webnovel

JALAN KELIMA: QUEST PERTAMA

Pagi hari pun tiba. Likyter berjalan menuju meja, di mana Alice sedang duduk di kursi. Likyter mendekati Alice. "Selamat pagi, Alice," sapa Likyter.

"Pagi," balas Alice.

Likyter pun duduk di kursi seberang tempat Alice duduk. "Bagaimana, apa semalam kau tidur dengan nyenyak? Lalu, bagaimana dengan Prila, apa kau merasa nyaman tidur dengannya?"

"Menyenangkan sekali, kami berdua saling berbicara. Prila baik sekali, tapi sayangnya sepertinya dia tidak mau ikut party kita. Padahal saat itu aku ingin mengajaknya."

"Tunggu… kenapa kau berpikir begitu?"

"Bukankah waktu itu dia mengatakan mengikuti kita bukan karena merasa seperti teman party?"

"Ah… Alice, kurasa ka-"

"Hei, kalian berdua. Apakah kalian sudah sarapan?"

Mereka berdua pun melihat ke arah orang yang menanyakan itu. Ternyata, itu adalah Prila. Kemudian, Prila duduk di kursi dekat Alice.

"Be-Belum…" jawab Likyter.

"Ah, aku menanyakan itu bukan karena ingin bisa sarapan dengan kalian. Tapi, kalian harus cepat-cepat sarapan agar bisa melakukan quest pertama kalian. Jangan salah paham, aku bukannya mengingatkan kalian tentang quest pertama kalian! Tapi karena aku tidak mau agar kalian lupa dengan quest yang aku sarankan!"

"Sayang sekali… Padahal, tadi aku ingin mengajakmu sarapan bersama…" ucap Alice sedih.

"Eh, ah… Ba-Baiklah, aku akan sarapan bersama kalian. A-Aku menerimanya bukan karena sejak awal memang ingin, kalian jangan salah paham!"

"Ka-Kalau begitu, aku yang akan memesankan makanannya," ucap Likyter.

Setelah mereka sarapan, mereka pergi keluar untuk melaksanakan quest. Tapi, sebelum itu, mereka berdua menemai Prila pergi ke toko senjata. Inilah syarat dari Prila karena dia menerima permintaan membantu menyelesaikan quest mereka berdua… walau sebenarnya Prila sendiri yang dengan gaya tsundere menawarkan diri untuk membantu… mungkin tepatnya ingin membantu mereka berdua.

Sekarang mereka bertiga berada di ruangan yang penuh sekali jenis-jenis senjata jarak dekat. Likyter sedang melihat-lihat semua jenis pedang yang besar atau kecil. Sampai akhirnya matanya tertuju pada sebuah senjata biasa, namun memiliki hal yang unik tertulis di etalase. Senjata yang terlihat adalah dua pedang kecil, tapi yang tertulis adalah 'katana'.

"Ah, senjata ini unik sekali. Pasti mahal harganya," gumam Likyter.

"U-Unik… Ku-Kurasa, ini hanya kesalahan meletakan senjata di etalase," balas Alice. "Oh iya, Prila. Jadi, kita akan membeli senjata apa?"

"Eh… ah… Se-Selagi di sini, kalian lihat-lihat saja dulu. Mungkin kalian butuh senjata baru, terutama Likyter."

"Tapi, bukankah kita kemari karena Prila ingin membeli senjata? Jadi, sebaiknya kita beli dulu senjata yang dicari Prila."

"Ah, i-itu…"

"Akan kutanya senjata ini!" ucap Likyter mengalihkan pandangan mereka berdua. "Kuharap harganya lebih murah!" Likyter pun pergi sambil membawa senjata unik itu.

Mereka berdua tentu langsung mengikuti Likyter yang pergi menuju meja kasir. Saat sampai di depan meja kasir, seorang… tepatnya beasthuman jenis macan tutul, tubuhnya tinggi, memakai pakaian ketat berwarna hijau tua berlengan pendek membuat otot dada dan perut menonjol begitu juga dengan otot kedua tangan yang bisa dilihat, celana pendek hijau tua, ekor berbulu totol hitam panjang, memakai sarung tangan hitam, dan kepala macan tutul terlihat ganas dihiasi taring tajam.

