webnovel

Part 51 : As a Friend

Bara menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. Udara sejuk langsung menyapa kulitnya ketika cowok itu memasuki sebuah minimarket. Sambil membuka lemari pendingin, Bara mengambil beberapa kaleng minuman dingin. Ekspresinya terkejut saat cowok itu memutar badan.

"Adyra?"

Bola mata Adyra melebar, "Hai!" seru Adyra.

Melihat Adyra tersenyum, Bara juga ikut tersenyum. "Ngapain?"

"Lahhh," Bibir atas Adyra terangkat. "Belanja, lah! Namanya juga lagi di minimarket. Ya kali gue mancing."

Bara terkekeh, "Ya kali lo mancing. Gue cuma nanya."

Adyra menepuk dada cowok itu. "Abis jogging?"

Bara berdehem. "Gue keren, ya? Kalo pakai baju santai kayak gini? Rambut berantakan, keringetan lagi," kata Bara sambil memindahkan beberapa snack ke tangannya.

Adyra mengangguk. "Lebih mirip kuli."

Bara mengedipkan mata. Cowok itu langsung merogoh saku dan mengambil ponselnya. Di depan layar ponsel, Bara mengamati pantulan wajahnya. Sesekali cowok itu membenarkan helai rambutnya. "Masa, iya?" bisiknya.

"Lo ngapain?" tanya Adyra.

Bara menggeleng lantas memasukkan ponsel ke saku celana. "Ah, enggak."

Adyra melanjutkan, memasukkan kecap dan saus botolan ke dalam keranjang. Setelah itu, ia mengambil bungkusan keju, beberapa toples selai dan roti tawar, sementara Bara mengekorinya dari belakang. Ketika mereka sampai di kasir, Bara mengernyit melihat Adyra menyapa seseorang.

"Kok sendirian?" tanya Adyra.

Bara melihat cowok itu tersenyum membalas sapaan Adyra. "Tangan lo masih sakit, kan. Gue bawain, ya?"

Cowok itu mengambil kantong plastik dari kasir terlebih dulu sebelum Adyra berhasil mengambilnya. "Nggak usah, Ra. Yang sakit kan tangan kanan. Saya bisa bawa pakai tangan kiri."

"Emang nggak berat?" Adyra terlihat khawatir.

Cowok itu terkekeh. "Saya bukan kakek-kakek, kali. Bawa ginian doang mah gampang."

Bara mengangkat satu alisnya. Seraya mengamati penampilan cowok yang tengah bicara dengan Adyra. Melihat ekspresi Adyra, sepertinya mereka kenal dekat.

"Saya duluan, ya?"

"Hati-hati." Adyra tersenyum sambil melambaikan tangannya. Bara melihat cowok itu membalas senyuman Adyra. Namun ketika tatapan cowok itu bertemu manik mata Bara, senyumannya mendadak lenyap.

"Siapa, sih?" tanya Bara setelah orang itu menghilang dari hadapan mereka.

Adyra tersenyum ke arah Bara setelah menaruh belanjaannya di meja kasir. "Teman gue."

"Emang lo punya berapa banyak teman cowok selain gue sama Andra?"

Adyra terkekeh. "Pertanyaan lo apa deh, Bar? Emang gue nggak boleh punya teman cowok?"

Bara mendengus. "Ya, nggak gitu juga, sih."

"Gue balik, ya?" kata Adyra sambil memindahkan kantong belanjaan ke tangannya.

"Mau gue anter, nggak?"

"Nggak usah. Duluan, ya? Dadah!"

Bara menatap punggung Adyra yang bahkan sudah menghilang dari balik pintu kaca. "Kenapa perasaan gue nggak enak, ya, sama teman cowoknya tadi."

Pikiran Bara melayang kemana-mana hingga seseorang membuyarkan lamunannya. "Maaf, Mas. Semuanya jadi 25 ribu."

•••••

"Iya lagi jogging di area taman."

"...."

Bara terkekeh, "Mama udah bangun? Udah nggak usah ikut bantuin masak. Mama duduk-duduk aja."

"...."

"Iya.. Oke, deh. Bara juga sayang Mama."

Cowok itu menutup sambungan telepon dengan tersenyum. Kakinya melangkah menuju sebuah bangku panjang yang tak jauh darinya. Ketika tangannya bersiap membuka kaleng minumannya, cowok itu merasakan pergerakan dari bangku yang tengah didudukinya. Saat Bara menoleh, cowok itu memutar bola mata.

"Tadi gue ketemu sama Adyra, sekarang gue ketemu sama lo."

Sosok itu menarik sudut bibirnya menyadari keberadaan Bara. "Itu tandanya, gue sama Adyra berjodoh."

Bara mengangkat bibir atasnya. "Nggak nyambung lo."

Andra merebut kaleng minuman dari tangan Bara. Belum sempat cowok itu mengomel, Andra sudah menandaskan minuman Bara tak tersisa. Bara membuat gestur mau menonjok Andra melihat ekspresi Andra yang sudah lega akibat terbebas dari rasa hausnya.

"Nyokap lo apa kabar?"

Bara menoleh mendengar pertanyaan Andra. "Jauh lebih baik dari waktu lo jenguk dia di rumah sakit."

