webnovel

10. Goresan Belati.

Harini melepaskan pelukan Malik, setelah menghapus air matanya. Harini mencium punggung tangan Malik sebelum berangkat ke sekolah.

"Kakek, maafkan atas kesalahan yang aku lakukan. Apapun yang terjadi nanti kakek harus percaya jika aku sangat menyayangi kakek. kakek adalah satu-satunya orang yang membuat hidupku penuh warna." Kata Harini.

"Hahaha ... apakah cucu kakek sedang menggombali kakek?" Malik, mencium puncak kepala harini.

"Seperti itulah, kira-kira." Malik, tertawa lepas. hanya dengan Harini, Malik bisa tertawa lepas tanpa beban bahkan bersama Harini. Malik bisa melepaskan penat setelah perjalanan bisnisnya dan bersama Harini pula Malik bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus bersembunyi dari sikap tegasnya.

"Kakek, aku harus berangkat sekolah. aku tidak ingin terlambat karena hari ini aku harus mengerjakan tugas sekolah kek." Kata, Harini berbohong. Harini tidak ingin terlambat karena ia harus berjalan kaki cukup jauh.

"Baiklah, belajarlah yang semangat agar kelak kamu menjadi wanita yang sukses. hingga tidak ada satu orangpun yang mampu mengalahkan dirimu, tapi ingatlah pesan kakek. jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. dan kakek tahu kamu adalah anak yang baik dan berhati lembut, itulah kenapa kakek memberimu nama Harini. yang memiliki arti kelak kamu akan menjadi pribadi yang cantik nan lembut. selembut dan secantik orangnya." Harini tersenyum, kembali memeluk tubuh Malik, seorang kakek yang menerima dan bersedia membesarkan dirinya penuh dengan kasih sayang dan cinta yang tidak memperdulikan siapa dirinya.

"Kakek, aku pergi dulu." Harini meninggalkan Malik yang menatap punggung Harini.

"Harini sayang, tunggu!!" Harini berhenti dan berbalik mendekati Malik.

"Ada apa kek? apakah kakek menginginkan sesuatu?"

Malik, menggelengkan kepalanya.

"Pakai ini, belilah semua kebutuhanmu." Harini menolah kartu yang diberikan Malik untuknya.

"Kek, ini ... ini, aku tidak pantas untuk menerima ini dari kakek." Ucap Harini.

"Jika, kamu menolak kartu ini. itu artinya kamu sudah tidak lagi menyayangi kakek." Harini, terpaksa menerima kartu pemberian Malik. mengingat waktunya sudah siang Harini, berlari dengan sekuat tenaga karena tempat tinggalnya dan sekolah memakan waktu kurang dari tiga puluh menit Jika ditempuh dengan kendaraan.

Cuaca pagi yang terlihat mendung membuat Harini cemas, bagaimana tidak jarak sekolah dengan rumah yang cukup jauh membuat Harini berlari bahkan kali ini jauh lebih kencang lagi agar tidak pada saat hujan Harini sampai kesekolah.

'Tuhan, jangan biarkan waktu berjalan. izinkan aku sampai lebih dulu, sebelum hujan.' Kata Harini dalam hati. sebuah mobil Land Rover berwarna hitam berhenti tepat disamping Harini. kaca jendela terbuka memperlihatkan sosok gadis cantik mencemooh Harini

"Waahhhh ... lihat, anak membawa sial sekarang ada disini, dan waahhhh ... penampilannya seperti gembel!!" Carissa melempar tisu pada Harini. sebelum mobil meninggalkan Harini.

Mobil melewati Harini tanpa, memberinya tumpangan. Harini merogoh tasnya, menenggak air yang ia bawa dari rumah.

Harini kembali berlari, namun kali ini langkahnya terhenti, seseorang menghalangi jalan Harini.

"Cepat naiklah." Seorang pria dengan motor sport, berhenti di samping Harini.

"Cepat naik!! sebentar lagi hujan!!" Harini hanya diam. dirinya tidak tahu Siapa pria yang didepannya. pria yang menyadari Harini yang takut dengannya segera mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.

"Kamu tidak perlu takut, aku salah satu murid tempatmu sekolah. kartu ini apakah cukup menjadi bukti untukmu?" Sejenak, Harini memperhatikan dan tidak Lama ia, naik keatas motor sport.

Motor melaju dengan kecepatan tinggi, Harini memeluk tubuh pria di depannya. membuat bibir pria di depannya tersenyum penuh arti.

tidak membutuhkan waktu lama, motor sport berhenti di parkiran sekolah, Harini yang masih memeluk pinggang pria didepannya di kejutkan oleh suara.

"Apakah, kamu tidak pernah memeluk pria sebelumnya?" Harini, membuka matanya dan alangkah malunya, mereka berada di parkiran dan, menjadi tontonan para mahasiswa.

