webnovel

Airin (Membenci Sepi)

Kalau dari awal ku tahu cahaya itu menakutkan, aku lebih baik tinggal di dalam kegelapan... Airin, gadis misterius yang memiliki banyak rahasia, menggunakan topeng dingin dan angkuh untuk menyembunyikan kerapuhan hatinya. Bertemu dengan Jeandra laki-laki baik dan ceria namun menyembunyikan luka yang mendalam. Bagaimana kisah mereka? Akankah mereka saling menguatkan, atau justru saling melemahkan?

Abiumijinrene · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Jeandra

Tidak segala sesuatu harus ditunjukkan kepada orang lain, karena tempat penyembunyian rahasia teraman adalah pada diri sendiri... Setidaknya itu yang aku pikirkan, sebelum seseorang mengetahui rahasia terbesarku.

...

Jeandra Wijaya, salah satu penerus perusahaan keluarga Wijaya, namun tak banyak yang tahu bahwa Jeandra sangat membenci namanya selalu disandingkan dengan keluarga Wijaya.

"Aku memiliki cita-cita sendiri! Aku tidak ingin menjadi penerus! Berikan saja kepada Taendra!" Ucap Jeandra pada pertemuan keluarga.

"Aku ga bisa bang, Abang kan tahu sendiri, aku ga ngerti masalah bisnis.." Jawab Taendra tidak terima.

"Aku ingin membuka usahaku sendiri, aku tidak ingin berada dibawah keluarga busuk ini!" Ketus Jeandra.

"Jaga bicaramu Jeandra! Selama ini kau hidup dari keluarga ini!" Teriak ayah Jeandra.

Jeandra tersenyum sinis.

"Aku tidak ingin menjadi sepertimu yang menumpang hidup dari ibuku!!"

"Apaa!!!" Ayah Jeandra menampar Jeandra tepat di pipinya.

Jeandra tersenyum sinis, dan pergi meninggalkan semua keluarganya. Setelah kejadian itu, Ibu Jeandra mengancam untuk membunuh dirinya sendiri, jika Jeandra tidak mau menjadi penerus perusahaan. Oleh karena itu, Jeandra tidak bisa mengelak selain menerimanya.

******

"Airin! Kamu jangan tidur di dalam kelas! Kalau kamu ingin tidur, sebaiknya kamu keluar dari kelas saya!" Ucap Pak guru kepada Airin.

"Baik!" Jawabnya dan pergi meninggalkan kelas.

Jeandra sedikit menyunggingkan senyum, baru pertama kalinya Jeandra menemukan gadis yang berani seperti Airin.

"Unik.." gumam Jeandra.

******

"Bagaimana aku mendekatinya?" Bingung Jeandra.

Tiba-tiba... Bruk!

"Aww! Kau bisa lihat jalan kan!?" Kesal Jeandra.

"Maaf!" Ucap Airin.

"Aah.. Tidak apa-apa kok hehe.." Jawab Jeandra salah tingkah.

Airin hanya menundukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Jeandra.

"Semakin ku lihat, dia mirip sekali denganku, hanya bedanya... Dia berani, dan aku tidak..." Ucap Seokjin.

Setelah kejadian itu, Jeandra menjadi penasaran dan ingin lebih dekat dengannya, namun, itu semua berubah, setelah dia tahu satu rahasia yang coba Jeandra sembunyikan dari dunia.

Airin memang tidak bereaksi apa-apa setelah mendengar rahasia itu, namun Jeandra mengira jika bisa saja Airin membongkar rahasianya.

******

Setelah kejadian itu, Jeandra dan Airin menjadi musuh bebuyutan, mereka tidak pernah akur dan selalu bertengkar di setiap kesempatan.

"Saya tidak mau satu kelompok dengan dia! Bisakah bapak menukarnya?" Tanya Jeandra.

"Maaf Jeandra, itu tidak bisa dilakukan!"

"Saya benar-benar tidak bisa satu kelompok dengan murid nakal sepertinya bapak!"

"Kamu pikir aku mau satu kelompok denganmu?" Kesal Airin

"Siapa juga yang mau satu kelompok dengan gadis angkuh sepertimu?" Balas Jeandra.

"Aku juga ga mau satu kelompok sama cowok keras kepala sepertimu!"

"Sudaah! Cukup!" Teriak pak guru.

"Kalian tetap harus satu kelompok, itu sudah final!" Lanjut pak guru.

******

Setelah pembagian kelompok, Jeandra dan Airin mau tidak mau harus mengerjakan tugas berdua.

"Kita lebih baik mengerjakannya masing-masing saja! Aku tidak suka bekerjasama dengan orang asing!" Ucap Airin.

"Mauku juga begitu, tapi kamu pikir aku percaya sama peringkat 1 dari bawah sepertimu?" Ejek Jeandra.

Airin mendengus kesal.

"Nanti sore, aku tunggu kamu di taman dekat Lapangan Bangvelt!" Ucap Jeandra dan pergi meninggalkan Airin.

"Menyebalkan!!!" Gerutu Airin

******

Sere nya.

