14 Dini Hari, dan terkurung di Kamar

Cekrekk… 

Ruang tidur Nyonya Ros tampak gelap, yah… wanita paruh baya itu tentunya sudah terlelap. Apalagi sekarang sudah larut.

Sementara suster Roro tampak menutup pintu kamar Nyonya Ros dengan sangat hati-hati, ia memilih kembali ke kamar tamu, walaupun sudah diminta untuk tidur di kasur yang sama tapi suster Roro tentu enggan.

Sementara di lantai atas, Sunny putri cantik juga manja Nyonya Ros tampak gelisah, yah.. wanita berusia 25 tahun itu tampak khawatir, mendapati sang suami yang tak kunjung pulang, ia tampak gusar dengan mondar mandir di depan kamarnya.

"Mas, kok kamu belum pulang-pulang sih? kamu juga gak ngasih kabar," gumam Sunny dengan wajah cemasnya juga rasa khawatir.

Ia tentu tak bisa tidur dalam kondisi galau dan khawatir seperti itu, Sunny terus memilih untuk terjaga dan menunggu Reino pulang, sudah 3 jam dia menahan kantuknya dan juga penat.

Dan...

Pukul 1 dini hari, 

Sunny akhirnya tertidur juga, dengan posisi pintu kamar yang setengah terbuka, wanita 25 tahun itu tampak kelelahan, karena hari ini ia sibuk mengurus persiapan ulang tahun sang mamah.

Sementara ponsel genggamnya terlepas, dan jatuh ke lantai.

Suara ponsel jatuh itu mengundang perhatian Zava.

"Suara apa itu?" tanya Zava, ia yang sedang sibuk membersihkan make up segera meletakkan kapas yang masih setengah basah. Dan meraih tissue kering, untuk mengeringkan wajahnya terlebih dulu.

Tak lupa Zava menahan rambutnya dengan bando bermotif panda. Ia sangat menyukai kartun panda, itu terlihat dari sandal tidur yang ia punya juga beberapa pakaian tidurnya.

Itulah sisi kekanakan-kanakan Zava yang masih melekat padanya.

Zava menelisik sekitar, ia yakin jika sumber suara itu berasal dari kamar Sunny. 

"Apa mungkin mereka bertengkar?" gumam Zava dengan penuh harapan, wajahnya sedikit berharap kehancuran untuk rumah tangga adiknya Sunny.

"Hehh..." Zava tersenyum setengah bibir, langkahnya berjalan pelan menuju kamar tidur Sunny.

Lagi-lagi benar, pintu kamar Sunny itu dibiarkan setengah terbuka, membuat Zava bisa menelisik isi kamarnya.

Pertama-tama Zava sedikit ragu, tapi dengan langkah mengendap-endap Zava mendekat, dan semakin dekat dengan pintu kamar Sunny.

Ia mengintip dari celah, mencari sosok adik iparnya Reino, tapi...

"Hahh... Dimana laki-laki itu?" tanya Zava penasaran.

Sementara dalam kamar itu hanya ada Sunny yang tertidur dengan posisi miring di ujung kasur, dengan mengenakan piyama berbahan satin tipis, juga tentunya bercorak Sammy pink.

Mata Zava tertuju pada ponsel Sunny yang berada di lantai, yah... Seketika ia langsung menginginkan nomer telpon adik iparnya Reino.

"Hehh... Ini kesempatan bagus," ujar Zava dengan bergerak perlahan-lahan.

Sebelum bergerak mendekati Sunny, Zava lebih dulu mematikan ponselnya yang terbawa di sakunya.

Karena ini sangat penting untuk melancarkan rencananya.

Dengan langkah yang sangat hati-hati Sunny mendekat, dan sedikit lagi ia hampir berhasil. 

Kira-kira 30 Senti lagi tangannya bisa meraih ponsel Sunny yang berada di lantai, "Ayo... sedikit lagi," gumam Zava dengan penuh hati-hati.

Tapp... Tapp...

Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat, mendekat dan tak sesuai rencana, langkah itu seakan menuju kamar Sunny.

"Oh tidak, bagaimana ini?" Membuat Zava panik, ia segera bersembunyi di balik tempat tidur di sisi kiri Sunny.

Untung saja Zava mengenakan celana pendek bukan dress jadi ia bisa bergerak leluasa dan juga bebas.

Berjongkok dan bersembunyi, yah... Zava tak sempat keluar kamar Sunny, ia terpaksa memilih bersembunyi.

Emmuacchh... 

Suara kecupan itu mendarat di dahi Sunny.

Tak salah lagi, itu Reino. Ia pulang sangat larut, tapi ia tetap berlaku manis pada sang istri.

