webnovel

Rahasia Kecil

Bagas sedikit mendelik mendengar ancaman dari pemuda yang masih duduk santai dan menikmati makanannya itu.

Baru kali ini dia merasa ada orang yang baru dikenal sudah memberikan ancaman bahkan mendekati perintah.

"Aku lebih tua darimu Bocah, jangan suka mengancam dengan orang lain, itu tak sopan!" Bagas tak terima. Kaja menyentuh pelan pundak Bagas, tanda menghentikan perdebatan yang tak perlu. Bagas pun kembali diam dan mendengus pelan.

"Terserah Kalian, Aku hanya memberi saran terbaik untuk kalian." Pemuda itu santai menjawab sambil meneguk minumannya.

Kaja diam sejenak, diperhatikannya pemuda yang seusia dengannya itu terlihat tampan. Namun, Kaja melihat ada sorot yang dalam dari mata pemuda itu, sorot mata tajam dan fokus, "Kalau boleh tahu, siapa nama Saudara?"

Pemuda itu menoleh kearah Kaja, "Namaku, Jiro."

Kaja tersenyum dan memperkenalkan rekannya juga yaitu Bagas.

Jiro pun meneguk air minumnya terakhirnya dan bergegas hendak pergi. Sebelum pergi, Jiro memanggil pelayan dan membayar uang lebih, dia mentraktir Bagas dan Kaja. Dia membayar pesanan mereka berdua. Kaja pun berujar terimakasih, suatu hari jika bertemu lagi, Kaja akan membantunya jika diperlukan. Dan, Jiro pun tersenyum padanya.

Jiro berpamitan, hendak duluan. Dia melangkah dan sebelum meneruskan langkahnya setelah meninggalkan mereka sekitar 5 langkah, dia berbalik sejenak.

"Aku peringatkan sekali lagi, Jangan ikut campur soal Kalueng. Sayangi nyawa Kalian," Jiro langsung melangkah pergi tanpa menengok lagi.

"Kau ini, Benar-benar ya…" Bagas seolah tak terima dan hendak bangkit, namun Kaja memegang lengannya.

"Sudah, duduklah. Kita kan harus makan sekarang," Kaja tahu, Bagas memang temperamen, namun pada dasarnya dia sangat baik dan perhatian.

"Baiklah. Aku juga lapar."

Mereka berdua pun mulai melahap makanannya, mereka juga memulai berdoa sebelum makan. Itu menjadi kebiasaan Kaja, seperti yang diajarkan Kakeknya.

Sekelompok orang masuk ke rumah makan itu, Mereka juga kelompok Aflif. Sepertinya mereka kelelahan atau lapar sehingga mampir ke rumah makan dan penginapan itu. Mereka berlima, melihat tempat sudah penuh, namun juga melihat ada bangku yang masih longgar. Tempat dimana Kaja dan Bagas sedang makan dengan tenangnya.

Salah satu lelaki itu melihat mereka berdua dan mendekat, mencoba mengingat wajah pemuda yang tengah makan itu.

"Bukankah Kau Bocah Kaja," Lelaki tua itu mencoba mengenali wajah Kaja.

Kaja menghentikan makannya dan memperhatikan lelaki tua itu, "Kakek Kamir bukan?"

Dan, Lelaki tua itu mengangguk sambil tersenyum.

Kaja langsung berdiri dan memberi salam kepada kelima anggota Aflif Lentera itu. Mereka pernah bertemu dahulu, saat itu Kaja tengah sendiri. Kaja mempersilakan mereka ikut bergabung, mereka pun mengucapkan terimakasih dan memesan makanan dan duduk bersama Kaja dan Bagas. Mereka terlibat obrolan seru dan saling memperkenalkan diri.

"Sudah lama rasanya sejak pertemuan itu Kaja, Kau jadi bertambah tinggi saja," Sanu, Ketua Lentera tersenyum pada Kaja. Kaja pun membalas senyuman itu, "Iya Paman." Masing-masing mereka pun asyik dengan obrolan hangat, Pesanan makanan dan minuman pun datang. Mereka memulai dengan minuman air putih terlebih dahulu.

Kaja bersebelahan dengan Kakek Kamir.

"Sepertinya, Kau sudah mengalami banyak pengalaman Kaja," Kakek Kamir sudah lama melintang di dunia persilatan, energi aura Kaja dirasakannya mengalami pemadatan dan juga ada perubahan dalam diri Kaja yang dirasakan Kakek Kamir.

"Aku masih butuh banyak pengalaman Kakek," Jawab Kaja sopan.

Kakek Kamir tersenyum. Dia sudah merasa sejak awal bertemu Kaja lebih dari setahun yang lalu, dia merasakan bahwa pemuda itu memiliki kemampuan tinggi dan akan memiliki masa depan cerah nantinya.

"Kaja," Kakek Kamir menatap Kaja sejenak, yang lain sibuk dengan obrolannya termasuk juga Bagas yang mulai mendengar cerita dari Sanu dan Bara soal keuntungan menjadi anggota resmi Aflif.

Kaja melihat lelaki tua di sebelahnya itu, "Ada apa Kakek?"

