webnovel

Part 14 : Failed Date - Bara

Sebuah motor besar itu mulai meninggalkan pekarangan rumah untuk membelah jalanan beraspal. Teriknya mentari tak menyulutkan tarikan di kedua sudut bibirnya sekalipun. Bahkan aroma jaket maskulin itu masih bisa tercium samar lewat udara.

Adyra melangkah memasuki rumah dengan langkah sumringah. Tanpa sadar, gadis itu berjalan mundur tanpa meninggalkan tatapannya pada satu titik di mana motor itu berjalan.

"Gitu banget lihatinnya."

Gadis itu menoleh ke asal suara, lalu nyengir lebar saat melihat Papanya sudah berdiri di belakangnya. "Sejak kapan Papa di situ?"

"Pantesan nggak mau dijemput," lanjutnya tanpa menggubris pertanyaan Adyra.

"Biar nggak ngerepotin aja," belanya.

Andi melipat tangannya di depan dada sambil menatap anak gadisnya menyelidik. "Jadi udah... jadian, nih?"

Satu kalimat ringan baru saja menceluskan jantungnya. Andi tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya. Pipi Adyra merona seketika. "Papa, apaan sih.."

***

"Udah pulang, Den?"

Cowok itu hanya bergumam sebagai balasan, lalu meninggalkan ruang tamu menuju kamar. Bi Sumi dibuat heran dengan sikap Andra yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kalau dulu Aden-nya itu akan pulang sekolah dengan wajah kusut ataupun terkadang ditambah beberapa titik wajah yang membiru karena berantem. Sekarang sangat berbeda. Walau masih pelit ngomong, tapi setidaknya wajah yang selalu terlihat dingin itu berubah sumringah entah karena apa.

"Itu si Aden kenapa, ya? Senyum-senyum sendiri," gumam Bi Sumi keheranan.

Andra melempar asal tas ranselnya setelah melepas sepasang sepatu converse-nya. Cowok itu merebahkan punggungnya di atas kasur. Andra mengambil sebuah rubik dari laci meja belajarnya. Sudut bibirnya tersenyum tipis menatap kotak-kotak berwarnanya itu sambil memainkannya. Kemudian cowok mengalihkan pandangannya, tepat ke arah langit-langit kamarnya.

"Ah! Kenapa jadi gini sih gue!"

Andra mengacak rambutnya kasar. Cewek itu hampir berhasil memporak-porandakan batinnya seperti sekarang. Dulu aja deket sama cewek mah ogah, apalagi boncengin? Menurut Andra, semua cewek itu sama aja. Penjilat. Matre. Dan ribet.

Tapi Adyra? Ya, dia emang ribet, sih. Ribet banget malah. Tapi entah kenapa sifat agresif Adyra, cerianya, kebodohannya, matanya, senyumnya, bibir-eh, astagfirullah! Mikir apa sih!

Cowok itu menepuk jidatnya berkali-kali. Gadis itu berhasil menguasai otaknya sekarang. Nggak bisa dibiarin! Andra harus mencari kesibukan agar dia berhenti memikirkan Adyra.

Andra merogoh saku celanannya untuk menemukan sebuah ponsel miliknya. Cowok itu sudah mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, lalu mulai memainkan sebuah game yang biasa dia lakukan hanya sekadar membunuh rasa bosan. Tapi sayang, semua itu nggak mempan sama sekali. Andra sama sekali tidak fokus bermain. Bahkan sudah beberapa kali game over walau belum sampai lima menit saja.

Andra mendengus lalu membanting ponselnya asal. Tapi sebelum dia sempat melempar ponselnya, sebuah lagu yang mendering nyaring menghentikan kegiatannya.

08573443xxx is calling...

"Nomor siapa, ya?" Andra mengendik acuh lalu menerima panggilan.

"Halo?"

Andra menjauhkan telinganya dari layar ponsel secara spontan. Cowok itu mengernyit tak percaya setelah mendengar sebuah suara di seberang telepon.

"Halo?" sapa suara itu lagi.

Andra mendekatkan ponselnya lagi lalu menjawab dengan hati-hati. "Halo."

"Huh, ya ampun! Gue kira lo pingsan abis denger suara gue tadi! Haha!"

Andra hanya berdecak malas. "Dari mana lo tau nomor ponsel gue?"

