webnovel

Tak Pulang

"Kau pulang terlambat lagi?"

'Ya, kau tak perlu menunggu ku pulang.'

"Tapi----"

'Maaf Karina, aku tak memiliki punya banyak waktu untuk berbicara dengan mu.'

Tiba-tiba saja sambungan telepon antara mereka terputus. Karina melemparkan benda pipih itu ke atas meja nya. Dia benar-benar merasa sangat geram sekali dengan suaminya yang selalu saja menghiraukan. Menatap ponselnya itu dengan waktu yang cukup lama, pikiran dia kini berkelana menciptakan keresahan di dalam hatinya. Bahkan kini dia mulai membayangkan aktivitas apa yang dilakukan oleh suaminya itu, apakah dia berselingkuh? Ya, itu mungkin saja terjadi, mengingat akan sikap nya yang berubah.

"Hey, ada apa denganmu." Seseorang memukul bahunya dengan cukup kuat, membuat dia yang tadi nya sedang asik melamun pun langsung menengok, melihat sosok wanita yang memakai baju formal, sama seperti dirinya.

"Tidak apa-apa," jawab Karina, tangannya bergerak mengambil beberapa lembar kertas yang kini berserakan di atas meja nya. Sebisa mungkin dia melakukan aktivitas, agar sahabatnya itu tak banyak bertanya pada dirinya.

Namun, apa yang diinginkannya itu mungkin tak akan terjadi, sifat ingin tahu yang begitu tinggi dimiliki oleh sahabatnya itu. "Tidak-tidak, aku yakin sekali kalau kau tengah menyembunyikan sesuatu pada diriku, cepat ceritakan sekarang." Ditarik dengan sangat kuat tangan Karina, agar bisa duduk di sampingnya.

"Ini bukan masalah yang penting----"

"Dan jika ini bukan masalah yang penting, aku yakin kau tak akan terlihat stress seperti sekarang."

Karina menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sangat sulit sekali bagi dirinya untuk menghindari Maureen. Ingin kabur pun rasanya sangat sulit sekali, karena kini tangannya sudah dipegang oleh sahabatnya itu. "Ya, Arsen mengatakan padaku bahwa dia tak bisa pulang lebih cepat, seperti kemarin-kemarin."

"Kau berpikir kalau dia tengah berselingkuh?" tanya Maurren, melihat mata Karina yang tampak sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan dirinya yang terbilang simpel itu.

"Mungkin ini hanya paranoid, tapi semenjak dia memiliki asisten baru, aku merasa dia sedikit berubah," balas Karina, suaranya terdengar sangat kecil sekali, berharap kalau tak ada satupun orang yang mendengar ucapannya tadi, kecuali Maureen itu sendiri.

"Bukankah kau mengatakan padaku sejak 2 tahun lalu, dia memang sudah sedikit jarang meluangkan waktu dengan mu."

"I-iya, tapi ... akhir-akhir ini dia sangat berubah. Dia selalu mengangkat telepon secara diam-diam dan juga pergi saat weekend, bukankah itu aneh?"

Kedua bahu Maureen terangkat. Wanita yang tadinya duduk menyamping untuk bisa berhadapan dengan Karina, kini perlahan mulai merubah posisi duduknya itu menjadi menghadap ke depan. "Ya, itu aneh dan apakah kau membutuhkan bantuan aku untuk mencari tahu?"

Karina menggelengkan kepalanya dengan pelan. "TIdak perlu, biarkan saja semuanya berjalan, aku yakin pasti akan ada waktunya semua ini terungkap."

Tringgggg.

Bunyi bell yang begitu kuat terdengar oleh telinga mereka, mengisi keheningan yang sempat terjadi untuk beberapa saat itu. Di sebuah gedung sekolah yang sangat lebar sekali

"Aku harus ke IPA 1 dulu, apakah kau ada jam mengajar?" tanya Karina. Dia mulai beranjak, mengambil beberapa buku cetak dan juga buku absen, tak lupa sebuah tas mungil yang akan selalu dibawa ke mana-mana olehnya.

"Tak ada, dua jam ini aku menganggur dan di jam terakhir aku harus ngisi kelas IPA 7."

Karina menganggukkan kepalanya. "Aku pergi dulu, byee." Sebelum meninggalkan tempat tersebut, Karina terlebih dahulu memberikan sebuah kecupan di pipi sahabatnya itu, lalu buru-buru pergi, karena akan ada wakil kepala sekolah yang biasanya akan melakukan pengecekan, siapa saja guru yang tak masuk ke kelas tepat waktu setiap bel berbunyi.

