webnovel

Club Malam

○16.

Bunyi-bunyi musik yang begitu kuat menyambut kedatangan Karina dan juga Maureen. Beberapa pasang mata kini mulai teralihkan, melihat ke arah mereka yang kini tengah melangkah masuk ke dalam club' tersebut dengan percaya dirinya.

Keduanya terus melangkah, melewati gerombolan orang-orang yang kini tengah asik bergoyang ria karena musik keras itu berdentuman.

"Ayo kita kemeja bartender!" teriak Maureen, berharap sahabatnya itu bisa mendengar apa yang dikatakannya tadi.

Melihat tanggapan Karina yang langsung mengangguk, membuat Maureen langsung menarik tangan sahabatnya itu. Takut jika sampai Karina tersesat dan terjebak diantara orang-orang jahat di sini.

Mereka menuju ke meja bartender yang letaknya memang berada tak jauh dari tempat mereka berada saat itu. Untungnya di meja itu tak banyak orang, sehingga pergerakan mereka jauh lebih leluasa.

Duduk di salah satu kursi, pandangan Karina mengedar. Wanita itu melihat ke arah rak-rak yang berada tepat di belakang bartender tersebut, begitu banyak minuman dari berbagai jenis dan juga merek yang berbeda.

Bartender itu tampak lebih dulu menyapa Maureen dengan ramahnya. Melihat interaksi yang terjadi diantara kedua orang tersebut, Karina yakin sekali kalau Maureen dengan bartender itu sudah saling mengenal dengan cukup baik.

"Tolong pesankan aku minuman seperti biasa dan untuk dia ..." Maureen melirik Karina, memberikan kode kepada wanita itu untuk menyebutkan minuman apa yang diinginkannya.

"Hmm, aku mau ...." Karina melihat satu-persatu minuman yang ada di sana, mulai memilih minuman yang terasa tak asing baginya. "Vodka, ya Vodka. Usahakan, rendah alkohol."

"Baik Nyonya-Nyonya yang cantik."

Bartender itu mulai bergerak, membuatkan minuman yang telah mereka pesan tadi.

"Bagaimana, bagus bukan tempatnya?" tanya Maureen, kedua alisnya mulai naik dan juga turun, dia pun memberikan tatapan menggoda kepada Karina.

"Tidak, aku merasa sangat pusing sekali berada di tempat ini." Tangan Karina bergerak, menaikkan bajunya agar tak kedodoran dan membuat belahan dadanya nanti terlihat.

"Why? Musiknya? Wajarlah, namanya juga club. Tapi aku yakin, setelah ini kau pasti akan kecanduan dan terus meminta untuk datang ke sini," balas Maureen. Wanita itu mengalihkan pandangannya, dia melihat ke arah bartender yang kini datang ke tempatnya dengan membawakan dua gelas kristal berisi minuman mereka.

Dia menaruh gelas yang berisi cairan putih bening layaknya air biasa ke tempat Karina dan juga menaruh minuman berwarna merah merona ke tempat Maureen.

"Selamat menikmati minumannya, Nyonya-Nyonya."

"Terimakasih, Tampan." Sebuah kedipan menggoda Maureen berikan kepada bartender tersebut, seperti biasa dia mendapatkan senyuman lebar atas perlakuan dari dirinya itu.

"Ayo minum," ajak Maureen. Diperhatikan sahabatnya itu yang tampak sangat ragu meneguk minuman yang kini telah berada di depan matanya sendiri. Bahkan, sampai saat ini saja, Karina masih belum juga menyentuh gelas tersebut.

"Aku takut mabuk," gumam Karina.

Decakan pelan berasal dari Maureen, setelah wanita itu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh temannya itu. "Tenang, kau meneguk minuman dengan sedikit kandungan alkohol. Percayalah padaku, satu gelas saja tak akan membuatmu mabuk." Maureen meneguk minumannya dan kembali menaruh gelas ke atas meja. "Lihat, aku saja tak mabuk." Wanita itu seolah membuktikan apa yang baru saja dikatakannya tadi.

Perlahan, Karina mulai percaya dengan apa yang dikatakan oleh Maureen tadi. Wanita itu pun mengambil gelas nya dan meneguk dengan sangat pelan minuman yang sudah disediakan untuk dirinya itu.