"Apa sih yang nggak gue tau dari lo." Gadis itu terkikik singkat. "Bahkan, gue aja tau sekarang elo lagi ngapain."

Cowok itu memutar bola matanya malas.

"Elo sekarang pasti ada di... kamar, kan?" Andra membelalak kaget.

"Lagi duduk di atas kasur sambil main hape, terus-"

"Lo nguntit gue?!"

Andra memekik, sementara Adyra terkikik. "Hahaha! Biasa aja kali! Lagian nih, ya.. Gue juga tau kalau lo lagi mikirin gue sekarang."

Andra membulatkan matanya. "Apa?! lo-"

"Bener, kan?"

"Enggak."

"Ngaku aja deh!"

"Enggak!"

"Tuh, kan nyolot! Berarti bener elo lagi mikirin gue?! ASTAGANAGA!! Sumpah demi apa lo lagi mikirin gue?!"

"Kalo nggak ada yang penting, gue tutup!"

"Loh! Tapi, Ndra-"

Tut.. tut..

"Yah.. rese' banget!"

Adyra menjauhkan layar ponselnya dari telinga. Jujur, dia kesal karena Andra memutuskan panggilan sepihak. Tapi di sisi lain Adyra merasa bangga karena dipikirin sama Andra.

"Ah! Abis mimpi apa sih, gue semalem?"

Gadis itu loncat-loncat kegirangan di atas kasur. Sayangnya, Adyra lagi di kamar sekarang. Kalau di hutan, dia pasti udah teriak sekenceng-kencengnya karena kesenengan. Kalau bisa, adu teriak paling kenceng sama serigala juga sanggup-sanggup aja dia.

Gadis itu menatap ponselnya berbinar. Hingga sebuah ide jahil nangkring di kepala cantiknya. Adyra menggerakkan jarinya, lalu mulai mengetik sebuah pesan lewat WhatsApp.

To: Andra

Yah, kasihan! Ketahuan deh, kalo selama ini lo mikirin gue. Hahaha! *ketawa jahat. Ga usah galau gitu kali! Kalau emang suka sama gue, yang gentle dong! Ajak jalan gitu. Kalo lo ngetok pintu rumah gue, pasti langsung dibukain, deh. Suer!!

Adyra terkikik geli melihat kelakuannya sendiri. Serasa kayak nggak punya malu. Tapi bodo amat! Kapan lagi bisa ngerjain si patung es?

5 menit..

Terkirim!

10 menit..

Just read!

15 menit..

(Still) just read!

"Ih!" Adyra melempar bantal yang ada di samping tubuhnya ke sembarang arah. 'Andra cuma nge-read message gue tanpa ngebales? Tega!'

To: Andra

Yakin?!! Cuma di-read doang????????????

Gadis itu membanting ponselnya, tanpa peduli jika alih-alih Andra membalas message-nya.

Tok! Tok! Tok!

Gadis itu menyembulkan kepalanya setelah membuka pintu kamar.

"Iya, Pa?"

"Ada cowok di depan."

"Oh, co-hah? Cowok, Pa?" Mata Adyra membulat kaget hingga Papanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Siapa?"

Andi hanya mengendikkan bahunya acuh. "Lihat aja sendiri."

Andi meninggalkan kamar putrinya itu, lalu meneruskan kegiatannya di ruang kerja yang sempat tertunda.

Adyra mengernyit, sambil menggelengkan kepalanya tak percaya. "Andra beneran jemput gue?"

***

"Kok diem?" tanya cowok itu sambil mengendalikan setir mobil dengan santai. "Lo... nggak suka jalan sama gue?"

Adyra tersenyum kikuk, lalu menggeleng. "Emang lo mau ngajak gue jalan ke mana?"

Cowok itu mengusap ujung dagunya seperti sedang berpikir. "Ehm, ke mana aja deh! Terserah Eneng! Akang mah ngikut wae, atuh!"

Adyra melotot tak suka, lalu melayangkan pukulan di lengan cowok itu. "Geli banget, sih!"

Cowok itu tersenyum puas melihat Adyra yang dongkol karena ulahnya. "Serius! Lo mau bawa gue ke mana sih, Bar?" tanya Adyra lagi.

"Ke mana aja asal nggak ke diskotik," sahut Bara sekenanya.