"Ah, Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas kasir itu.

"Ini, senjata ini berapa harganya? Di sana tidak ada label harganya."

"Heh… kalau boleh tahu, kenapa Tuan memilih senjata itu? Bukankah ada yang lebih bagus?"

"Kurasa… aku baru menemukan senjata yang unik ini. Dua pedang, tapi namanya adalah 'katana'. Pasti, senjata ini memiliki sesuatu yang unik."

"Hahahaha," tawa kecil petugas kasir itu. "Kau unik sekali, Tuan. Biasanya, pelanggan yang membawa senjata itu kemari akan memprotes karena salahnya label di etalase atau memprotes meletakkannya yang salah."

"Yah… aku melihat seluruh senjata yang terpajang di sini tersusun rapih sekali, bahkan terlalu rapih. Kurasa, aneh kalau ada kesalahan meletakan label nama senjata yang salah."

"Wah-wah, kau cukup cerdik juga. Baiklah, aku berikan senjata itu secara gratis."

"G-Gratis?!" kaget kedua gadis itu.

"Nah, coba kau tempelkan kedua pedang itu. Kemudian, tekan tombol kecil di bawah gagangnya. Ah, aku sarankan arahkan mata pedangnya ke bawah."

Likyter pun melakukan seperti yang dikatakan petugas kasir itu. Alangkah terkejutnya Likyter, karena kedua pedang itu memanjang. Sampai akhirnya, kedua pedang itu benar-benar berubah menjadi katana.

"Wowww, keren sekali!" kagum Likyter.

"Hahahah, terima kasih atas pujiannya. Sebagai pembuatnya, aku merasa senang sekali," senang sang kasir.

"Eh, jadi kau yang membuatnya?"

"Benar sekali. Tapi, aku sarankan jangan gunakan senjata itu untuk bertarung. Karena, bahan yang kugunakan adalah besi biasa. Jadi, akan mudah patah saat digunakan bertarung, apalagi kalau sampai adu pedang."

"Kalau begitu, tolong diupgrade dengan bahan yang berkualitas," ucap Alice.

"Maaf, Nona. Aku tidak punya bahan yang cocok dengan senjata itu, tapi aku tahu bahan apa yang cocok sekali. Kalau kau bisa menemukan bahan itu, akan ku upgrade tanpa dibayar."

"Kalau begitu, beritahu aku bahan apa itu!?" ucap semangat Likyter.

"Tunggu," ucap Alice. "Apa kau yakin, bukankah dengan begitu kau akan rugi… maksudku, toko ini akan rugi."

"Tenang saja, ini tidak akan merugikan toko. Karena ini hasil buatanku sendiri yang khusus, bukan diproduksi masal. Selain itu, aku sedang memulai debutku menjadi blacksmith terkenal, jadi dengan memberikan senjata buatanku, maka secara tidak langsung menjadi promosi kalau kualitas bagus dan menarik perhatian."

"Benar juga…"

"Kalau begitu, akan kukirimkan daftar bahan sesuai tingkat kekerasannya. Tinggal memilih."

Mereka berdua, Likyter dan sang kasir menukar alamat e-mail mereka. Setelah itu, sang kasir mengirim daftar bahan sesuai tingkatan kekerasannya. Likyter yang melihat daftar bahan yang dibutuhkan, hanya bisa menatap bingung, karena dia belum pernah melihat bahkan baru mendengar nama bahannya.

"Hmm… apa itu Lirika?" tanya Likyter. "Apakah semacan jenis besinya?"

"Yah, itu adalah besi yang hampir sama tingkatannya dengan intan, bahkan bahan itu sulit sekali didapatkan. Jadi, aku sarankan untuk mencari bahan dari tingkatan tengah atau bawah dulu."

"Kalau begitu, aku akan mulai dengan tingkatan keempat!"

"Oh iya, kita belum berkenalan. Namaku Yiger," salam sang kasir itu sambil mengulurkan tangannya.