"Sayang, maafkan aku! aku tak bermaksud membuatmu menunggu begitu lama, maafkan aku," kecup Reino sekali lagi, kali ini ia memilih mencium bibir sang istri yang terbalut lipstik merah menyala.

Mengelus perlahan wajah sang istri, dengan ujung jarinya, yah... Reino selalu rindu kebersamaannya dengan Sunny. Ia begitu mencintai istrinya yang manja dan menggemaskan itu.

"Kau adalah bidadari untukku," Reino semakin bergairah, melihat pakaian yang dikenakan Sunny, 

Yah... Piyama tipis berbahan satin itu tentu transparan, membuat warna dalaman yang Sunny kenakan terlihat nyata di mata Reino.

"Kau sexy sekali sayang, tunggu aku," bisik Reino di kuping Sunny.

Membuat Sunny menggeliat, wanita manja itu terbangun dari tidurnya, ia mengangkat tinggi kedua tangannya memperlihatkan lekuk tubuh indahnya, juga body aduhai nya pada sang suami.

Ia mengucek-ngucek kedua matanya, seolah tak sepenuhnya sadar.

"Hoam..." sunny benar-benar mengantuk.

"Tidurlah, mas akan mandi dulu," ucap Reino dengan menggendong tubuh sang istri.

Meletakkan tubuh Sunny tepat di tengah-tengah nakasnya.

"Agh... Mas..." Sunny menarik tangan Reino, menepuk-nepuk dada bidang Reino dengan manja, seolah ia tak menginginkan Reino pergi meninggalkannya.

Membuat Reino tersenyum, "Sabar sayang, mas juga kangen... Mas mandi dulu baru… setelah itu... kita..." seru Reino.

"Agh... Jangan lama-lama," tarik Sunny pada kerah baju Reino. Sunny terus memeluk erat pinggang suaminya, ia benar-benar ingin disentuh. 

Suara tertawa geli itu terdengar menjijikkan di kuping Zava.

Zava terus mencoba membungkuk, ia sangat takut akan ketahuan oleh Sunny juga Reino. 

"Mas, ah…" goda Sunny dengan mengibas-ngibaskan rambut panjangnya yang tergerai. Menggerakkan tubuhnya dengan gerakan menggeliat manja. 

"Mas…," wanita itu menjulurkan lidahnya, ia tak tahan lagi ia ingin segera dimanja oleh Reino.

Reino menerima dengan baik sinyal itu, "Hahaha…. Kau tak sabar lagi rupanya," ucap Reino dengan melemparkan tas kerjanya ke atas nakas.

Plukkk…

"Huhh…." Mengagetkan Zava yang sedang bersembunyi. 

Reino menarik tangan kanan Sunny, mengajak istrinya ikut ke toilet. "Mandi yuk sayang," bisik Reino dengan suara pelan, suara yang sangat halus juga romantis. 

Membuat istrinya Sunny mengangguk, tersenyum malu, dengan kedua pipi merona. 

"Mass, buka!" pinta Sunny dengan manja, yah wanita itu meminta suaminya Reino untuk melepaskan pakaiannya terlebih dulu.

Reino senang akan sikap Sunny yang teramat manja, ia tersenyum penuh nafsu, menggerakkan jemarinya dengan lembut. 

Membuka perlahan piyama sang istri, menciumi aroma tubuh Sunny yang wangi semerbak, "Kau sangat cantik," puji Reino dengan menciumi sekujur tubuh Sunny.

Bra berwarna pink menyala itu membuat mata Reino terbelalak, cup yang penuh itu semakin membuatnya tegang, dan tak sabar lagi.

Tak hanya itu, kini Reino juga ikut melucuti pakaiannya, melepaskan dengan terburu-buru kemeja kerjanya, dan…

"Jangan, biar aku…" pinta Sunny.

Zretttt…

Resleting itu diturunkan,

Suara itu, membuat Zava merinding, ia ikut merasakan sensasi itu, "Ahh… hentikan," gumam Zava yang mulai ikut tegang.

"Ayo mas!"

Reino mengangguk, dan menggendong mesra tubuh ramping Sunny, menunjukkan kekuatan ototnya, membawanya masuk ke toilet, keduanya bahkan saat ini tak mengenakan pakaian sehelai pun.

Menyalakan shower, membuat suara desahan itu kini terdengar samar.

"Aghhhh…. Mas, sekarang!" 

"Iya sayang, bersiaplah!"

"Agh…."

Suara desahan itu menyatu, erangan, desahan yang membuat kuping Zava pengap.

avataravatar
Next chapter