12 Erangan dan Desahan di Mobil

Jam Makan Siang.

Tak terasa 2 jam berlalu begitu cepat, keakraban tak sulit dijalin antara Zava, Felix juga Soraya. Itulah yang terjadi di lantai 5.

Sementara Soraya, tampak sudah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik, ia sudah mengukur tubuh Zava secara detail, tanpa terkecuali.

Seperti lingkar pinggang, pinggul, dada bahkan lengannya. Semua benar-benar sudah dipastikan sendiri oleh Felix.

Tentu Zava termasuk yang istimewa, karena selama 5 tahun Soraya bekerja dengan Felix, baru kali ini ia melihat bos nya mendampingi Client nya dengan setia dan penuh perhatian.

"Saya rasa semua sudah cukup Nyonya, Pak," ucap Soraya, dengan menutup buku catatan lengkapnya. Ia juga bersiap menyimpan semua alat ukurnya.

Felix memberikan penghargaan pada Soraya, dengan bertepuk tangan sebanyak 3X.

"Kerja bagus, aku sangat mempercayai mu, tolong jangan kecewakan aku," ucap Felix dengan senyum tipis pada Soraya.

Soraya menganggukkan kepalanya, "Saya akan lakukan yang terbaik pak," jawab Soraya dengan penuh percaya diri.

Felix meminta Soraya meninggalkan ruangan, karena ia masih ingin bersama dengan Zava saat ini.

Zava mengerti maksud Felix, senyum tipis itu menyeringai di wajah Zava dan ditujukan untuk Felix seorang.

Menatap wajah Felix yang cukup tampan membuat Zava tak segan melayaninya. Zava memegangi kedua tangan pria itu, membuat keringat halus itu seketika memenuhi dahi Felix.

"Maukah kau makan siang bersama ku?" Ajak Felix untuk pertama kalinya pada Zava.

Zava tersenyum senang, tapi ia semakin senang jika membuat Felix penasaran.

"Maaf, aku tidak bisa. Kekasihku menunggu di mobil," jawab Zava dengan mengedipkan sebelah matanya. Ia ingin melihat seberapa besar tekad Felix mengejarnya.

"What..?" tanya Felix yang seolah tak percaya, seumur-umur belum ada satu wanita pun yang menolak ajakan kencannya. Tapi kali ini terjadi, membuat Felix semakin tertantang.

Ha-ha…

"Aku senang permainan," ucap Felix dengan meraih tangan halus Zava, menciumnya dengan penuh hasrat.

Zava membiarkan Felix menciumi tangannya, bahkan Zava sendiri mulai bernafsu, tapi ia tahu ia harus menjaga nama baik mendiang sang suami.

Zava membasahi bibir bawahnya, seolah ia semakin mempertunjukkan keseksian bibir tipisnya. Dan menggoda seorang Felix.

"Sial!" Gerutu Felix.

Zava bangkit dari sofa empuk berwarna putih pekat itu, ia berdiri tegak. Membusungkan dadanya, memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuhnya yang terpampang nyata karena dibalut dress hitam yang sangat ketat.

Jadi wajar saja jika Felix sulit mengendalikan dirinya, belum lagi Zava sangat pandai mengipas-ngipaskan rambut panjangnya.

Membuat Jagoan Felix semakin tegang, itu terlihat dari celananya yang semakin sesak dan padat.

Zava lagi-lagi menggariskan senyum tipis, ia tak henti menggoda Felix. Mendaratkan ciuman tipis di ujung bibir Felix.

Membuat laki-laki berkulit putih itu seketika memerah karena tegang.

Felix menahan tubuh Zava, tangannya memegang erat pinggul Zava yang berisi, ia berbisik di sebelah kuping Zava.

"You Are so Hot," ucap Felix dengan bisikan manja.

Zava menoleh, memandang lekat wajah Felix. Ia bisa tahu jika laki-laki itu sedang ingin. Zava membiarkan itu dan ia merasa puas bisa menggoda Felix.

Zava meninggalkan kartu namanya, dan memasukkannya sendiri di saku celana Felix, dengan merogoh koceknya dalam. Tangan nakal itu bisa merasakan sesaknya saku itu, karena jelas jagoan itu sudah tidak pada posisi normal, jagoan itu sudah menegang dibalik celana hitam pekat itu.

"Agh…." Desis Felix.

Langkah Zava semakin pasti meninggalkan lantai 5, Ia melambaikan ciuman hangat untuk Felix rasakan dari jauh. lagi-lagi Zava menggoda Felix.