Rasanya sangat pahit sekali di lidahnya, apalagi kala minuman itu sudah memasuki bagian tenggorokannya, rasanya cukup hangat.

Wajah Karina mengerut, wanita itu menaruh gelas Vodka nya yang masih penuh ke atas meja. "Tak terlalu enak," ujar dia.

"Wajar, kau baru pertama kali meneguk nya. Nanti, saat kau sudah sering, minuman ini akan menjadi candu tersendiri untuk mu. Bahkan sampai membuatmu tak akan bisa berhenti meneguknya," ujar Maureen.

"Aku tak percaya." Karina menyadarkan punggungnya. Pandangan wanita itu kembali mengedar, melihat keadaan sekitar sini.

Entah kenapa, sedari tadi dia merasakan seseorang menatap dirinya.

"Ada apa dengan dirimu?" tanya Maureen saya dia melihat gelagat aneh yang kini ditunjukkan oleh sahabatnya itu.

"Aku hanya merasa aneh dan tak nyaman," jawab Karina. Lagi, wanita itu membetulkan pakaiannya dan menarik rambutnya ke depan agar bisa menutupi dadanya itu.

"Sudahlah, nikmati acaranya sekarang!"

Karina menganggukkan kepalanya dengan pelan. Wanita itu berusaha menikmati tempat ini, memang terasa sangat berat sekali untuk ya melakukan hal tersebut.

"Maureen, kau baru saja dipanggil oleh Bara," ujar bartender.

Atensi kedua wanita dewasa itu teralihkan. Karina menatap Maureen yang kini sedikit kebingungan. "Hmm, Karina. Sepertinya aku saat ini harus menemui seseorang," ucap Maureen tak enak hati.

Karina menatap malas Maureen. Inilah yang paling tidak diinginkan olehnya, yaitu ditinggal di tempat yang sangat asing ini.

Namun, melihat bagaimana Maureen sangat ingin menemui pria yang tak dikenalnya itu, buat Karina terpaksa membiarkannya. Rasanya juga tak tega jika harus membiarkan Maureen terus duduk di sini, wanita itu juga pasti ingin berinteraksi sama pria lain.

"Ya sudah, aku akan menunggumu di sini."

Maureen menunjukkan wajah bahagia. "Kau tenang saja, aku akan kembali kesini secepatnya."

Meski merasa tak percaya, Karina tak membalas ucapan Maureen. Wanita itu mengamati sahabatnya itu yang mulai meninggalkan tempat nya.

Sekarang, dia hanya sendirian. Dia tak berhenti merasa menyesal malam ini atas beberapa kesialan yang sering didapatkannya.

"Apa aku pergi saja dari sini?" Karina mulai bermonolog. Untuk beberapa saat, wanita itu terdiam, berpikir dengan keras. "Ya, lagian juga ngapain aku di sini dalam waktu yang lama."

Diambilnya ponsel juga dompet yang dibawanya tadi. Saat dia akan turun dari tempat duduk, wanita itu merasakan getaran di tangannya.

Dia mendapatkan sebuah pesan dari seseorang. Tubuhnya kembali diposisikan duduk nyaman di atas bangku tersebut dan mengecek pesan yang baru saja dirinya dapatkan.

Pesan dari nomor tak dikenal.

Dibukanya pesan tersebut. Satu alisnya menukik naik karena pesan tersebut berupa sebuah foto yang harus diunduhnya. Meski semulanya dia ragu, tapi rasa penasaran itu jauh lebih besar, hingga membuat dia langsung mengunduhnya.

Jantungnya berdebar dengan kencang kala melihat foto itu. Foto yang berisikan suaminya dengan wanita lain.

Apa-apaan ini?

"Arsen?" Karina men zoom foto itu, agar gambar pria yang ada di dalam sana dapat melihatnya dengan jelas.

Benar, itu foto suaminya bersama wanita lain. Posisi wanita itu membelakangi kamera, membuat dia tak tahu siapa sosok itu. Foto itu terlihat sangat mesra sekali, meminumbulkan kemarahan di dalam diri Karina saat itu.

"Sialan! Dia bukan bekerja, melainkan berselingkuh di sana," ujar Karina dengan penuh rasa geram nya.