"Kau terlambat 20 menit 29,9 detik!" Ucap Jeandra dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku ada urusan di rumah! Sudahlah, mulai saja sekarang, aku tidak punya banyak waktu!"

"Salah siapa yang datang tidak tepat waktu?" Kesal Jeandra.

Kali ini Airin memilih untuk tidak menjawab, dia benar-benar ingin menyelesaikan tugasnya secepat mungkin.

Mereka belajar dengan sedikit adu mulut.

"Kau kenapa sih sangat membenciku?!" Kesal Airin.

"Aku tidak membencimu.. Aku hanya tidak menyukaimu saja!"

"Itu sama saja membenci!"

"Itu berbeda, makanya kalau sekolah itu yang benar, bukannya tidur pas guru menjelaskan!" Ejek Jeandra.

"Terserah! Aku malas berdebat denganmu!" kesal Airin.

******

Hari berlalu, dan hubungan mereka tetap saja seperti itu, tidak ada hari tanpa bertengkar.

Sampai waktu itu, untuk pertama kalinya, Jeandra melihat rahasia dibalik sikap angkuh rivalnya itu, pada saat Jeandra ingin mengantarkan buku teman-temannya ke meja guru, Jeandra tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan Airin dan kedua orangtuanya. Jeandra tentu saja kaget, dia tidak sengaja berpapasan dengan Airin, dan Airin segera pergi. Jeandra lantas mengejar Airin sampai ke atap sekolah.

Di atap, untuk pertama kalinya Jeandra melihat Airin menangis. Rivalnya itu untuk pertama kalinya menunjukkan sisi lemahnya.

"Ternyata... selama ini kamu juga menggunakan topeng Rin..." Batin Jeandra.

Jeandra duduk di samping Airin, berusaha untuk menghiburnya. Bukan Jeandra dan Airin namanya kalau tidak bertengkar, apalagi di saat-saat seperti sekarang. Setidaknya Jeandra punya caranya sendiri untuk menghibur Airin.

******

"Hey bang!" Sapa Taendra.

"Apa?"

"Bengong aja lo, kenapa?"

"Ga ada apa-apa.." Jawab Jeandra seadanya.

"Bang... Airin itu orangnya unik banget ya... Misterius dan bikin penasaran juga.." Ucap Taendra.

Jeandra menatap tidak suka Taendra.

"Kenapa? Kau suka padanya?"

"Belum sih, tapi mungkin aja nanti bisa suka.." Jawab Taendra.

"Jangan menyukainya!"

"Kenapa? Apa Lo cemburu bang? Lo suka juga sama Airin?"

Jeandra tersedak mendengar ucapan Taendra.

"Ng...nggak! Si...siapa bilang gue suka? Gue cuma ga ingin Lo pacaran sama musuh bebuyutan gue!"

"Yakin cuma itu?" Selidik Taendra.

"Ho..o Tentu..." Jawab Jean gugup.

******

Jeandra masuk ke dalam kamarnya, dia masih memikirkan perkataan Taendra.

"Kenapa gue jadi takut gadis angkuh itu dideketin tandra? Gue ga cemburu kan? Nggak nggak! Ngapain juga gue cemburu? Gue ga suka sama gadis itu!" Ucap Jean segera menepis pemikirannya.

******

Terkadang, ketidaksengajaan dapat menandakan sesuatu, mungkin saja bukan ketidaksengajaan, namun kepastian yang akan datang sesuai anjuran takdir. Menolaknya berarti menolak takdir.

Jeandra POV.

Awalnya aku tidak mengerti, bertemu dengannya rasanya seperti rollercoaster, aku menolak untuk mendekat karena aku takut untuk naik, namun aku penasaran bagaimana rasanya naik, dan tidak rela kalau temanku berani naik dan aku tidak.

Sering sekali aku berpikir, perasaan seperti apa yang aku miliki, sesekali aku merasakan ada yang berbeda di dalam diriku, sesekali aku juga merasakan kesal, namun ku rasa itu bukan benci.

Aku butuh waktu untuk memahaminya, mungkin pada saat aku menemukan jawaban akhirku, aku bisa saja bahagia, atau justru merasa sedih, aku tidak tahu apa yang akan terjadi, karena aku tidak akan tahu masa depan.

Menakutkan sekali, membayangkan keadaan terburuknya.

******

"Bangun.." Ucap Airin membangunkan Jeandra.

Jeandra bangun dengan tatapan bingung, dia kemudian tersenyum menatap wajah Airin.

"Kau masih waras kan? Kenapa menatapku dengan tatapan mengerikan seperti itu?"

"Aku tersenyum padamu, apa itu mengerikan?" Kesal Jeandra.

"Sangat mengerikan... Senyum tidak cocok untukmu.."

Jeandra mendengus kesal.

"Ada apa membangunkanku?"

"Kau tidak ingat, kita akan belajar kelompok!"

"Oh iya ya.."

"Ayo cepat, sebelum waktuku habis!"

"Kau itu sok sibuk sekali!" Dengus Jeandra.

"Memang aku sibuk! CEPAT!"

"Iya iya!"

TBC...