Adyra melotot, lalu mencebikkan bibirnya kesal. "Emangnya elo! Suka ke tempat begituan," balas Adyra skeptis.

Bara mendengus seolah merasa tersindir. "Fitnah lo!"

Adyra tertawa puas melihat Bara yang terlihat dongkol karena ulahnya. Tidak bisa dipungkiri jika gadis itu senang saat ini. Tapi, mungkin dia akan lebih senang lagi kalau orang yang di sebelahnya ini bukan Bara, melainkan...

***

"Andra!"

Merasa namanya dipanggil, Andra menoleh ke asal suara. Andra menatap datar seseorang di hadapannya setelah Andra berdiri tepat di hadapannya.

"Sepet amat muka lo! Abis diputusin cewek?" Andra mendelik, lalu melayangkan sebuah bogeman ringan di lengan cowok itu. "Sok tau lo, Ndo!"

Nando terkekeh pelan sambil mengangkat satu alisnya. "Jadi... apa lo berniat bawain lagu galau buat malam ini?"

Andra tersenyum miring. "Kita lihat aja nanti."

***

"Tau gitu tadi gue nggak muter-muter dulu sebelum lo bilang mau ke mana. Tau gitu kan kita langsung belok kanan aja dari pertigaan rumah lo. Jadi nggak usah puter balik jauh kayak gini."

Bara mengumam jengkel sambil menumpahkan seluruh kekesalannya. Sia-sia saja dong, dia bawa Adyra muter-muter naik mobil, eh tapi ternyata gadis itu malah mau ngajak ke kafe dekat rumahnya. Kan anjieur!

"Berisik banget sih! Yang ngajak jalan siapa coba?" Bara memutar bola matanya malas menanggapi Adyra. Percuma ngomong sama cewek. Nggak pernah mau disalahin. Ujung-ujungnya cowok juga yang salah.

"Secangkir hot chocolate sama-" Adyra melirik Bara. "-lo mau apa?"

"Lo nggak pesen makan?"

"Nanti aja."

" Ya udah samain aja," jawab Bara sekenanya.

"Oke! Dua cangkir hot chocolate aja, Mbak."

"Baik, mohon ditunggu."

Bara berdehem sejenak setelah perempuan berseragam khas waitress kafe itupun pergi meninggalkan mereka berdua. "Lo suka ke sini?"

Adyra menoleh. "Ini tempat favorit gue."

Bara hanya manggut-manggut sambil melihat sekeliling suasana kafe. Tidak ada yang spesial di sini. Semuanya terlihat sederhana. Cowok itu mengernyit, ingin tahu apa yang membuat Adyra suka dengan tempat ini.

"Gue lihat nggak ada yang spesial sama tempat ini," katanya. "Jadi di bagian mananya yang bikin lo suka?"

Adyra termangu sejenak. Berusaha mencerna apa yang tengah Bara bicarakan dengannya saat ini. Memang tidak ada yang spesial dengan tempat ini. Semuanya terlihat seperti kafe-kafe pada umumnya. Satu hal yang membuat tempat ini spesial adalah, di mana dia pertama kali merasakan getaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

"Kenangan."

Bara tertegun, melihat raut wajah Adyra yang tiba-tiba berubah. Bara menjadi tidak tega jika melihat wajah muram Adyra. Tapi, Bara terlalu sangat ingin tahu apa yang tengah gadis itu pikirkan saat ini. "Ada hubungannya sama mantan, ya?" tanya Bara hati-hati takut menyinggung.

Adyra hanya tersenyum kecil, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah waitress yang tengah berjalan ke arah mereka. "Dua cangkir hot chocolate sudah siap. Selamat menikmati!"

Oh, her eyes, her eyes make the stars look like they're not shinin'

Her hair, her hair falls perfectly without her tryin'

She so beautiful

And i tell her everyday

Segaris kernyitan di dahinya membuat gadis itu nampak terlihat bingung. Sejak sebuah lagu milik Bruno Mars itu terlantun, Adyra sangat menikmati sekaligus merasa ada yang ganjil setelahnya.

"Kenapa?"

Adyra melirik Bara sekilas. "Kayak kenal sama suaranya, deh."

"Perasaan lo aja, kali."

