webnovel

Bab 1

"Yoooo!"Lingga nyaris terkejut dengan suara Jefran yang melompat ke ranjang miliknya dan menimpa seluruh berkas yang telah dipersiapkan Lingga menjadi tak berbentuk.

"Jef!bangun dari situ!"titah Lingga sembari mendorong-dorong pantat Jefran hingga anak itu jatuh dari ranjang.

"Josh!lihat?!dia mendorongku!"rengek Jefran dengan tatapan memelasnya.Berharap Josh akan membelanya.

"Jijik gue Jep!"kata Josh bergidik ngeri melihat wajah Jefran yang diimut-imutkan. Bukan terlihat manis,justru terlihat konyol dan menggelikan untuk seukuran pria sekekar Jefran."Lagian,lo seriusan mau ke sana?"

"Gue mau mengabdi buat masyarakat."kata Lingga tenang.

"Dua tahun lebih lo mengabdikan diri buat masyarakat,berhadapan terus ama virus-virus itu,ampe lo tiap waktu pake baju kayak astronot itu apa?itu udah cukup buat lo mengabdi,Li!lo masih bisa nongol gini gue udah bersyukur,beruntung lo kagak join mati kayak Dokter lainnya."tersirat nada resah dari Jefran.Lingga hanya tertawa sembari memegang bahu Jefran.

"Jef,Josh,gue harus menepati sumpah gue sebagai Dokter,gak cuma Dokter,semua kerjaan juga harus menepati sumpahnya mau gak mau mereka harus terima resiko itu,termasuk hidup dan mati."kata Lingga yang tentu disetujui oleh Josh.

"Kerjaan gue gak ada gituan loh!"Jefran terus membela diri.

"Lo kan youtuber babi!lagian juga kenapa sih Jef?gue lo larang ngurus kasus padahal gue pengacara terpercaya,Lingga juga lo larang pergi,sebenarnya lo itu kenapa?jangan kasih kode kayak cewek."sahut Josh yang sebenarnya sudah lebih dulu lelah dengan keanehan Jefran.

"Perasaan gue cuma gak enak.daripada lo berdua kenapa-napa."Jefran menyandarkan punggungnya di sisi kaki ranjang dan memandang kosong ke depan.Sebuah bayangan mengerikan itu kembali muncul.

"Pandemi ini emang udah gak parah,cuma gue ngerasa bakal ada kejadian buruk lagi,itu berkali-kali muncul setiap gue tidur,seakan ada darah di mana-mana,seriusan gue takut banget asal lo tahu."tambahnya lagi.

Lingga menatap Jefran dan,"Makanya kalo tidur ingat waktu,lo cuma kecapekan,Jef.Gue sama Josh bakalan aman,Josh kan tetep di sini,cuma gue yang ke luar kota!".

"Josh juga udah pamit brengsek!lo berdua brengsek!lo paham apa itu brengsek?itu lo berdua definisi brengsek!"ucap Jefran menggebu-gebu.Anak itu langsung keluar dan tak lupa menutup pintu dengan keras hingga nyaris membuat jantung Lingga dan Josh berpindah ke lambung.

Lingga mengernyitkan alis tanda bertanya ada apa,dan hanya dibalas dengan gelengan kepala Josh.Kedua laki-laki itu memilih sibuk mempersiapkan diri untuk besok.

"Kasus kali ini cukup berat,Li."keluh Josh sambil menunjukkan berkas milik clientnya.

"Namanya juga dunia hukum,pasti beratlah Josh!emang kasus apaan?"Lingga sedikit mengintip isi berkas yang dipegang Josh.

"Penipuan besar-besaran.Client gue itu kena tipu sama Notaris tanah,ya kurang lebih begitu,Client gue udah habis duit hampir milyaran dan anehnya gak satupun berkas masuk ke BPN,intinya duit itu di bawa kabur sama Notarisnya dan beberapa barang bukti sengaja dihilangkan."jelas Josh,terdengar sarat lelah dari setiap hela nafasnya.

"Udah lapor polisi soalnya,kalo kalah bukti bakal ribet kasusnya."Josh mengusap rambutnya frustasi."Li,gue boleh lihat data orang yang meninggal pas Covid kemarin?itu bisa dukung kelengkapan bukti gue."

"Lo ambil aja di meja gue flashdisknya,lo bisa copy sesuai data yang lo cari,gue mau siap-siap besok udah berangkat gue,bisa aja kan?kota itu masyarakatnya belum mendapatkan vaksin secara merata."kata Lingga kembali menyibukkan dirinya.

"Gak bujuk si Jefran?"tanya Josh tanpa melihat Lingga,mata lelaki itu sibuk menelisik setiap data-data yang ada di laptopnya.

