webnovel

Part 2 : Adyra

Part 2 : I'm Glad Became the First - Adyra

Andra berlari menuju tengah lapangan sambil menggiring bola basket dengan peluh yang mengucur di keningnya. Di sana sudah ada Eric, Aldo dan Rio yang menunggunya membawa kembali bola basket mereka yang tidak sengaja terpental karena ulah Aldo.

"Lama banget, sih. Godain cewek lo, ya?" tebak Aldo renyah yang membuat Andra melemparkan tatapan tajam ke arahnya. "Slow man, nggak usah melotot. Cuma nanya juga, gue."

Aldo menepuk bahu Andra pelan berusaha menciptakan suasana humoris. "Siapa tahu lo tobat."

Eric dan Rio yang juga berada di sana, terkekeh dengan kalimat yang dilontarkan Aldo.

Sedangkan Andra menatap Aldo datar, lalu mengalihkan pandangannya pada tangan Aldo yang masih nangkring di bahunya. "Nggak usah sok akrab."

Aldo langsung menurunkan tangannya dari bahu Andra diiringi dengan gerakan memutar bola matanya malas.

"Udah tahu galak. Masih aja lu godain." Rio yang membuka suara berusaha menengahi. "Cari mampus banget." tambahnya lagi.

Eric menghampiri Andra yang tengah berkali-kali mencoba memasukkan bola ke dalam ring, dan mengabaikan Rio dan Aldo yang asik ngobrol sendiri.

Saat Eric men-drible bola dengan tangan kirinya, Andra merebutnya dengan mudah melalui sisi kanan tubuh Eric dan mendapatkan bola itu lalu men-shoot-nya. Merasa tertantang, Eric berlari ke arah Andra yang melakukan kegiatan menipu lawan berkali-kali saat Eric berniat mengambil bola dari tangannya. Dan lagi-lagi dia gagal. Andra berhasil men-shoot-nya lagi untuk yang kedua kalinya.

"Shit!"

Andra tersenyum miring saat mendengar Eric mengumpat. Mungkin mendengar Eric mengumpat dengan geram bukan suatu hal baru yang sering Andra temukan. Tapi saat melihat Eric tidak bisa merebut bola darinya, membuat Andra menyimpulkan jika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Masalah cewek?" tanya Andra, seolah-olah dia bisa membaca pikiran Eric.

"Si Caca ngambek gara-gara gue bangun kesiangan dan telat jemput dia. Dan sampek sekarang, dia puasa ngomong sama gue." Eric bercerita dengan wajah suntuk yang sangat terlihat jelas.

"Udah gue bilang cewek itu ribet! Putusin aja, udah," ucap Andra telak yang membuat Eric menatap tak suka.

"Putus-putus, mata lo?" geramnya. Meskipun dia sering ngambek kayak anak kecil, tapi se-enggak-nya dia bisa bikin hari-hari gue berwarna setiap harinya," ucap Eric menerawang. "Dan, dia bisa bikin gue jatuh cinta," tambahnya lugas.

Andra menaikkan sebelah alisnya. "Masih percaya sama yang namanya cinta?"

Eric menatap Andra dengan memincingkan matanya tak mau kalah. "Dan lo, masih nggak percaya sama yang namanya cinta." Itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang jelas.

Andra menghentikan gerakannya melempar bola saat mendengar penyataan yang ditujukan jelas untuknya. Andra tersenyum sinis.

"Buat apa gue percaya sama hal yang menurut gue buang-buang waktu? Nggak ada gunanya banget."

Eric tertegun sejenak lalu menghela napas. Sorot mata Andra menyiratkan jutaan rasa sakit yang membelenggu dirinya dalam amarah. Membelenggu hatinya dalam rasa kecewa yang entah siapa yang akan membebaskannya. Eric tahu siapa Andra. Eric tahu masalah yang Andra hadapi bukan masalah kecil seperti kelihatannya. Tapi percuma Eric membantu Andra untuk berpikir lebih luas tentang tujuan Tuhan akan takdirnya. Andra seakan sudah menutup mata tentang kehidupannya. Dia sudah jatuh terlalu jauh.

"Suka-suka lo, deh. Ngomong sama lo itu kayak ngomong sama bola. Nggak ada ujungnya." Eric melenggang pergi menjauhi Andra dan berlari mendekati Rio dan Aldo yang telah memanggilnya sejak tadi untuk masuk ke kelas.

