webnovel

Airplane Accident

Cassie Qianzie Putri mengalami kecelakaan pesawat beberapa hari setelah wisudanya disaat dia sedang berlibur bersama temannya. Saat itu dia terjatuh di negara tetangga hingga terjebak di dalam kehidupan Agatha Carls Christian yang merupakan CEO muda yang angkuh, sombong, dingin, dan menakutkan. Agatha mengira jika dia adalah kekasihnya yang hilang karena wajah mereka yang sedikit mirip, Cassie pun mulai hidup sebagai Mirachelia Larissa karena dia kehilangan ingatannya disaat kecelakaan itu terjadi. Namun semuanya berubah disaat Mirachelia Larisa yang sesungguhnya kembali. Akankah Agatha tetap bersama Cassie atau dia akan kembali kepada masa lalunya?

Nova_Fajarna · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Sejak kapan mereka dekat

Rachel tidak lagi melukai dirinya sendiri, hanya saja dia masih belum terlalu berani untuk menampakkan dirinya didepan banyak orang, dia bahkan takut untuk berkomunikasi dalam keramaian. Dan satu-satunya keadaan yang tidak berubah adalah acrophobia, sampai sekarang Rachel masih sulit untuk mengendalikan perasaannya terhadap ketinggian

Sudah hampir enam bulan Rachel dirawat oleh Aaric dengan melakukan konsultasi khusus dirumah sakit. Bahkan karena sering bertemu, keduanya menjadi akrap dan saling berinteraksi. Rachel tidak merasa begitu terbebani lagi, karena dia mulai bisa beradaptasi disana. Dia telah menemukan banyak teman, Aaric, dan yang terpenting adalah Agatha. Lelaki yang selalu menuruti apapun kemauannya

Disana Rachel seakan-akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Sekarang dia bahkan melanjutkan S2 nya di kampus favorit bersama dengan Raquelle dan Melissa. Kemana pun Rachel pergi, dia akan diantar jemput oleh supir pribadi yang sengaja Agatha pekerjakan untuk menjaganya

"Agathaaa"

Dari kejauhan Rachel berlari kecil disaat melihat Agatha yang baru saja keluar dari kantornya. Dia langsung menerjang Agatha dengan pelukannya. Gadis itu sudah lama berada disana hanya untuk menunggu Agatha keluar, mungkin dia terlalu rindu dengan Agatha yang akhir-akhir ini disibukkan dengan pekerjaannya

"Lama banget sih?" Rachel

"Kangen?" Agatha langsung melepaskan pelukannya

"Lo tuh gak peka banget sih" Rachel melipat kedua tangannya diatas dada, dia kesal dengan sikap Agatha yang terlalu dingin dan terkadang menakutkan

"Siapa yang ajarin kamu bicara kasar hmm?" Tanya agatha

"Lo aja yang kuno, udahlah aga gak usah terlalu kaku" Rachel

"Rachel" Agatha seakan ingin membentaknya tapi suaranya tak bisa berkata terlalu kasar dihadapan gadisnya. Agatha banyak menahan marahnya jika itu didepan Rachel, itu karena dia tidak ingin jika gadisnya ketakutan disaat bersamanya

Akhirnya Agatha hanya akan meraih tubuh kecil itu, membawanya kedalam pelukan hangatnya. Banyak orang yang melihat mereka dan tak sedikit para wartawan yang sedang berusaha mencuri kesempatan untuk memotret saat-saat seperti ini. Semakin hari, artikel tentang pasangan ini kian menyebar hingga menarik banyak perhatian masyarakat negara B

Rachel yang telah dinyatakan selamat dari kecelakaan pesawat itu kini menjadi alasan naiknya harga saham di perusahaan Agatha. Dengan itu, Agatha menjadi semakin kuat dan terus berkembang menjadi satu-satunya perusahaan yang telah memiliki cabang di beberapa negara. Mereka bahkan mendapatkan undangan khusus untuk makan malam dengan presiden negara B disaat acara perayaan Anniversary presiden dengan istrinya. Koneksi Agatha semakin luas, dan mungkin koneksinya tidak akan terbatas ke negara manapun

"Aga, gue bosan kuliah mulu" Rachel memulai percakapan disaat mereka baru saja masuk kedalam mobil

Karena Rachel menunggunya, maka Agatha menggunakan mobil pribadinya sendiri. Biasanya dia akan diantar jemput oleh supir pribadinya, tapi kali ini dia hanya ingin berdua dengan kekasihnya

"Mau jalan-jalan?" Ajak Agatha

"Boleh?" Rachel

"Besok kita ke kota C" Agatha

"Yuhuu.... Asik dong" Rachel tersenyum puas

Melihat gadisnya tersenyum saja sudah cukup membuat hati Agatha bahagia. Terkadang dia berpikir, bagaimana bisa dirinya bisa segila itu kepada Rachel. Sampai hari ini pertanyaan itu masih belum bisa dijawab olehnya, yang dia rasakan adalah hatinya selalu berdebar saat didekat Rachel. Namun kali ini, dia menjadi semakin berdebar dengan perubahan sikap Rachel yang menjadi lebih ceria dari sebelumnya

"Ohh ya, antar gue ke rumah sakit dulu, mau ketemu Aaric" Rachel

"Aaric?"

"Aah dokter Aaric?" Agatha mengerutkan keningnya

"Kapan kalian menjadi sedekat itu? Kamu bahkan langsung menyebutkan namanya" lanjut Agatha

"Aah beberapa bulan yang lalu gue tuh emang udah nyebut nama dia gitu, lagian usia dia sama gue tuh ga jauh beda kok, dia seumuran sama Lo kalau gak salah sih. Tiga tahun lebih tuaan kalian kan sama gue, so fine-fine aja kan gue manggilnya gi-"

Sriiiittt...

