webnovel

Affair With Brother in Law

Disarankan untuk yang sudah cukup umur Karena ada beberapa (adegan 21+) Zava, derajatnya terangkat karena menikah dengan anak dari Nyonya Ros, majikannya sendiri. Awalnya, dia hanyalah seorang pelayan tapi kini dia berdandan selayaknya seorang nyonya besar dia adalah janda Alfaza Marcellino Putra. Kebahagiaan pernikahan yang sempurna tak berteman baik dengannya, pria yang ia cintai harus pergi untuk selama-lamanya, tuan Alfaza mengalami kecelakaan setelah sekian hari menikahinya. Zava begitu kesepian kehilangan suaminya. 10 tahun ia hidup sendiri, menjadi wanita yang kehausan, haus akan belaian dan kasih sayang pria. Ia pernah bermain main dengan Personal Training, tapi itu tidak membuatnya puas. Kepuasan sulit didapatkan, hingga pada suatu hari, insiden besar menimpanya, insiden yang membuatnya begitu mengidolakan si adik ipar. Pria tampan, berparas bak dewa, dia 'Reino' Adik ipar bukanlah pria yang mudah didapatkan dan membuatnya semakin penasaran. "Adik ipar yang menarik!" Zava berjanji akan membawa pria itu di dalam genggamannya. Hubungan Terlarang yang memberikan 'Kenikmatan'

Deo_Meti · Urban
Not enough ratings
188 Chs

Terus Menggoda,

Di meja makan membuat langkah Sunny terburu-buru menuruni anak tangga, melihat sang kakak ipar yang tampak mengambil ahli kursi makannya, membuat wajah Sunny memerah.

Tapp…. Tapp….

Mendengar langkah seseorang mendekat membuat Zava menghentikan suapan nya pada Reino. Wanita pintar itu tampak bergerak cepat dan kembali ke kursinya.

Juga Reino yang nampak langsung menoleh pada Sunny yang sedang menuruni anak tangga.

"Hei sayang… kau sudah bangun?" sambut Reino dengan langsung berdiri dari kursinya, ia menjemput sang istri yang tampak begitu anggun.

Emmuacchh… Sunny mencium kedua pipi suaminya Reino, memberikan lirikan tajam pada Zava yang sesekali mencuri lirik padanya.

"Ku pikir aku sudah terlambat, tapi ternyata tidak.. kau masih ada disini sayang," ujar Sunny dengan bergelayutan manja di lengan gagah Reino.

Wajah tampan dan hidung mancung itu menoleh pada Sunny, ia bahkan sangat gemas kepada sang istri yang selalu bersikap manja padanya.

"Agh… mas akan menunggumu bangun sayang," cium Reino pada dahi Sunny.

Membuat Zava yang berada di meja makan semakin iri saja, yah wanita kesepian itu benar-benar geram mendapati kemesraan adik iparnya.

"Ayo… aku temani makan!" ajak Sunny, dengan menarik lebih dulu tangan sang suami.

Tentu saja Reino dengan senang hati mengikuti langkah Sunny, mereka duduk bersebelahan dan tatapan keduanya penuh cinta.

Mereka benar-benar pasangan yang serasi, selain tampan dan cantik Reino dan Sunny benar-benar sepadan.

Pasti keturunan mereka akan sangat sempurna nantinya, sebelum itu terjadi Zava harus bergerak cepat, mencuri perhatian Reino.

Karena jika mereka telah memiliki keturunan tak mudah bagi Zava masuk ke kehidupan keduanya. 'huh… kalian tak boleh bahagia di atas penderitaan ku,' gumam Zava dalam hati dengan dendam membara.

"Kenapa? kau seperti memperhatikan ku atau….? Apa ada yang salah dengan kami berdua?" tanya Sunny dengan lirikan tajam dan juga nada juteknya pada Zava.

Membuat Zava yang terpaku itu tersandar, "Ha… apa? Apa maksudmu sayang… a… aku hanya sedikit melamun," sahut Zava dengan tampak gugup.

'Jelas-jelas ia sedari tadi memperhatikan ku, atau mungkin mas Reino. Dasar wanita gatal,' gerutu Sunny.

Zava kali ini memilih memalingkan pandangannya pada Reino, karena ia tahu jika keberadaan Sunny membahayakannya. Tak mungkin jika ia berbuat nekat, itu berarti sama saja dengan ia bunuh diri.

Dan semua harta warisan mendiang suaminya Alzafa tak mungkin bisa didapatkan. 'Yah… aku harus bermain cantik,' batin Zava bertekad.

Zava tampak mempercepat makan paginya, ia bahkan tak menoleh sedikitpun pada Reino juga Sunny adik iparnya, ia nampak terburu-buru.

"Ini nyonya," ucap seorang pelayan dengan membawakan segelas air putih dingin, dan meletakkannya di hadapan Zava.

Membuat Sunny menoleh, "tak seperti biasanya," gumam Sunny pelan, yah.. setahunya Zava sangat anti air dingin, wanita itu bahkan sangat jarang minum minuman dingin, apalagi ini masih pagi hari.