Andra tersenyum tipis. "Mangkanya, jangan bandel kalo jadi anak! Biar nyokap lo nggak stress mikirin anak macam lo!" kata Andra diakhiri tendangan yang mengenai betis Bara hingga membuat cowok itu mengaduh.

"Kayak lo nggak bandel aja."

"Emang enggak, tuh."

Muak melihat tampang songong Andra, Bara membuka kaleng sodanya tepat di depan Andra hingga cipratan busa yang keluar jadi mengenai wajahnya. Bara terkekeh mendengar Andra mengumpatinya.

"Lo sendiri?" Andra menoleh. "Gimana hubungan lo sama nyokap lo?"

"Baik-baik aja," sahut Andra pada akhirnya.

Bara melihat raut bahagia dari wajah Andra. Setelah itu, mereka hanya diam untuk beberapa saat. Menikmati sinar matahari yang terasa hangat. Dan semilir angin yang tak begitu terasa.

"Balapan, yuk?"

Alis kanan Bara terangkat. "Gue nggak bawa motor."

"Ya emang nggak pakai motor."

"Terus pakai apa, dong?"

"Kaki, lah."

Bara mengernyit. "Maksud lo, lari?"

Andra mengangguk.

"Ya, kali!" Bara terkekeh.

"Kenapa? Takut?"

Mendengar kalimat itu, ekspresi Bara langsung berubah. "Lo mau berapa putaran?"

••••

Andra terkekeh dengan napas yang masih memburu. Dadanya naik turun bersamaan dengan peluh yang memenuhi area wajahnya. Cowok itu menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan, disusul Bara dengan wajah masamnya.

"Lo nggak pernah berubah, ya?" Andra menarik sudut bibirnya. "Selalu kalah dari gue."

Bara mendengus. "Paling kebetulan doang!"

"Nggak ada kebetulan yang datang berulang-ulang. Kecuali, kalo gue emang udah ditakdirkan sebagai pemenang."

Bara menjatuhkan sepatunya di atas punggung kaki Andra, membuat cowok itu memekik sakit. "Gausah songong! Jagoan macam gue itu menangnya belakangan."

Merasa tak terima, Andra membalas Bara dengan menindih perut cowok itu dengan kakinya. Sementara Bara tak mau kalah. Dia membalikkan tubuh Andra dan menendang bokongnya. Hingga mereka berakhir main tendang-tendangan sambil berguling di atas rerumputan.

Mereka tertawa bersama setelah merasa puas dengan peperangan yang tak berguna barusan. Andra memakai lengannya sebagai bantal kepala begitupun Bara yang berbaring di sebelahnya. Mereka memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menyapu kulitnya. Tanpa memudarkan sedikitpun senyum dari wajah lelah mereka. Sama-sama terdiam, menikmati detik waktu yang berjalan.

"Ngomong-ngomong soal Adyra, gue masih suka sama dia."

Bara membuka pembicaraan untuk pertama kalinya. Dan Andra mendengarkan dengan seksama.

"Lo nggak usah khawatir. Gue nggak akan gangguin hubungan lo berdua." Bara berhenti sejenak. Kemudian membuka kelopak matanya.

"Tapi, kalo lo ninggalin dia atau nyakitin dia sekali aja. Jangan harap gue bakal diam aja."

Andra tahu, Adyra memang istimewa. Banyak orang yang menyayanginya. Mendengar kalimat Bara barusan, tak membuat Andra seolah mendapat ancaman. Justru, Andra malah tersenyum. Ia seakan mendapat dukungan, walau dengan nada bicara yang seolah memberi peringatan.

"Gue nggak akan ngelepasin dia. Kecuali, kalo dia yang ngelepasin gue duluan."

••••

Bara menunduk, melihat tali sepatunya terlepas, cowok itu langsung berjongkok membenarkannya. Setelah itu, ia berjalan menuju tempat sampah dan membuang botol minuman kosongnya ke sana. Cowok itu terkekeh sejenak. Ketika ingatannya menampilkan waktu Bara menghabiskan waktu dengan Andra entah kenapa membuatnya tersenyum. Dia tak pernah merasa semenyenangkan ini jika bermain bersama teman-temannya. Yang bisa tertawa lepas sambil saling memukul satu sama lain.

Bara melangkahkan kakinya, berniat sedikit lebih cepat pulang menuju rumahnya. Ketika di persimpangan jalan, ia mengernyit. Tatapannya menangkap sosok Adyra di ujung jalan. Gadis itu terlihat sedang berbicara dengan seorang lelaki. Namun Bara tak bisa melihat wajahnya karena terhalang pepohonan.

Bara mendengus. "Andra sialan. Udah langsung pacaran aja itu anak."

Bara menghampiri mereka, berniat merusak suasana. Namun, langkahnya terhenti ketika wajah seseorang itu kini telah terlihat jelas di manik mata Bara.

Bara yakin, seseorang itu bukan Andra.

Dan kalau itu bukan Andra. Terus dia siapa?

Bara menajamkan penglihatannya. "Kayaknya gue pernah ketemu. Tapi di mana?"

••••