1 01. Menginjak Masa Remaja

Pada senin pagi di awal bulan Juli, ketika sang raja Matahari saja belum sempat untuk menampakkan diri dan menyapa alam semesta. Seorang gadis yang ingin sekali disebut sebagai seorang remaja baru, kini sedang mengikat kedua tali sepatunya dengan gerakan yang sedikit terburu-buru. Gadis itu sesekali berdecak kala ikatannya terasa tak nyaman dan mulai mengulang ikatannya sekali lagi. Sekarang baru pukul enam pagi tapi dia sudah membuat rumahnya terlihat seperti kapal pecah karena semangatnya yang terlalu menggebu-gebu untuk menjalani hari ini.

Hanya ada satu hal yang dia pikirkan sedari tadi, dia tidak mau terlambat.

Akarsha Jagadhita— atau yang biasanya dipanggil dengan nama Akarsha, Arsha, Sasa— entahlah panggilan gadis ini memang beragam sekali. Yang pasti dirinya baru saja melepas seragam putih birunya beberapa bulan yang lalu dan kini dia tengah berbangga diri karena telah diterima pada salah satu Sekolah Menengah Atas ternama di kota Bogor, yaitu SMA Bakti Nugia.

Sekadar informasi saja kalau SMA Bakti Nugia termasuk salah satu SMA incarannya dan untung saja dia berhasil masuk sebagai siswi baru di sana. Tidak bisa dijelaskan lagi bagaimana senangnya Arsha pada saat melihat namanya ada di papan pengumuman sekolah tersebut.

Kembali pada kegiatan yang akan dia lakukan di hari ini, tidak seperti kebanyakan SMA pada umumnya. Arsha hari ini akan melaksanakan outbound yang mengharuskannya menginap di salah satu pantai di kota Bogor selama 3 hari lamanya. Outbound sendiri merupakan kegiatan di luar sekolah yang memang rutin diadakan setiap tahun untuk para siswa dan siswi baru, tujuannya adalah untuk melatih mental mereka dan mengenali kepribadian mereka masing-masing. Para siswa dan siswi baru nantinya akan dipandu langsung oleh para Jendral angkatan laut dan pastinya kegiatan ini akan sangat menyenangkan mengingat Arsha sendiri memiliki jiwa seorang petualang, dia senang sekali jika bisa datang ke tempat-tempat baru dan melaksanakan kegiatan yang belum pernah dia ikuti sebelumnya.

Setelah 3 hari melaksanakan outbound tersebut, baru setelah itu dirinya akan melaksanakan Masa Orientasi Siswa (MOS) selama 3 hari juga di sekolahnya. Jika tidak salah ingat itu adalah penjelasan yang sempat kakak kelasnya beritahu kemarin.

"Papa, udah belum siap-siapnya?!" Arsha mengangkat wajahnya seraya bertanya dengan suara yang sedikit keras karena tidak bisa melihat Papanya di mana pun.

Arsha ingatkan sekali lagi, dia tidak mau terlambat.

Roni— Papa Arsha, muncul dari dapur dengan satu kotak bekal yang Arsha tebak berisikan satu buah roti lapis untuknya nanti sarapan di dalam mobil. Rina— Mamanya, juga berada di sebelah Papanya untuk menghampirinya. "Papa udah siap dari tadi, kan ini lagi nungguin kamu, udah siap belum kamunya?"

Gadis itu langsung bangkit lalu menepuk sekilas celana training yang dikenakannya. "Udah dong, ayo berangkat!" ujarnya penuh semangat.

"Barangnya enggak ada yang ketinggalan kan sayang?" tanya Mamanya, Arsha menggeleng seraya mengambil alih kotak bekal di tangan Papanya.

"Enggak ada kok, Ma. Udah aman semuanya."

Dengan gerakan cepat Arsha memakai tas sekolahnya yang kini sedikit menggembung karena dia harus membawa banyak barang di dalamnya. Gadis itu mencium punggung tangan sang Mama dan segera berlari keluar rumah untuk segera menghampiri Papanya yang sudah keluar lebih dulu. Arsha langsung menaiki kursi penumpang di sebelah kemudi dan memakai seatbelt-nya dengan segera.

Penantiannya untuk menjadi seorang siswi Sekolah Menengah Atas sudah cukup lama, dia terlampau banyak bermimpi tentang hal-hal menyenangkan jikalau sudah mencapai tingkatan itu dan di hari ini dia benar-benar akan merasakannya, Arsha akan membuka lembaran baru dalam cerita hidupnya sebagai seorang siswi SMA Bakti Nugia.