Sementara Andra masih berdiri di bawah terik matahari yang menusuk permukaan kulitnya, walau tidak sesakit kenyataan yang dia hadapi hingga saat ini. Rahangnya mengeras dengan salah satu tangan mengepal di samping tubuhnya.

▪▪▪

Andra. Andra. Andra.

Adyra tertegun beberapa detik setelah dia menyadari jika dia tengah memikirkan cowok yang bernama Andra. "Gue mikirin dia?" Gadis itu mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepalanya sambil menepuk pelipisnya ringan.

"Ah, nggak mungkin! Ngaco."

Gadis itu berjalan menuju gerbang sekolah yang ramai akibat padatnya kerumunan siswa yang memenuhi area pagar sekolah. Bagi mereka, bel pulang sekolah adalah musik terindah, yang menjadi favorit di kalangan anak muda. Sudah menjadi tradisi semenjak zaman paleozoikum jika bel pulang sekolah adalah menjadi sebuah anugerah terbesar yang selalu didapatkan anak-anak sekolah setiap harinya.

Adyra menghela napas. Mana mungkin dia keluar sekolah dengan keadaan gerbang seperti itu? 'Gue bisa sesak napas kali, kalo dipepet orang bejibun kayak gitu!' pikirnya ngeri.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, dan menemukan sebuah bangku panjang yang terletak di sebuah taman kecil di samping kanan lapangan basket. Adyra memutuskan untuk menjatuhkan tubuhnya dengan posisi duduk di bangku itu, seraya menunggu area pagar sepi dan pantas untuk dilewati.

Adyra mencoba membunuh rasa jenuhnya hanya dengan berbekal sebuah mp3 player yang dilengkapi dengan sepasang earphone berwarna putih.

Adyra memejamkan matanya sambil sesekali menggerakkan bibirnya untuk menikmati alunan lagu yang berdengung di telinganya.

Saat Adyra membuka matanya hanya untuk sekedar menoleh ke arah gerbang, ada seseorang yang lebih menarik perhatiannya. Gadis itu menyipitkan matanya untuk sekedar menajamkan pandangannya pada sebuah titik di ujung sana.

Andra.

Adyra kontan tersenyum saat dia melihat cowok itu berada di sana. Bersama gerombolannya yang tengah bermain basket dengan tampannya. 'Emang ya. Cowok kalo udah main bola, gantengnya nambah,' akunya dalam hati.

Adyra melihat tampang lelah di raut wajah cowok itu. Dari cara dia mengibaskan tangannya ke udara agar sekedar mendapatkan angin segar, dengan sesekali menyembunyikan wajahnya dari terpaan sinar matahari menggunakan telapak tangannya. Gadis itu tersenyum miring, dengan sebuah ide muncul di benak Adyra.

"Gue harus kenalan sama lo."

▪▪▪

Andra memutuskan tubuhnya untuk beristirahat di pinggir lapangan. Cowok itu menghampiri letak tempat tas ranselnya berada. Latihan basket hari ini sungguh melelahkan. Karena pekan depan, SMA Pancasila harus menghadapi SMA Santa Maria dalam pertandingan persahabatan antar sekolah menengah ke atas. Dan sebagai kapten tim basket sekolah, tentu Andra sangat berperan penting dalam pertandingan tersebut.

"Gue cabut." Eric mengangkat tangannya seolah berpamitan kepada Andra sebagai kapten tim. Andra yang melihat kepergian Eric mulai memasang tampang tak suka seakan berkata, 'Latihan belom kelar main cabut-cabut aja' .

"Gak usah mendelik juga ntuh mata. Gue cuma mau pipis doang, elah! Kecuali, kalo lo pengen gue beser di lapangan sih gapapa."Andra memutar bola matanya malas.

"BAGI MINUM, RIC!! AIR GUE ABIS!!" teriak Andra saat Eric mulai menjauh.

"AMBIL AJA DI TAS!!"

Andra mulai merogoh tas Eric dengan membuka resleting tasnya satu persatu. Setelah resleting ketiga berhasil dia buka, cowok itu menemukan sebuah botol air mineral.

Andra mengangkat botol itu dengan tujuan akan meminumnya. Tidak ada air yang mengalir di tenggorokannya saat dia mengangkat botol. Andra memutuskan untuk mengecek, dan ternyata botol tersebut kosong momplong.

"Sial." Andra berdecak. "Gue haus banget, lagi."