Adyra menipiskan bibir, kemudian mengendikkan bahunya acuh.

Yeah, i know, i know, when i compliment her she won't believe me

And it so, it so, sad to think that she don't see what i see

But everytime she ask me do i look okay? I say,

Adyra menoleh. "Itu Andra, Bar!" girangnya setelah sadar siapa yang tengah duduk santai di ujung sana sambil memetik senar gitar.

When i see your face

There's not a thing that i would change

'Cause your amazing

Just the way you are

"Whoaaa! Andra keren!!"

Bara melengos, lalu mendengus kesal melihat Adyra nampak kegirangan. "Lebay."

And when you smile

The whole world stops and stares for awhile

'Cause girl your amazing

Just the way you're

Yeah...

"Whooo!!!"

Sorak riuh pengunjung memadati indera pendengaran saat Andra berhenti memainkan petikan gitarnya. Andra tersenyum menatap deretan pengunjung yang menatapnya kagum. Hingga tatapan mata itu terhenti saat Andra melihat seorang gadis yang berteriak kegirangan ke arahnya.

***

"Sumpah! Sumpah! Sumpah! Itu lo keren banget tadi! Sama keren nya saat pertama kali gue lihat lo nyanyi kayak barusan."

Adyra menatap Andra dengan tatapan bangga yang sangat kentara. Andra hanya membalas dengan senyum tipis. "Gue udah tau, dan makasih."

Bara menatap masam ke arah mereka berdua. 'Ini kenapa gue yang jadi kambing congek, sih?!' Bara membatin, tanpa lupa ngucap sumpah serapah seperti biasa.

"Suara pas-pasan aja belagu!" sahut Bara ikut-ikutan.

Adyra mengangkat bibirnya tak peduli dengan ocehan Bara. "Lo udah makan?" tanya Adyra ke Andra dengan sumringah.

"Belum," jawabnya.

Gadis itu tersenyum kemudian mengangguk. "Ya udah kalo gitu, kita makan bareng aja!"

"Gak bisa!" Bara menginterupsi. "Di sini gue yang bayar! Dan lo-" Bara menunjuk Adyra dengan dagunya. "-lo kan lagi makan sama gue! Ngapain ngajak dia, sih?!"

Andra terlihat mengangkat satu alisnya di seberang meja. "Gue juga males satu meja sama lo," sahutnya dingin.

Andra sudah berdiri dari kursinya, ingin segera pergi. Tapi sebelum cowok itu melangkah, pergelangan tangannya tertahan. Dan gadis itu menahannya.

"Duduk!" titahnya pada Andra. Cowok itu langsung duduk kembali tanpa membantah. "Kalo lo nggak mau bayarin makanan kita nggak masalah. Gue bisa bayar sendiri!" katanya sambil melirik Bara.

"Lagian makan rame-rame kan makin seru."

"Tapi, kita kan lagi nge-date! Lo lupa?"

Andra terlihat sedikit terkejut mendengar pernyataan Bara. Sedangkan Adyra termangu mencerna ucapan Bara. "Dari tadi lo nggak bilang kalo kita lagi dating."

"Barusan tadi gue bilang!" kilahnya cepat.

Adyra mendengus, lalu mengibaskan tangannya acuh. "Udah lah, Bar, lupain aja. Lo tau? Sekarang itu masih hari Kamis, bukan Sabtu."

Gadis itu mengangguk polos. "Lagian, mana ada coba orang yang nge-date di malam Jum'at?"

Suasana menjadi hening dalam sekejap.

Satu..

Dua..

Tiga..

Andra terkekeh geli mendengar penuturan polos Adyra yang sukses membuat Bara mendelik tak percaya. Merasa ditertawakan, Bara melempar segumpal tisu yang dia ambil dari atas meja tepat mengenai wajah Andra. Andra tidak membalasnya, justru dia malah makin terkikik.

Melihat Andra dan Bara bertingkah aneh, Adyra merasa dongkol seketika. "Gue salah ngomong, ya?"

Bara mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya. Cowok itu tidak menyangka kalau rencana couple date-nya dengan Adyra harus berakhir dengan triple date, ditambah Andra.

Andra mengangkat sebelah alisnya sambil menyunggingkan senyum terselubung. Sedangkan Bara balas menatapnya nyalang dengan sorot mata membunuh.

***