"Likyter. Salam kenal, Yiger!" Likyter pun menjabat tangan Yiger.

"Karena sekarang kau pelanggan pertamaku, kuberi pelayanan khusus diskon 30% untuk biaya perbaikan, 10% untuk membeli senjata buatanku, dan 50% untuk mengupgrade senjata kalau ada bahannya sedangkan tanpa bahan menjadi 30%. Sedangkan untuk teman-teman party-mu, aku hanya memberikan diskon 20% untuk biaya perbaikan senjata dan 30% untuk mengupgrade senjata kalau ada bahannya."

"Ohhh, terima kasih!" senang Likyter.

"Alice, sebaiknya kau juga beli sesuatu yang kau butuhkan," saran Prila.

"Hmm… apa, ya? Aku tidak bisa menggunakan senjata menyerang, bahkan rasanya tongkatku masih baik-baik saja," jawab Alice. "Mungkin aku menemanimu membeli hal yang kau perlukan saja."

"Eh, ah… Se-Sebaiknya kau langsung saja pergi untuk melakukan quest! Kalau tidak cepat, mungkin akan diselesaikan oleh orang lain!"

"Eh, ta-"

"Prila benar, kita harus pergi, Alice!" ucap Likyter memotong kalimat Alice. "Ayo!" Likyter menarik lengan Alice, membawanya keluar dari toko.

***

Mereka berada di dalam hutan, di mana menurut quest yang mereka terima tempat Kuma itu berada. Letaknya di dalam hutan, yang penuh dengan pohon-pohon. Selain itu, tempatnya cukup sunyi.

"Apa benar ini tempatnya?" tanya Likyter bersiaga dengan pedang besarnya.

"Menurut klien di sinilah tempatnya," jawab Alice sudah siap dengan tongkatnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu. Namun, sudah sejam mereka menunggu, tidak ada tanda kedatangan makhluk lain. Hanya ada hembusan angin sejuk yang datang dan beberapa daun yang jatuh dari pohonnya.

"Apa benar ada di sini?" tanya Likyter dengan nada sedikit kesal.

"Mu-Mungkin kita harus bergerak mencarinya," pendapat Alice.

"Ke-Kenapa kita tidak melakukannya dari tadi…?" gumam Likyter.

Hendak mereka melangkahkan kaki, tiba-tiba terdengar suara langkah asing yang cukup jelas, ditambah suara gemerisik semak-semak di seberang mereka. Langsung mereka terfokus ke arah semak-semak itu. Setelah beberapa detik mereka terfokus ke sana dengan keadaan siaga, suara gemerisik itu menghilang. Perlahan, mereka menurunkan senjata mereka.

"Roarrrr!!"

"Alice!"

Likyter langsung melempar pedangnya ke sembarang tempat dan berlari ke arah Alice. Ternyata, di belakang Alice tiba-tiba ada seekor beruang hitam besar mengayunkan cakarnya. Alice berbalik dengan wajah terkejut, cakar beruang itu sudah ada di depan matanya.

*srett

Alice sudah menutup matanya, tapi tidak merasakan luka di wajahnya atau tubuh bagian depannya. Malah, dia merasakan sedikit benturan di bagian tubuh samping. Alice pun membuka matanya perlahan, dia mendapati Likyter dengan luka cakar cukup besar di punggung sedang memeluknya.

"Ka-Kau ti…tidak apa-apa, Alice…?" tanya Likyter menahan rasa sakit.

"A-Aku baik-baik saja, ta-tapi… kau…"

"Ini bukan apa-apa…" Likyter perlahan berdiri.

Alice yang masih syok karena luka Likyter hanya bisa duduk memandang pakaian bagian punggung Likyter yang sobek beserta kulit punggungnya beserta darah yang keluar. Sedangkan beruang bernama Kuma itu, berdiri dengan kedua kaki kecinya memandang tajam ke arah Likyter. Begitu juga Likyter, namun matanya agak mengatup karena menahan rasa sakit.