"Nih!"

Keberuntungan ternyata masih berpihak padanya. Andra langsung menyambar botol minuman yang sengaja disodorkan oleh seseorang yang berada di sampingnya.

"Kebetulan banget." Cowok itu meneguk air mineral dari seseorang itu-yang entah itu siapa-dengan rakus.

Sementara seseorang yang berada di sampingnya menatap Andra dengan seksama dari samping. Merasa sedang ada yang memperhatikannya, sejurus kemudian Andra menoleh.

"BLURRRB-UHUK!!" Andra menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya dengan tiba-tiba, hingga membuatnya terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya.

Seseorang yang masih berada di samping Andra-yang juga memberinya minum-itu membantu Andra meredakan batuk-batuknya, dengan menepuk ringan tengkuk Andra.

Setelah batuk Andra sudah sepenuhnya mereda, cowok itu menatap seseorang di sampingnya dengan tatapan tajam. Bukannya takut, seseorang itu malah nyengir dan membuat Andra memincingkan matanya tak suka.

"Lo ngapain sih, di sini?"

"Ngasih lo minum." Jawabnya polos dengan tampang tak berdosa. "Baik kan, gue?"

Andra menatap botol minuman yang berada di tangannya, lalu mengalihkan pandangannya pada gadis di sebelahnya. Andra yakin jika dia adalah cewek yang sama dengan orang yang dia temui di lorong sekolah tadi dengan mimik wajah pucat karena ketakutan.

Tanpa basa-basi lagi, Andra menyodorkan botol minuman itu ke arah cewek di sampingnya. "Nih. Gue nggak butuh minuman dari lo!"

Tidak salah lagi, cewek itu Adyra.

Dia menerima botol kosong, yang telah disodorkan Andra ke arahnya dengan tatapan bingung. 'Udah diabisin, baru bilang nggak butuh. Ganteng-ganteng bego, ih.' Tuturnya, sambil tersenyum dalam hati.

Andra bangkit dari tempatnya duduk, dan Adyra mengekorinya dari belakang. Cowok itu sempat mempercepat laju langkahnya. Dan tanpa disangka, cewek itu masih berhasil mengimbangi langkahnya yang cepat dan melebar.

Hingga akhirnya, cowok itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, hingga membuat seseorang yang berada di belakangnya menubruk pungggungnya lumayan keras.

"Aduh!"

Adyra mengaduh kesakitan sambil mengusap keningnya. "Kalo mau ngerem, ngobrol dong. Jidat gue kan sakit. Untung gue nubruk punggung lo karena cuma jalan biasa. Gimana kalo kita jalannya naik mobil, terus elo ngerem mendadak? Bisa pingsan gue karena kebentur dashboard mobil."

Andra berbalik badan, lalu mengernyit sesaat karena mendengar rentetan kalimat yang diucapkan cewek itu tanpa jeda seperti ocehan burung beo.

"Mau lo apa?" tutur Andra tanpa sedikitpun memperdulikan ocehan cewek itu.

"Gue?" Adyra menunjuk dirinya sendiri, lalu terdiam sejenak seperti berpikir. "Gue mau bilang makasih sama lo buat tadi pagi." Ucapnya akhirnya dengan senyum simpul menghiasi bibirnya.

Andra melirik cewek itu sejenak, seolah berpikir. Hingga beberapa detik setelah itu, cowok itu mengangkat salah satu alisnya menunjukkan tampang tengil yang menjadi ciri khasnya.

"Gausah. Gue nggak butuh."

Adyra membelalakkan matanya terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan Andra. Gadis itu berdecak tak suka dalam hati. Itu mulut nggak pernah disekolahin apa ya?

Andra ingin melangkahkan kakinya menjauhi Adyra. Tapi sejurus kemudian cowok itu berhenti, karena gadis itu memblokir jalannya.

"Oke. Yaudah, Gue... cuma mau kenalan sama lo." tutur Adyra sambil tersenyum.

Andra mengangkat sebelas alisnya. "Kenalan?"

"Iya, kenalan." Andra terdiam sejenak, dengan menatap cewek itu datar.

"Nggak sudi."

Andra melangkah pergi tanpa perduli tubuh Adyra yang menghalangi jalannya. Adyra yang tidak kenal menyerah masih saja berusaha mengimbangi langkah Andra dan berdiri tepat di hadapannya.