"Siapa yang mengajarimu beladiri?" Kakek Kamir penasaran pada Kaja, dia merasakan energi Kaja unik ketika dia merasakannya dari dekat. Kamir merasakan kalau orang yang mengajari Kaja adalah orang hebat. Karena, di usia Kaja sekarang, dia sudah memiliki tenaga yang cukup besar.

Kaja pun menjawab tanpa penasaran, "Aku diajari oleh Kakekku, namanya Noran."

"Noran?" Kakek Kamir mengerutkan keningnya, sepertinya nama itu tidak pernah dikenalnya meskipun dia sudah banyak mengenal orang hebat dari Aflif ataupun bukan dari Aflif, orang dengan kemampuan hebat, setidaknya Kakek Kamir mengenalnya karena dia sudah lama di Aflif dan juga mengenal banyak orang.

"Tapi…," Kaja mencoba mengingat sesuatu, "Aku pernah mendengar kalau Kakekku punya nama yang lain. Aku ingat, namanya adalah Bunt…."

Wuusshhh!

Sebuah energi yang sangat tipis tiba-tiba menyelimuti Kaja, Kaja pun heran. Energi tipis itu tiba-tiba keluar dari Kakek Kamir. Dari tongkat yang sedari tadi di pegangnya. Kaja menyadari ada yang aneh, energi tipis itu seperti tak terlihat, energi yang tiba-tiba menyelingkupi dirinya dan Kakek Kamir, hanya berdua. Kaja pun menatap Kakek Kamir. Disana, Kakek Kamir seolah sangat terkejut dan matanya terlihat membulat. Ada gurat senja berbentuk dikerutan wajahnya, terutama di sekitar matanya.

"Kaja…, Aku menutup pembicaraan kita. Hanya kita berdua yang bisa mendengar satu-sama lain."

Benar saja, anggota Aflif Lentera seperti tak mendengar obrolan Kaja dan Kakek Kamir, mereka bersebelahan dan seolah hanya berbicara pelan.

"Berhati-hatilah di kemudian hari menyebut nama Kakekmu itu," Kakek Kamir membalikkan wajahnya kembali menghadap ke depan setelah sebelumnya menatap Kaja. Kaja pun semakin penasaran. Ada rahasia apa tentang asal-usul Kakeknya sebenarnya, semuanya serba misteri. Sebenarnya siapa Kakek Noran yang selama ini menjaganya sejak kecil dan mengajarkannya banyak hal itu.

"Bunto…, Dia adalah buronan paling dicari di seluruh dunia ini!" Kalimat Kakek Kamir begitu tegas dan pelan. Energi sihirnya membuat percakapan mereka hanya bisa didengar oleh mereka saja.

Kaja membelalakkan matanya. Seolah tak percaya dan seolah tak mau percaya. Kakeknya, Noran yang selalu bersamanya setiap waktu selama dirinya di Desa Pertiwi merupakan orang yang paling dicari di seluruh dunia. Apa maksud dari semua ini? Ada rahasia besar apa yang menimpa dirinya bersama Kakek Noran.

Kaja menggeleng, Kakek Kamir paham bahwa Kaja tidak tahu sama-sekali soal itu, terlihat dari ekspresi Kaja.

"Jangan pernah menyebut nama Kakekmu lagi pada siapapun. Jika mereka tahu bahwa Kau adalah orang yang dekat dengannya. Kamu pasti akan dicari semua orang, bahkan oleh orang-orang dari Black Secret."

Kaja semakin menggeleng, tak percaya dan tak bisa menganalisa lagi. Kakeknya, Black Secret, dia juga jadi buronan?

Selain itu, kenapa Kakek Kamir memberitahunya, jika memang ada keuntungan ketika menahan dan menginterogasinya. Kenapa Kakek Kamir memperingatinya, artinya Kakek Kamir melakukan itu demi kebaikan Kaja ke depannya.

"Kaja," Kakek Kamir memegang pelan pundak Kaja, "Aku adalah sahabat dari Kakekmu, kita pernah satu misi dahulu saat pertempuran besar beberapa tahun yang lalu. Aku tahu tentang Kakekmu, ingatlah satu hal. Kakekmu itu adalah orang yang baik, namun dia difitnah, karena ada rahasia yang disimpannya rapat-rapat, sehingga dia harus bersembunyi dari banyak orang."

Kaja paham sekarang. Jadi, Kaja harus bisa mengungkap misteri Kakeknya. Kaja harus bertemu dengan Kakeknya dan dapat membantunya di kemudian hari. Intinya, dia harus menjadi lebih kuat dan semakin kuat.

Kakek Kamir tersenyum pada Kaja dan melepaskan tangannya dari pundak Kaja, "Kau harus jadi lebih kuat agar bisa bertahan dan melindungi Kakekmu itu suatu hari Kaja."

Kaja kini mengerti, mengangguk yakin pada Kakek Kamir, "Terimakasih Kakek Kamir." Bersamaan dengan itu, energi tipis yang melingkupi mereka berdua ditarik kembali oleh Kakek Kamir. Keduanya paham untuk mengakhiri pembicaraan empat mata itu. Dan, Kaja juga paham harus melakukan apa kedepannya.

Booommm! Boooommm! Duaarrrr!

Dari ujung selatan rumah makan yang ramai itu, terdengar suara keras, tanda ada sebuah kejadian yang terjadi.