Likyter langsung berlari ke tempat pedangnya tergeletak, sedangkan Kuma berjalan mengejar dengan kedua kaki kecilnya. Likyter sudah mengambil pedang besarnya, bersamaan dengan itu, Alice sudah berdiri siap mengeluarkan sihir penyembuhnya.

Dengan jalan yang cukup lambat, akhirnya Kuma sudah ada di depan Likyter dan langsung meluncurkan cakarannya. Likyter berhasil menahan cakaran Kuma, dan hendak membalas serangan. Tapi karena kecepatan penyerangan Kuma, Likyter hanya bisa menahan lagi. Saat Likyter masih menahan serangan cakaran Kuma, Alice menyembuhkan luka Likyter.

Likyter masih terus menahan serangan cakaran yang datang dengan cepat, sampai dia harus mundur agar cakar Kuma mengenai pedangnya. Tiba-tiba, punggung Likyter menabrak pohon, kesempatan itu diambil Kuma dengan meluncurkan kedua cakaranya bersamaan. Untungnya Likyter bisa langsung menjatuhkan diri ke samping, sehingga kedua cakaran itu mengenai pohon itu. Likyter langsung menebas pinggang Kuma sambil lari menjauh.

"ROARRRR!!" teriak kesakitan Kuma.

Likyter berbalik untuk melihat Kuma. Seketika, Likyter harus mendapatkan kejutan karena Kuma sudah ada di depannya dan menerkam Likyter dengan kedua tangannya. Refleks, Likyter menjadikan pedangnya sebagai prisai. Kuma langsung mendorong Likyter dan menindih Likyter yang berhasil ditahan oleh pedangnya. Terjadilah adu kekuatan antara Likyter yang menahan tekanan Kuma dan Kuma yang berusaha untuk menekankan pedang Likyter agar menekan dadanya atau mulutnya berhasil menggigit wajah Likyter.

"Likyter!" panggil cemas Alice. Lalu, Alice pun mengeluarkan sihir penambah kekuatan kepada Likyter.

Namun, tidak ada yang berubah. Likyter hanya bisa menahan saja, walau kakinya terus-terusan menendang tubuh Kuma, Kuma tidak tertendang ke belakang atau bahkan berkutik sedikit pun. Alice hanya bisa melihat dengan rasa cemas tinggi dan berharap Likyter berhasil terbebas dari Kuma atau ada keajaiban yang bisa menolong Likyter.

*DORR

Sebuah peluru berhasil mengenai lengan Kuma, akibatnya Kuma menghentikan menekan Likyter dan melihat ke samping. Sesosok gadis yang memegang pistol yang ditodongkan ke arah Kuma, itulah yang dilihat Kuma.

"Prila?!" kaget Alice.

"A-Aku kebetulan melihat kalian sedang kesulitan, jadi aku tolong kalian!" ucap tiba-tiba Prila. "Bu-Bukannya aku diam-diam mengikuti kalian, ja-"

"Awas, Prila!" peringat Likyter karena Kuma langsung berlari dengan kedua tangan dan kaki ke arahnya.

Prila langsung menembakkan beberapa peluru. Walau berhasil mengenai beberapa bagian tubuh Kuma bahkan kepalanya, tapi Kuma tidak menurunkan kecepatan lari atau bahkan berhenti karena tembakan Prila. Malah, Kuma semakin ganas berlari untuk menyerang Prila. Saat sampai di depan Prila, Kuma langsung mengangkat kedua tangannya untuk menerkamnya. Namun, Prila berhasil menghindar dengan berguling ke samping. Prila hendak menembak lagi, tapi ada pohon yang menghalangi sudut pandangnya.

"Cih, di sini terlalu banyak pohon!" gumam kesal Prila.

"Prila, kau lindungi Alice! Aku akan memancingnya ke tempat yang luas!" perintah Likyter.

"O- Maksudku, aku tahu itu!!" Prila langsung berlari ke arah Alice.

Likyter langsung melemparkan batu cukup besar yang kebetulan ada di dekatnya ke arah Kuma. "Hei, lawanmu adalah aku!"