"Kok gitu, sih! Sombong banget."

"Udah tahu kan, gue sombong? Jadi ngapain masih cari masalah sama gue?" tuturnya dingin.

"Karena gue suka-"

Adyra tak melanjutkan perkataanya, tapi malah menutup mulutnya secara tiba-tiba. Bibir dan otaknya mulai tidak selaras sekarang.

Nyaris keceplosan, gue.

"Hei! Tungguin!! Ck, mau kenalan aja susah banget." Adyra mengejar cowok itu lagi. Kali ini dengan berlari kecil, karena entah kenapa Andra jadi cepet banget jalannya.

Napas Adyra terengah-engah, karena berusaha menyejajarkan langkah kakinya dengan Andra. "Stop! Gue capek." Andra tidak mendengarkannya dan masih berjalan tak peduli.

Kupingnya budek kali, ya?

"Kalo lo nggak berhenti bakalan gue timpuk!!" Andra masih berjalan tak perduli.

"Kali ini gue timpuk pakek batu!!" Andra masih berjalan tak perduli, lagi. 'Palingan cuma ngancem doang,' batin Andra meremehkan.

"Oke. Dia nantangin," bisik Adyra.

Adyra mengambil sebuah batu yang tidak jauh dari jangkauannya. Sebuah batu yang kecil, tapi cukup untuk membuat cowok itu berbalik. Cari masalah nih, cewek.

PLETUK!

Yes!! Kena!

Andra berbalik badan dan menemukan Adyra yang tengah berlari kecil ke arahnya. "Lo gila? Kalo gue geger otak gimana, bego?"

Adyra hanya mengendikkan bahunya acuh. "Itu kecelakaan."

Gadis itu berdiri tepat di hadapan Andra dengan senyum manis yang akan meluluhkan siapa saja yang melihatnya. Kecuali Andra tentunya. Bahkan, hatinya sama sekali tak terprovokasi waktu bersitatap dengan gadis berambut gelombang itu.

"Nih!"

Adyra menyodorkan setangkai permen lollipop yang terbungkus cantik dengan sebuah pita merah di bagian tangkainya. Andra tidak langsung menerimanya. Dia malah menatap Adyra sambil tersenyum kernyih melirik lollipop yang dia bawa.

"Semenjak gue jadi cowok populer di sekolah ini, baru cewek kayak elo yang cuma kasih gue lollipop."

Adyra menangkap sinyal itu. Dia tahu jika Andra tengah mengejeknya saat ini. Tapi entah kenapa, gadis itu malah tersenyum. Dan senyum itu benar-benar manis hingga membuat Andra merasakan gelenyar aneh yang mulai menjalar menuju ruang jantungnya.

"Gue tahu." Adyra mengangkat bahunya acuh. "Dan, gue seneng jadi yang pertama kalinya."

Adyra memindahkan lollipop itu ke tangan Andra. Tidak peduli akan tatapan tak suka yang dilemparkan padanya. Bahkan sampai saat ini, Adyra masih menyunggingkan senyumnya.

"Permennya dimakan ya! Kalo nggak suka, simpen aja di kulkas. Jangan dibuang! Kalo dibuang, gue sumpahin lo jatuh cinta sama gue seumur idup! Gue serius!! Hari ini, hari jum'at kan? Jadi pas banget buat nyumpahin orang."

"Gue pulang ya!! Udah dijemput Papa soalnya!"

"Oh! Iya. Kenalin, nama gue... Adyra."

Andra menatap punggung cewek itu lamat-lamat, hingga tubuhnya kian menghilang dari arah pandangannya. Rentetan kalimat yang ditujukan padanya, seolah membekas ringan di benaknya.

Andra mengernyit bingung menatap sebuah lollipop di tangannya.

"Cewek aneh."

Andra melirik tong sampah yang berada tak jauh dari sisi kirinya. Tapi sejurus kemudian, dia melihat seorang cowok yang berjalan ke arahnya dengan tumpukan buku yang menggunung.

Andra melempar lollipop itu ke atas buku yang kini tengah diangkat susah payah oleh sosok cowok cupu dengan kacamata kuda yang bertengger di hidungnya itu.

"Nih, buat lo."

Andra melenggang pergi dengan men-drible bola basket di tangannya, meninggalkan cowok berkaca mata yang tengah mengeryit bingung.

"Andra lagi ulang tahun, ya? Tumben baik banget."

▪▪▪