Agatha menghentikan mobilnya ditengah perjalanan sehingga Rachel dengan refleks menghentikan perkataannya

Rachel menoleh kearah Agatha yang sedang menatapnya dengan penuh kemarahan. Matanya begitu tajam, namun bibirnya membentuk sebuah lengkungan tipis yang membuat Rachel semakin merinding ketika berada di suasana seperti itu. Rachel lebih baik melihat Agatha yang langsung marah dan menghancurkan segalanya dari pada harus melihat smirk khas laki-laki itu

Tapi harus bagaimana lagi, menyeringai adalah kemampuan utama Agatha dalam melumpuhkan lawan jenisnya

"Hanya karena aku diam, bukan berarti kalian bisa terus seperti itu" Agatha

"Di-a cu--ma te-man aku" ujar Rachel dengan terputus-putus. Bahkan dikeadaan seperti ini, bahasanya akan kembali baku

"Bagus" Agatha mengelus pelan pipi Rachel

Setelah melewati perjalanan yang penuh dengan ketegangan saat menuju kerumah sakit, Rachel langsung turun dan menggandeng tangan Agatha. Agatha sempat menoleh, lalu membiarkan gadis itu untuk terus berjalan disampingnya

"Lo marah aga?" Tanya Rachel yang masih menarik-narik tangan Agatha

Agatha tidak perduli dan terus berjalan. Namun dibalik cueknya Agatha, ada sebuah senyum yang diam-diam terukir di bibirnya. Ingin sekali dia memeluk gadisnya yang takut jika dia marah, namun sayangnya sekarang mereka berada tepat didepan pintu ruangan Aaric

"Rachel, kamu balik lagi" sapa Aaric

"Tuan" kali ini Aaric menyapa Agatha

"Udah lama ya gue gak balik kesini" Rachel langsung duduk disebuah sofa didekat sana, yang kemudiannya diikuti oleh Agatha dan Aaric

"Gimana kabarnya Rachel? Udah mulai baikan kan phobia nya?" Tanya Aaric

"Soal itu udah lumayan kok, cuma gue tuh-" belum sempat Rachel mengeluarkan keluh kesahnya kepada Aaric, Agatha malah memotong pembicaraannya

"Hya, kita dirumah sakit sayang, bicara yang sopan sama doktor" Agatha

"Tidak masalah tuan, bicara sesuka hatimu nona" Aaric

"Hmm soal itu udah lumayan kok dok, cuma gu- hmm maksudnya aku masih belum ingat apapun" Rachel merasa sedikit risih berbicara normal seperti ini, tapi setidaknya didepan Agatha dia harus mendengarkannya

"Jangan dipaksa ya, pelan-pelan saja" Aaric

Aaric mengambil sebuah buku lalu dibukanya beberapa lembaran, sepertinya dia sedang membacakan dosis obat yang tepat untuk dikonsumsi kan oleh Rachel selanjutnya

Selama ini Aaric selalu memberikan obat-obatan alami untuk Rachel, hanya beberapa dosis yang menggunakan obat-obatan kimia. Mungkin karena itu dia sedikit kesulitan untuk menemukan sesuatu yang ampuh untuk segera mengembalikan kondisi tubuh Rachel seperti semula

Beberapa bulan setelah Rachel mulai berobat kepada Aaric sebelumnya, dia hanya diduga pernah terkena pembekuan darah di otak kirinya. Namun setelah diteliti kembali, ternyata Rachel miliki sedikit masalah pencernaan. Mungkin dikarenakan saat masa depresi dia sama sekali tidak memakan apapun selama berhari-hari

"Jangan lupa minum vitamin, istirahat yang cukup" saran Aaric

"Aah Aaric, maksudnya doktor Aaric" panggil Rachel

"Iya" Aaric

"Sepertinya aku ingat sesuatu" Rachel

"Tapi apa ya" Rachel kembali memikirkan sesuatu

Aaric yang mendengarkan itu langsung meninggalkan bukunya untuk fokus kepada Rachel

"Apa itu? Pelan-pelan saja, jangan dipaksa Rachel" Aaric

"Aku tidak yakin, tapi ada sebuah tempat yang banyak sekali orang, penuh antrian, hmm.... Akhh" Rachel

"Huuftt"

Aaric menghempaskan nafasnya dengan kasar. Ini bukan pertama kalinya Rachel mengatakan itu, dia selalu menyebutkan ada banyak orang disuatu tempat, lalu Aaric menyimpulkan jika ingatan itulah yang menjadi penyebab faraa mengalami agoraphobia (takut kepada keramaian)

"Bandara, aku ingat" sahut Rachel

"Disaat itu aku berada di bandara, tapi untuk apa?"

"Negara X, Aku pulang dari negara X"

"Iya bandara, hari itu aku pergi ke bandara". Rachel menjadi panik, keringatnya mulai bercucuran dan pikirannya menjadi kalang kabut 

"Rachel pelan-pelan, jangan dipaksa" Aaric ingin menghentikannya, karena dia tau jika gadis itu sangat ingin mengingat semuanya

Rachel melirik kearah Agatha dengan tatapan yang begitu menyedihkan

"Kau ingat sesuatu?" Tanya Agatha

"Aku ingat, sesuatu yang terpenting" Rachel

✓✓✓

Jadi, ada 3 negara yang aku misalkan dengan negara A, B, Dan X

Dan Kota C itu adalah bagian dari negara B

Semoga kalian paham ya❤️