Likyter langsung berlari jauh setelah Kuma mengubah target dan mulai berlari ke arahnya. Lalu, Likyter sudah ada di tempat cukup luas, di hamparan rumput. Saat Likyter berbalik, Kuma sudah di dekatnya dan bersiap meluncurkan cakaran. Lagi-lagi Likyter hanya bisa menahan serangan cakaran itu. Prila dan Alice yang ikut menyusul, bisa melihat Likyter kewalahan menahan serangan Kuma.

"Prila, apa kau punya jurus spesial?!" teriak Likyter masih menahan serangan.

"Aku bisa menembakkan laser, tapi butuh satu menit untuk mengumpulkan mana di pistolku!" jawab Prila.

"Baiklah, aku akan menahannya!!"

Prila pun menyilangkan kedua tangannya sambil menutup mata untuk memfokuskan mana-nya agar berkumpul di kedua pistolnya. Sedangkan Likyter berusaha sekuat tenaga menahan setiap serangan Kuma agar tidak mengenainya. Hampir saja Likyter kelelahan dan terkena serangan, kalau saja Alice tidak membantu dengan memberikan sihir penambah tenaga.

"Sudah siap!!" teriak Prila yang sudah menempelkan kedua bagian atas pistolnya dan menodongkannya ke depan.

Likyter langsung memaksakan meloncat ke belakang, bahkan sampai kepala belakangnya membentur tanah.

*SHRUTTTTHHH

Prila menembakkan mana yang sudah mengumpul di kedua pistolnya. Laser biru panjang tertembak mengenai kepala Kuma. Setelah laser itu hilang, kepala Kuma hilang dengan darah yang sudah keluar di bagian tempat kepala harusnya berada. Tubuh Kuma pun ambruk bersimbah darah, mengumbah rumput di sekitar menjadi hamparan darah.

Alice berlari ke arah Likyter untuk melihat kondisinya, sedangkan Prila ke arah Kuma untuk dimasukkan ke dalam Bag.

"Likyter, apakah ada yang terluka?" tanya Alice cemas.

"Hanya sedikit sakit di kepala…" jawab Likyter.

Alice pun membantu Likyter berdiri, tapi tiba-tiba Likyter merasakan pusing sampai menghilangkan keseimbangannya. Akibatnya, dia jatuh sambil membawa Alice.

"Nah, aku sudah memasukkannya ke dalam Bag, kita bagi-bagi ha-" Kalimat Prila terhenti dan langsung mengeluarkan aura kemarahan.

Prila melihat Likyter berada di atas tubuh Alice, dengan satu tangannya memegang dada Alice. Alice yang berada di posisi itu, wajahnya langsung memerah. Sedangkan Likyter, dia tergagap salah tingkah.

"A-Alice i-ini…"

"KYAAAAA!!" Dengan cepat, Alice meluncurkan tendangan.

"AAAAA!!" Likyter terhempas dan mendarat dengan punggung terlebih dahulu.

Likyter pun perlahan bangun sambil mengusap kepalanya. Saat detik itu juga, Likyter merasakan aura menyeramkan berada di sampingnya. Dengan perlahan dan wajah ketakutan, Likyter melihat ke samping. Prila dengan aura mengerikan, itulah yang dilihat Likyter.

"P-Prila… ke-kenapa kau…"

"DASAR MESUMMMM!!" kesal Prila meluncurkan tendangan.

"AAAAA!!" Likyter terhempas kembali, cukup jauh akibat tendangan yang mengenai kepalanya.

"Alice kau baik-baik saja, kan?! Apa dia sudah melakukan hal yang tidak senonoh selama aku tidak melihatnya tadi?!" panik Prila.

"P-Prila, kau sa-"

"Tenang Alice, mulai sekarang aku akan menjagamu dari si hidung belang itu! Maka dari itu, aku akan bergabung dengan party-mu! Sebagai teman dan sesama perempuan, aku tidak akan membiarkan kau dilecehkan lagi oleh si hidung belang itu!"

"Eh, ah… Terima kasih." Alice tersenyum senang mendengar itu. "Mohon bantuannya."