Membuat Felix hanya mampu menelan Salivanya, ia bersegera ke toilet, mencari jalan keluar disana.

Tap… tap…

Langkah kaki Zava terdengar oleh Richard yang benar sudah menunggunya di dalam mobil.

Richard tampak sigap dengan segera membukakan pintu mobil untuk sang kekasih hati.

Zava memasuki mobil dengan langkah pasti, belum juga ia duduk dengan posisi yang pas, tapi Richard seolah tak tahan lagi. Ia menyerang Zava dengan terburu-buru, mendesak tubuh Zava.

Zava yang kaget hanya diam, ia sedikit kesal dengan perlakuan Richard, tapi ia tak mungkin menolak, ia tahu Richard menyimpan banyak video tak senonoh bersamanya.

"Hentikan baby, bisakah kau tahan sebentar?" pinta Zava dengan menahan tubuh Richard yang semakin mendesaknya.

Richard tak memperdulikan ucapan Zava, baginya 4 hari sudah lebih dari cukup.

Richard mencium bibir Zava yang tipis, melahapnya dengan penuh nafsu. Ia menggigit bibir mungil Zava, tak membiarkan Zava menolaknya lagi.

Kedua tangan berototnya menahan dahi Zava, sehingga wajah mereka begitu lekat satu sama lain, seakan untuk bernafas saja Zava sulit.

"Aghh…. Baby… aghh…" desah dan erangan Zava mulai sulit ditahan.

Sementara Richard tampak sangat amat bernafsu, ia masih saja tampak memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Zava, tak membiarkan Zava menutup mulutnya sedetikpun.

Sementara Zava tak henti-hentinya mencoba mendorong tubuh Richard dengan sekuat tenaga, tapi apa daya ciuman dengan irama cepat itu membuat 'kewanitaannya' mulai basah.

Seperti biasa, tangan Richard mulai bergerak bebas, ia mulai memegangi buah persik milik Zava. Kedua gunung kembar dengan ukuran 36 B itu sangat menggoda.

Permukaan yang kenyal, padat dan berisi. Membuat Richard betah berlama-lama disana. Tangan kanannya meremas-remas dengan pergerakan lambat, meski tangan Richard sudah besar dan berotot tapi nyatanya ia tak mampu mencengkram penuh buah persik itu.

Ukurannya yang cukup besar membuat jemari Richard semakin ingin lama-lama mempermainkannya.

"Aghh…. Sayang… berhenti," pinta Zava yang mulai kehabisan nafas.

Yah 5-10 menit Richard melahap bibir tipis Zava, membuat bibirnya kini sedikit menebal, dan juga memerah dengan indah.

Kini Richard melanjutkan Indra perasaanya pada leher jenjang Zava. Membuat Zava lagi-lagi mencoba menolak. Ia mencoba mendorong tubuh kekar Richard.

"Agh…. Hentikan sayang…. Jangan disini!" pinta Zava dengan suara yang mulai lirih.

Celana dalam Zava mulai basah, ia terus berusaha menolaknya. Walaupun itu sulit.

Lagi-lagi Richard tak memperdulikan cakaran kecil di tubuhnya, ia tetap menciumi dan menghisap leher jenjang Zava inci demi inci, dan sesekali menggigit kuping Zava.

Membuat wanita itu menggelinjang karena geli dan nikmat. Tapi Zava terus saja tak henti mencoba mendorong tubuh Richard.

"Kau tak bisa menolak ku sayang!" Ucap Richard dengan mempercepat remasannya pada kedua payudara Zava. Membuat suara desahan itu tak terelakkan lagi.

"Aghh…. Auww…." Erangan itu membuat Richard semakin bergairah, lelaki itu semakin tampak sangat haus dan tak sabar lagi ingin merasakan kesegaran dari buah persik indah milik Zava.

Ia bersiap membuat dress hitam itu semakin rendah, buah persik yang sudah menyembul itu bersiap di lahapnya.

Sebelum itu, Richard memilih meninggalkan sedikit tato di bagian permukaan payudara bulat Zava, tato dengan warna merah pekat dan bahkan hampir membiru.

"Auwhhh…. Agh…. Hentikan Richard!" jerit Zava yang menahan rasa sakit dan nikmat.

Tak ada lagi make up yang rapi di wajah Zava, dan bahkan lehernya mulai memerah. Juga pakaian Zava yang tampak kusut terutama di bagian dada.

Plakkk…..

Zava mendaratkan tamparan di wajah Richard. Ia tak tahan lagi dengan sikap Richard yang keterlaluan.

avataravatar
Next chapter