16 Tamu Istimewa

"Felix, oh… Tante sungguh senang akan kehadiran mu," ucap Nyonya Ros dengan wajah yang segar.

Membuat Zava menoleh, yah… mendengar nama Felix, ia langsung menatap wajah pria tampan itu.

Ikut memasang wajah cantik penuh senyum, Zava berdiri tegak dengan membusungkan dadanya, membuat gaun yang ia kenakan begitu tampak mewah, yah… Zava bak model internasional.

Badannya yang ramping dan tinggi, membuat mata Felix enggan berkedip, 'sempurna!' gumam Felix yang menatap kemolekan tubuh Zava yang dibalut gaun buatannya.

Walau acara perayaan ulang tahun Nyonya Rosimah telah usai, tapi ia dan keluarganya mengundang Felix untuk makan bersama.

Bersama dengan keluarga inti, ada Sunny, Zava dan juga menantu kesayangannya Reino.

"Ah... Tidak usah repot-repot tante, aku sangat tersanjung dengan undangan makan malam ini," ujar Felix dengan membalas pelukan Nyonya Rosimah.

Membuat wanita paruh baya itu sedikit cemberut, "Oh.. tidak, Tante yang malahan tersanjung dan merasa senang jika Felix bersedia ikut makan bersama, diruang makan keluarga yang sederhana ini,"

Nyonya Rosimah tentu tak berkata yang sejujurnya, tapi ia tahu saat ini ia berbicara dengan seorang yang sukses dan juga muda.

Yah, rival dari anaknya mendiang Alzafa. 

Reino ikut mengajak Felix, dengan menuntun langkah lebih dulu. Ia berjalan dengan mesra bersama sang istri Sunny.

"Ayo... Sekali-kali ikut makan dirumah dong kak, kan semenjak kak Alzafa gak ada, kak Felix udah jarang main kerumah," ujar Sunny yang ikut merayu Felix.

Felix pun tersenyum, "Haha... Aku gak mungkin menolak ajakan Tante, juga Sunny,"

Keempatnya berjalan kompak, Felix tampak tak canggung dengan memapah mesra Nyonya Ros, mereka berjalan disertai tawaan juga candaan ringan.

Melewati lorong yang panjang, luas juga indah, yah... Mata begitu dimanjakan dengan hamparan lukisan-lukisan indah yang berjejer di dinding lorong.

Felix berjalan seirama dengan Nyonya Ros, langkahnya tak kalah pelan juga penuh hati-hati.

Menggandeng mesra dan juga penuh perhatian, Felix merupakan sosok putra tunggal di keluarganya, ia sangat menyayangi kedua orangtuanya.

Begitu hangat perlakuan Felix kepada sang mamah dan juga papa nya, dan itu sama dengan perlakuannya terhadap Nyonya Rosimah.

Wanita paruh baya yang sudah berusia 63 tahun di hari ini.

Di perhatikan juga diperlakukan seperti ini, membuat Nyonya Ros bahagia, ia merasakan sosok anak laki-lakinya kembali hadir, dan kembali pulang.

Nyonya Ros memegang erat lengan gagah Felix, seolah ia tak ingin segera sampai di meja makan.

Felix bisa merasakan kerinduan yang besar itu, ia pun ikut menguatkan Nyonya Ros.

Sesekali Felix mengelus tangan yang melingkar di lengannya, menepuk-nepuk dengan hangat. Membuat wanita paruh baya itu semakin nyaman.

"Ini..." tunjuk Felix yang berhenti tepat di salah satu lukisan besar, lukisan berukuran 2,5 meter X 1 meter, itu adalah lukisan penuh kenangan.

Lukisan yang sudah terpajang lebih dari 25 tahun di lorong rumah Nyonya Ros.

Tapi, Nyonya Ros enggan menoleh, ia tak ingin menatap lama lukisan yang Felix kagumi.

Nyonya Ros memilih menunduk, ia merendahkan pandangannya.

"Tante, ini luar biasa, ini karya yang sangat luar biasa," puji Felix dengan terkagum-kagum. Itu bukan hanya ucapan semata, bahkan Felix pernah meminta izin untuk memamerkan lukisan itu, untuk sekedar menunjukkan keindahannya tapi tidak untuk dijual.

Tapi Nyonya Ros menolak, ia lebih suka lukisan itu tetap ditempatnya, walau ia sendiri enggan memandang lama lukisan penuh kenangan tersebut.