"Maaf, maafkan aku ... terima kasih kak," Harini turun dari motor sport, dan pandangan mata mereka menatap dingin padanya.

"Harini!! lihatlah penampilan dirimu cepatlah ke toilet. rapikan rambutmu." Nella, membawa Harini ke toilet sekolah. dan membantu Harini merapikan penampilannya.

"Harini, bagaimana kamu bisa bersama ketua OSIS kita?" Harini mengerutkan keningnya, tidak tahu yang di maksud okeh sahabatnya.

"Maksud kamu apa Nella?" Mereka selesai merapikan penampilan, Harini dan keluar dari toilet. Harini yang tidak tahu dengan tatapan dingin dari siswa yang lain. di antara mereka bahkan dengan terang-terangan mencemooh Harini.

"Tadi, kamu berangkat bersama siapa?" Nella, memastikan jika yang ia dengar tidak benar, karena posisi Harini tidaklah aman.

"Aku tidak tahu siapa, yang pasti dia siswa di sekolah ini. dan menawarkan tumpangan padaku. aku tidak tahu siapa dia dan tidak melihat wajahnya ataupun tahu namanya." Kata Harini yang di angguki oleh Nella.

"Nella, apakah kamu tahu. kenapa mereka menatapku seperti itu?" Tanya, Harini.

"Apakah, kamu benar-benar tidak tahu siapa pria yang memberimu tumpangan?" Harini menggelengkan kepala, dirinya benar-benar tidak tahu siapa yang memberinya tumpangan.

"Dia, adalah ketua OSIS kita. jadi kamu tidak perlu khawatir, jika mulai saat ini kamu akan menjadi pusat perhatian dari mereka. dan pandangan mencemooh padamu, kamu abaikan saja oke, dan jika suatu saat nanti kamu mendapatkan bully dari mereka kamu tidak perlu takut, kamu hanya diam. jika kamu tidak tahan kamu balas dan aku akan ada di sampingmu." Harini benar-benar terkejut mengetahui pria yang memberikan sumbangan adalah ketua OSIS mereka. dan ia tahu jika ketua OSIS memiliki penggemar tersendiri di sekolah. pantas tatapan mereka dingin setelah mengetahui jika pria yang bersamanya adalah ketua OSIS.

Mereka berkumpul, di lapangan olahraga. Harini bersama kedua temannya bergabung dengan siswa yang lain.

"Aksa !!!" Suara manja seorang gadis membuat mereka menoleh kearah ketua OSIS mereka.

"Kenapa, langkah kakimu terlalu cepat. aku tidak bisa mengimbangi langkah kakimu." Kata Clara dengan suara lembut dan manja. namun tidak mendapatkan jawaban dari pria di sampingnya.

""Apakah, Clara itu pacar ketua OSIS kita Nella?" Tanya Selly.

"Ya, seperti itulah yang kita tahu bukan. jika mereka pacaran dan yang aku dengar mereka telah dijodohkan oleh orang tua mereka masing-masing." Kata Nella.

"Kita, tidak perlu membicarakan hal yang tidak penting. tujuannya kita ke sini untuk memberikan support kepada time kita yang melawan sekolah lain." Kata Harini. dan mereka mengangguk setuju.

pertandingan basket antar sekolah. suara sorak, saat aksi empat pria tertampan di sekolah R Internasional School.

"Aksa, i love you !!!"

"Aksa i love you !!!" Suara teriakan memanggil Aksa, memenuhi, lapangan basket.

pertandingan semakin seru, pada saat ini terlihat skor tertinggi adalah sekolah R Internasional School. gemuruh tepuk tangan para penonton menambah, meriah namun di balik gemuruh tepuk tangan. namun mereka tidak menyadari salah satu dari mereka, tengah ketakutan.

"Aku, peringatkan dirimu untuk tidak mendekati ketua OSIS. dia adalah kekasih dari sahabat Kami Clara, Jika kamu ingin sekolah di sini dengan tenang maka kamu jauhi ketua OSIS kami!! apakah kamu mengerti!?" Kata Elina dan Geya. dayang Clara.

"Jika kamu tidak mendengarkan apa yang kami katakan, aku pastikan belati ini akan menembus perutmu." Kata Elina.

Harini yang merasakan perih dibagian pinggang karena belati yang digoreskan di pinggang Harini.

"Kenapa diam, apakah kamu mengerti apa yang kami katakan hah?" Harini, menggigit bibir bawahnya menahan sakit akibat goresan belati yang semakin menyayat pinggangnya. bahkan kedua temannya tidak menyadari apa yang terjadi pada Harini.

"Aku, mengerti kak. tolong lepaskan, ini sakit." Kata Harini, namun mereka mengabaikan rintihan kesakitan Harini. bahkan dengan sengaja menekan belati membuat Harini meringis kesakitan.

"Jika, aku masih melihatmu berdua dengan Aksa maka belati ini akan menembus jantung mu!!" Kata mereka bersamaan.

Next chapter