Jika perlu dijabarkan, Arsha hanyalah seorang gadis biasa yang bisa bergerak lincah ketika sedang bersemangat— walaupun biasanya dia terlalu berlebihan, dia juga bisa menangis jika sedang bersedih dan akan banyak tertawa jika sedang bahagia. Arsha itu sangat bersemangat untuk mengejar masa remajanya, dia terlalu ingin banyak tau tentang hal-hal baru karena sepupunya yang memiliki usia dua tahun di atasnya sering kali bercerita tentang banyak hal yang bisa dilakukan sebagai seorang remaja. Dia juga sering membaca beberapa cerita novel fiksi tentang masa-masa SMA yang menyenangkan di mana akan ada banyak remaja yang akhirnya akan merasakan cinta.

Walaupun sudah biasa dibilang aneh karena dirinya yang terobsesi ingin merasakan seperti apa yang terjadi dalam cerita-cerita tersebut. Namun Arsha akan jujur bahwa sebenarnya dia hanya penasaran, bukannya terobsesi. Karena ketika dia masih berada di masa Sekolah Menengah Pertama, Arsha terlalu fokus dengan peringkat. Selain karena dia pikir sejak kecil memang harus fokus pada pelajaran agar menjadi pintar, Arsha juga memiliki alasan lain yang mana dia ingin diterima di SMA yang dia inginkan, lalu harapannya terkabul.

Oh ayolah, Arsha juga sama seperti gadis pada umumnya yang pasti akan tertarik dengan kakak kelas yang memiliki wajah tampan, dia tidak mau munafik untuk hal itu. Tetapi, Arsha tidak akan mengemis hanya untuk merasakan cinta. Jika suatu saat nanti dia benar-benar akan menyukai seseorang, Arsha rasa dia akan merasa cukup walaupun hanya mengagumi dalam diam. Karena apa yang dia kejar untuk masa remajanya adalah sebuah petualangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sensasi menjadi sibuk karena ada banyak tugas yang harus dia kerjakan, lalu bertemu orang-orang baru yang pastinya memiliki prestasi lebih di atasnya, kemudian mengikuti banyak kegiatan yang sebelumnya tidak pernah dia temukan di masa SMP-nya.

Arsha jadi semakin semangat untuk bisa merasakan itu semua.

Arsha ini tidak bisa dibilang bodoh, tetapi juga tidak terlalu pintar. Dia bisa sangat menguasai beberapa pelajaran namun juga lemah dalam beberapa pelajaran tertentu, seperti Fisika contohnya.

Pelajaran itu adalah pelajaran yang sangat dia benci, karena Arsha sangat tidak suka tentang getaran, putaran dan juga teman-temannya. Padahal Arsha termasuk suka tentang perhitungan, tapi untuk Fisika entah mengapa dia lemah sekali dan susah menangkap pelajaran tersebut.

Beberapa menit sudah terlewati tanpa gadis itu sadari dan tiba-tiba saja suara riuh menyadarkan gadis ini dari lamunannya ditambah dengan mobil Papanya yang sudah berhenti berjalan entah sejak kapan dan sudah terparkir rapi di depan sekolah barunya. Arsha bisa melihat ada empat bus di depan mobil Papanya, bus tersebut yang akan mereka gunakan untuk perjalanan menuju pantai.

"Inget pesan Papa ya Arsha."

Arsha mengangguk lalu tersenyum lebar. "Ikutin semua aturan yang ada, jangan main-main karena itu tempat rawan, kalo magh-nya kambuh cepet-cepet minta obat sama kakak senior, pokoknya Arsha harus pintar-pintar jaga diri karena jauh dari Mama sama Papa," jelas Arsha mengulang kalimat yang sudah Papanya beritahu semalam.

"Pintar anak Papa, nggak kerasa banget sekarang kamu udah besar. Yaudah yuk turun sekarang nanti kamu terlambat," suruh Papa Roni sudah bersiap ingin melepas seatbelt miliknya, namun buru-buru Arsha hentikan gerakannya.

"Eh! Arsha sendiri aja Pa, tadi Papa juga bilang kalo aku udah besar kan hehe. Lagian Tirani juga udah nungguin digerbang soalnya, tadi udah chat aku." Arsha melepas sabuk pengaman miliknya lalu memakai tas punggungnya, gadis itu mencium punggung tangan sang Papa dan segera keluar dari mobil. "Aku pergi ya, Pa!"

Arsha menatap gedung di hadapannya dengan senyum merekah. Mulai hari ini dia akan mulai menata cerita baru dalam hidupnya dan mulai hari ini juga masa remajanya akan resmi dimulai.

avataravatar
Next chapter