Butiran bening itu akhirnya membasahi pipi Nyonya Rosimah, ia terlalu rapuh. Hatinya tak bisa rela walau kejadian itu sudah 10 tahun berlalu.

Melihat pipi yang basah itu, Felix tak tinggal diam, ia menghapus air mata di pipi Nyonya Ros dengan lembut dan penuh perhatian, ia juga memeluk tubuh wanita paruh baya yang kesepian juga kehilangan itu.

"Tante, maaf." Ucap Felix sedikit menyesal.

Nyonya Ros terus menunduk, ia ingin segera berlalu melewati lorong itu.

Sementara dari kejauhan, Zava. Yah, menantu pembawa sial itu tampak berlarian kecil, menuju keberadaan Nyonya Ros juga Felix.

Dan, Zava ikut membopong tubuh nyonya Ros yang letih juga nelangsa.

"Maaf!" ujar Felix yang menunduk, ia sedikit menyesal.

Ketiganya berlalu, meninggalkan lukisan indah yang dibuat sendiri oleh tangan mendiang Alzafa.

Zava menggelengkan kepalanya, "Mamah... sudahlah, mas Alzafa pasti bahagia disana, jangan nangis lagi yah," usap Zava pada pipi Nyonya Ros, yah... Sapu tangan lembut berwarna biru muda itu setia menghapus setiap butir air mata Nyonya Ros.

______________

Di meja makan, 

Wanita paruh baya itu seolah membuang topeng nelangsanya, ia bahkan kini bisa tersenyum anggun.

Disertai juga wajah dusta dari putrinya Sunny, yah... Zava memang ikut makan malam bersama di meja itu, tapi itu hanya raganya saja, tak begitu dengan jiwanya yang kesepian.

Tapi mereka tetap bersikap dingin dan juga membedakan Zava. Membuat hati kecil Zava kesal.

"Ini hidangan yang sangat spesial, untuk tamu spesial malam ini," ucap Nyonya Rosimah dengan melebarkan kedua tangannya, menunjuk hidangan di meja besar.

Membuat wajah Sunny, Felix juga menantu kesayangannya Reino tersenyum.

Dengan selalu bergandengan mesra, Reino dan Sunny tampak bak sepasang prince dan princess.

Felix tersenyum hangat, "Haha... Tante berlebihan," ujar Felix dengan menundukkan kepalanya, ia berterima kasih atas sambutan hangat keluarga Nyonya Rosimah padanya.

Walau ia tahu disana di sebelahnya ada wajah Zava yang datar dan tak tersenyum. Zava terdiam dengan sorot mata kosong.

Membuat Felix sedikit memperhatikannya, yah .. Felix menyenggol sesekali kaki Zava, dibawah meja, bahkan Felix menginjak kaki Zava ke 2X nya, sampai lamunannya tersadar.

"Hhh..." Zava menoleh, ia mengedarkan pandangannya, seolah linglung.

'Huhh... Bisa-bisanya aku bengong, kau harus kuat Zava,' gumam Zava dalam hati.

Ia mengubah wajahnya, dengan melemparkan senyum tipis, walau orang-orang di meja itu tak menganggapnya, kecuali Felix yang ikut membalas senyumannya.

"Cantik, kau benar-benar cantik," puji Felix dengan suara sayup-sayup.

"Apa? maksudmu, siapa?" tanya Nyonya Ros yang sedikit kepo kepada tamu besarnya malam ini.

"Ehh... Tante, ah... Tentu saja.. tentu saja Sunny, Sunny putri Tante cantik sekali," jawab Felix dengan canggung.

Haha....

Sementara di seberang sana, Reino hanya tersenyum atau bahkan tertawa kecil, mendengar laki-laki lain memuji istrinya Sunny.

"Dia memang cantik, dari itu aku menikahinya," ucap Reino dengan mencium tangan lembut istrinya.

Entah kenapa ucapan berlebihan itu membuat Zava terbatuk-batuk, "Uhuk… Uhuk…" 

Sudah tentu ia tak serela itu mendengar laki-laki memberikan banyak pujian pada adik iparnya Sunny.

"Are you okay?" Felix segera memberikan tissue kering pada Zava, juga terlihat penuh perhatian membantu Zava.

Kedekatan itu membuat Sunny tersenyum masam, "Hehh.. dasar wanita gatal," gerutu Sunny.

"Ya...yah… a.. aku oke!" Sahut Zava, 

"Lanjutkan makannya," ucap Nyonya Rosimah yang mengambil andil di meja besar itu.

avataravatar
Next chapter