"Ehmm… ada apa dengan mu? tak salah kau meminta air dingin?" sindir Sunny pada Zava.

"Hmm… a… aku fikir sesekali tak mengapa, iya kan? tenggorokan ku sangat dahaga pagi ini," sahut Zava dengan segera meminum segelas air putih dingin itu.

Ia meneguk dengan cepat, seolah ia benar-benar membuktikan bahwa ia sedang sangat dahaga.

"Sayang, sudahlah! Sini biar ku suapi!" seru Reino dengan memegang halus tangan Sunny istrinya.

Membuat Sunny menoleh dan tersenyum, ia melupakan gangguan kecil, dan kehadiran Zava di meja makan. Keduanya tampak mesra menghabiskan makanan 1 piring berdua.

"Dasar, kekanak-kanakan sekali mereka, bisa-bisanya bermesraan di meja makan, apa mereka tak punya perasaan, atau memang sengaja membuat aku yang kesepian ini semakin cemburu?" gerutu Zava kesal.

Zava terus membuat suara-suara bising baik dari gesekan pisau yang memotong stik di piringnya, dan juga suara ia meletakkan gelas dengan keras di atas meja.

Tapi gangguan itu tak membuat Sunny juga Reino menghentikan kemesraan diantara keduanya. Keduanya benar-benar menikmati makan paginya.

Maklum saja mereka masih tergolong pengantin baru, yah… baru saja memasuki bulan ketiga pernikahan.

"Cukup mas, aku kan lagi died!" ucap Sunny, dengan mengelak dari suapan ke lima dari tangan Reino.

Reino menatap lembut istrinya, "Sayang, kau itu sudah sangat cantik bagiku, jadi untuk apa kau harus berdiet lagi? Hah…?" tanya Reino dengan memegang halus pipi Sunny.

Sunny dengan wajah manjanya, tentu merasa sangat senang dengan pujian yang dilontarkan oleh sang suami yang tampan seperti Reino.

"Aghh.. mas bisa saja, tapi Sunny ga mau makan banyak-banyak, nanti gendut loh, terus mas genit, mas berpaling ke cewek lain," jawab Sunny dengna ekspresi manjanya, ia tampak handal memainkan peran dengan wajah memelas itu.

"Hush… bicara apa si sayang, aku ini laki-laki setia, percaya kan sama aku?" ucap Reino dengan nada lembut, yah… laki-laki itu sangat pintar memperlakukan wanitanya, ia sangat pandai memanjakan juga melindungi dan membuat nyaman istrinya Sunny.

Jadi wajar saja jika Sunny sangat takut kehilangan Reino.

"Yah… mas bisa saja setia sekarang, tapi kan di zaman sekarang cabe-cabean banyak, aku takut kalau mas lama-lama akan tergoda," wajah Sunny tampak cemberut, dengan bibir yang menebal.

Membuat suaminya Reino semakin gemas saja, dengan spontan Reino mencium ujung bibir Sunny,

Emmuacchh….

Membuat Zava yang duduk di seberang meja makan terkejut, ia benar-benar muak berada satu meja makan dengan Sunny juga Reino.

Brukk….

Lagi-lagi ini kali kesekiannya Zava menjatuhkan sendok garpunya di lantai.

Membuat Reino juga Sunny menoleh, menelisik wajah Zava yang sedikit kaku.

"Ma… maaf, a.. aku tidak sengaja," ucap Zava dengan suara terbata-bata.

Zara tak bisa menutupi rasa cemburunya pada Sunny, ia benar-benar tak bisa melihat Reino berlaku manis pada wanita lain, walaupun wanita itu adik iparnya sendiri.

"Sial, bisa-bisanya ia begitu setia pada Sunny! Tunggu saja kau, akan ku taklukkan hatimu, Reino," gumam Zava dalam hati, ia bertekad bulat merebut Reino dari tangan Sunny.

Tapi sejauh ini, semua usaha Zava tampaknya belum membuahkan hasil. Reino begitu sayang dan setia pada Sunny. Ia laki-laki yang berbeda.

"Oh.. yah… kenapa mas rapi sekali pagi ini? Bukankah seharusnya kita menghabiskan waktu berdua untuk beberapa hari ini?" tanya Sunny dengan wajah merengek.

"Cupp.. cupp.. jangan cemberut dong sayang, mas gak lama kok, mas cuma ada meeting sebentar di Hotel XX-XXX, setelah selesai mas janji akan cepat pulang," ujar Reino, dengan meyakinkan sang istri.

Tapi wajah Sunny tetap saja terlihat masam, dengan kerutan di dahinya. Yah… wanita manja itu benar-benar kesal, selalu ditinggalkan oleh suaminya Reino.

"Hehh… memangnya enak selalu dijadikan nomor dua," Ejek Zava dalam hati, ia sedikit senang melihat wajah Sunny yang tak kalah cemberut. Darinya…