"Palingan tuh anak cuma pundung."keduanya lantas tertawa tanpa ada beban sedikitpun di pundak mereka,mereka tak berpikir seakan esok akan menyambut baik atau buruk mereka sama sekali tak memikirkan itu semua.Yang mereka tahu hanyalah mengabdi dan menyelesaikan tugas mereka.

Keesokan harinya Lingga sudah bersiap untuk segera berangkat,sesekali mengecek barang dengan teliti agar tak ada yang tertinggal satu barang pun.

"Permisi"Lingga melonjak kaget ketika mendengar suara datar yang cukup membuat bulu kuduknya berdiri.Cara menatap si Mas Kurir itu sangat mengintimidasi.

"Paket."jika pada umumnya kurir paket akan berteriak melengking dengan nadanya yang khas,orang ini teramat sangat datar tanpa ekspresi."Atas nama Jefran ."

"Oh?oke!"Lingga segera menerima paket itu dan segera menandatangani.

'Aneh,itu bisul atau apa?kok seperti tombol di mobil mainan ponakan gue.'batin Lingga hampir tertawa,untung dia bisa menahan.

"Siniin paket gue!haram lo pegang."rupanya Jefran masih sensi.Lingga hanya menarik nafas berat dan melepas dengan sedikit mendengus.Apa-apaan si Jefran?hanya karena dirinya menjalankan tugas,anak itu memusuhi dirinya tanpa alasan yang jelas begitulah yang Lingga pikirkan.

"Jef,gak semua yang lo mau,harus ada dan harus bisa,jadi orang jangan punya sifat itu."

Jefran menghentikan langkahnya."Gue rasa lo atau Josh pinter kan?harusnya gak perlu gue jelasin panjang lebar,lo harusnya paham apa maksud gue."

"Itu kalo lo berdua bisa mikir."

Jefran menghilang dari balik pintu,anak itu berlalu pergi meninggalkan beberapa tanya dalam benak Lingga.Apa maksud perkataan Jefran,kenapa anak itu tak menjelaskan secara gamblang,dan,entah mengapa hari ini Lingga merasa otaknya sulit diajak untuk memecahkan konspirasi yang diciptakan oleh Jefran.Lalu tentang Josh?sudah pasti anak itu lebih memilih memeras otak pintarnya untuk mengurus kasus yang harus dia hadapi daripada kemarahan Jefran yang menurutnya tak jelas kemana arahnya.

"Li,thanks!"Josh melemparkan flashdisk yang semalam dia pinjam ke arah Lingga.

'Happp!'

Lingga menangkap cukup dengan satu tangan saja."Yoi!have fun,Josh!".

"Have fun your head!gue mau ngurus kasus bukan holiday"tawa Josh sembari memacu sepeda motornya dan meninggalkan asap dan aroma parfumnya yang masih ada meski orang itu sudah jauh dari pandangan Lingga.

"Semoga respon masyakarat di sana baik dan mau menyambut baik kehadiran gue."gumam Lingga sebelum pada akhirnya laki-laki itu masuk ke dalam mobil yang akan dia gunakan untuk pergi ke tujuannya.

Baik Josh ataupun Lingga,tak satupun dari mereka menoleh ke belakang melihat adanya seorang Jefran Aliandra."Gue harap kalian berdua tetap aman,meski gue sadar,gak sepenuhnya gue yakin."

Jefran menatap kepergian kedua sahabatnya yang selama ini menggantikan peran orang tuanya,menjaga dan merawatnya."Gue gak siap dewasa,gue takut kalo lo kenapa-napa gue gak bisa bantu apa-apa,karena,gue gak cukup mampu jadi benteng."

'Brukkk'

Jefran menoleh ke arah pintu,terlihat anak laki-laki dengan kacamata beningnya itu menampilkan wajah jenakanya,setelah melemparkan tas ranselnya."Bang Lingga udah pakai jamnya?lo udah buat jamnya jadi permanen di tangan Bang Lingga?"

Bukan menjawab pertanyaan Haxel,Jefran justru memilih diam,dan pergi meninggalkan Haxel yang penasaran.

"Eh!gue tanya,lo udah pasang ke tangannya Lingga belum?lo itu congek apa bisu?!gue tanya diem mulu dari tadi,aaa!apa jangan-jangan lo juga buta sekalian gak lihat gue,gak denger gue ngomong?"kesal Haxel itu kalo bertanya gak dijawab,minimal jawab iya atau tidak kan beres,seenggaknya ngangguk atau geleng.Lah ini?si Jefran cuma natap Haxel dengan datar.Parahnya lagi,itu bocah udah sampai anak tangga ke enam.

Jefran akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap Haxel malas."Gue lagi pengen sendiri,jangan bikin gue capek."

"Gue cuma minta lo jawab iya atau nggak,bukan suruh benerin tatanan planet wahai Tuan Jefran Hardyan Putra,berat dari mana?!"Haxel berkata dengan mulut yang berekspresi julit,dan telunjuknya mengarah ke wajah Jefran.