Carissa terkejut.

"A .. ayah, biarkan Carissa istrirahat dan kita bisa menanyakannya pada Axel saat pulang nanti. sebaiknya sekarang ayah duduk dan menikmati kopi yang telah di siapkan oleh Harini ya." Kata Harumi. dengan menyebut nana Harini, kakek Malik seketika berubah. wajahnya tidak lagi merah karena menahan kemarahan pada Carissa. kini wajah yang masih terlihat ketampanannya meski sudah tidak lagi muda.

Malik meninggalkan Carissa dan ibunya dan melangkah menuju ruang keluarga dan mendapati Harini yang tengah menyiapkan kopi untuk dirinya.

"Terima kasih sayang, kamu telah menyiapkan kopi tepat pada waktunya." Kata Malik dan menyesap kopi buatan Harini.

"Benarkah kek? bukankah ini waktunya kakek minum kopi dan aku membuatnya sesuai waktu kek." Kata Harini dengan senyum indahnya.

"Sayang, apakah kamu berniat meninggalkan kakek jika kakek tidak bisa apa-apa?" Tanya Malik pada Harini.

"Tidak akan pernah. karena di dunia ini hanya kakek yang aku miliki dan hanya kakek yang selalu ada untukku." Ucap Harini dan tersenyum pada Malik.

"Kakek bahagia mendengarnya sayang. tapi jika sesuatu hari kakek tidak bisa lagi menjagamu? kamu bisa pergi kemanapun yang kamu inginkan dan kakek selalu berharap kamu hidup bahagia dan tidak kekurangan apapun." Ucapan sang kakek membuat Harini semakin ingin mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

"Kek, aku pergi dulu," Kata Harini dan beranjak dari kursi.

"Sore ayah," Kata Haris yang baru datang dari kantor dan mengulurkan tangannya pada sang ayah. dan menciumnya.

"Kau tahu, Haris. bagaimana putrimu yang berpakaian yang kekurangan bahan dan lihatlah putrimu yang masih kecil sudah pandai mengoles wajahnya!! apakah ini hasilnya belajar di luar negeri dan dimana Putramu? kenapa dia belum juga datang bukankah dia bersama adiknya?" Tanya sang kakek yang terlihat sangat marah pada anak dan menantunya. yang hanya diam melihat kemarahan Malik saat melihat pakaian yang melekat di tubuh Carissa.

Malik meninggalkan ruang keluarga dengan menahan kemarahannya dan memilik duduk ruang kerjanya. Harini mengikuti sang kakek dan membawanya kopi yang hanya di hirup berapa saat lalu saat dirinya telah membuatkan kopi untuk sang kakek.

Harini yang mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamarnya saat Haris datang meski ukuran tangannya tidak pernah di sambut oleh Haris namun Harini tidak merasa sakit hati pada Haris.

"Kakek, kopinya. jangan marah kek, ingat kondisi kakek aku tidak ingin kakek sakit," Kata Harini dan meletakkan kopi di atas meja kerja sang Kakek.

"Hahahaha .... sayang kakekmu ini kuat, kamu tidak perlu takut karena kakek tidak akan sakit hanya karena mereka yang selalu membuat ulah. karena ada kamu yang selalu membuat kakek bahagia." Kata sang kakek dan memeluk Harini.

Harumi yang kesal dengan Haris membanting pintu kamarnya dengan keras dirinya benar-benar di buat kesal atas apa yang di katakan oleh Malik sang ayah mertua.

"Sayang, kamu tidak perlu marah seperti itu. yang di katakan ayah benar lihat putrimu baru lulus SMP dan lihat cara dia berpakaian dia seperti anak dewasa, jangankan ayah bahkan aku pun sangat marah saat melihatnya dan sebagai ibu seharusnya kamu memberikan yang terbaik untuk putrimu. bukan malah mendiamkan seolah-olah kamu menyukai putrimu berpakaian kurang bahan seperti itu!!" Kata Haris dengan suara dingin.

Harumi yang kesal berubah lembut saat suara sang suami yang dingin padanya.

"Mas kamu tahu bukan anak kita berada di luar negeri. dan mungkin dia mengikuti cara berpakaian disana. sekarang dia sudah kembali dan kita yang akan mengaturnya dan membuang semua pakaian yang ia miliki. kamu jangan marah seperti ini sayang aku tidak mau kamu marah.. " Ucap Harumi.

Haris membalikan tubuhnya dan menatap wanita yang sangat ia cintai, wanita keturunan Jepang yang ia nikahi belasan tahun yang lalu.

"Kamu harus merubahnya, kamu tahu jika keputusan ayah adakah mutlak dan tidak bisa kita membantahnya jika tidak ingin kita menjadi gembel di jalanan." Kata Haris.

"Ya, sayang. aku akan merubah putri kita menjadi wanita yang di sukai ayah." Harumi memeluk sang suami yang sangat ia cintai dan ia juga tidak ingin hidup susah setelah orang tuanya meninggal dan dia menumpang hidup pada suaminya yang kaya.

"Hei ... pembantu, kemari !!"

"Apa kau memanggilku Carissa?" Tanya Harini.

"Ya, siapa lagi kalau bukan kamu!! dan kamu kan pembantu di sini. cepat kekamar ku kamu bersihkan semua kamar dan baju yang ada di dalam koper kamu rapikan dan kamu masukkan ke dalam lemari dan ingat jangan pernah kamu coba-coba untuk kamu sentuh barang yang tidak aku suruh." Kata Carissa.

"Dan satu lagi. aku tidak ingin kamu terlihat cantik di rumah!!"

Harini menghentikan kegiatannya dan menatap wajah Carissa yang memiliki tubuh putih seperti ibunya. berbeda dengan dirinya yang memiliki kulit tidak seputih Carissa.

"Kenapa diam tidak suka!! aku bisa mengatakan pada ibu dan memintamu untuk pergi dari sini sekarang juga." Kata Carissa.

avataravatar
Next chapter