Yah, inilah Karina. Seorang wanita dewasa berusia 32 tahun, wanita yang bekerja sebagai guru biologi di sebuah sekolah swasta internasional. Dia sudah menikah sejak 8 tahun lalu dan kini dikarunia oleh seorang putri yang berusia 7 tahun.

Wanita itu memiliki tampang yang terbilang sangat sempurna. Hidungnya begitu mancung dan ramping dengan bentuk rahang oval. Tak lupa dia memiliki bentuk mata tajam dan kelopak mata yang ganda.

Senyum yang ada di wajahnya itu selalu terpasang kala dia melewati koridor sekolah. Begitu banyak siswa dan siswi yang memberikan sapaan kepadanya dan dia pun membalas sapaan tersebut juga dengan ramah.

Memasuki ruang kelasnya, wanita itu langsung menaruh barang-barang yang dibawanya sedari tadi ke atas meja mungil yang diperuntukkan guru. Memperhatikan suasana kelas yang tiba-tiba menjadi hening.

Karina menyunggingkan senyum nya, dia sangat suka dengan suasana seperti ini.

"Selamat siang semuanya," sapa Karina para siswa dan siswi yang ada di depannya.

"Siang, Bu."

"Buka buku kalian halaman 273, kita akan membahas tentang Anatomi Tubuh pada Hewan." Karina mulai menyiapkan sebuah spidol yang akan dipakai olehnya itu untuk menjelaskan materi yang ada di dalam buku.

***

Suasana rumah tersebut terasa hening sekali. Tak ada sedikitpun suara dan bunyi yang didengar olehnya. Karina mengedarkan pandangannya, melihat rumah milik nya ini dengan pandangan yang lelah.

"Joy?" Pandangan Karina mengedar, berusaha mencari sosok anaknya itu. Tak menemukan Joy, dia beralih menaiki anak tangga, menuju ke sebuah kamar yang memiliki tema hello kitty itu.

Dilihatnya kini seorang gadis kecil yang tengah asik dengan kertas dan pulpen nya. Mencoret-coret kertas tersebut dengan abstrak, tampak sekali bahwa kini dia kebosanan.

"Joy," panggil Karina sekali lagi. Menghampiri anak tersebut, dia pun langsung memberikan sebuah kecupan di dahinya, membuat sebuah senyum datar muncul di wajah menggemaskan anak itu. "Di mana Bibi Indah? Dia sudah pulang?" tanya Karina.

Joy menganggukkan kepalanya. "Ya, ini sudah sore, tentu saja dia sudah pulang," balas anak itu, sembari melirik beberapa kali ke arah jam yang tertempel di tembok.

Seolah mengerti maksud Joy, lantas Karina pun meringis pelan, hatinya merasa sedikit bersalah, karena bagaimanapun juga dia hari ini pulang terlambat.

"Ibu minta maaf pulang terlambat, tadi ada pekerjaan yang harus Ibu urus." Dipegang tangan mungil anaknya itu dan memberikan tatapan penuh akan kasih sayang, Karina jelas tahu bahwa saat ini Joy terlihat sangat marah pada dirinya.

"Gapapa."

Karina menghembuskan nafasnya dengan kasar kala mendapatkan jawaban yang menurutnya sangat singkat itu. "Hmm, kau belum makan bukan? Ayo pergi sama Ibu, kita akan memasak bersama." Ditarik tangan anak nya itu, Karina mengajak dia untuk menuju langsung ke dapur.

Yah, setidaknya saat ini dia akan berusaha untuk membuat Joy tak marah lagi kepada dirinya.

Langkah Karina terhenti sejenak. Dia merasakan sebuah getaran di bagian kantong celana nya. "Ibu angkat telepon dulu." Dia merogoh kantongnya, mengambil ponsel yang ada di dalam kantong tersebut.

"Sebentar, ayahmu menghubungi Ibu." Dijawab panggilan tersebut, dia pun bisa mendengar suara dari seberang sana.

"Kenapa?"

'Malam ini aku gak bisa pulang, ada pekerjaan yang harus aku urus."

Untuk beberapa saat, Karina hanya bisa terdiam mendengar ucapan dari suaminya itu. "Ya, tak masalah. Kau bisa tak pulang lagi, untuk malam ini." Setelah mengatakan kalimat tersebut, langsung saja dia memutuskan sambungan teleponnya.

"Kenapa, Bu?"

Karina menengok, melihat Joy dengan senyum kecil nya. "Ayahmu gak pulang malam ini," ungkap Karina, sekilas dia bisa melihat setitik kekecewaan di mata Joy lagi, tapi buru-buru anak itu menunduk.

"Yah, gak masalah. Bukankah itu kebiasaan Ayah?"