webnovel

Adisi

Dalam istilah Kimia reaksi Adisi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap. (Pengubah ikatan rangkap menjadi ikatan kovalen/tunggal) Dimana di cerita ini harus bisa memilih satu dari dua orang. Karena, Tidak ada dua wanita dalam satu hati seperti halnya tidak ada dua Tuhan dalam satu kehidupan. Tak kalah menarik dari percintaan dan juga persahabatan. Tentang kekeluargaan yang begitu harmonis dalam setiap memecahkan masalah. Dari sini kalian juga akan belajar langkah apa saja yang harus kamu ambil ketika mendapatkan sebuah masalah yang kecil maupun masalah yang besar.

Ervantr · Realistic
Not enough ratings
354 Chs

Tertipu

Terus berlari mengejar apa yang kamu inginkan itu manusiawi, tapi tidak boleh dilakukan dengan cara jahat dan membuat orang lain rugi.

"Sel gimana aman?" Bisik Shintia

Selsa dan Shintia kali ini mencoba untuk menanyakan keberadaan rumah Onadio. Untuk melemparkan apa yang sudah dikatana mbah Paijo. Apapun caranya mereka berdua harus bisa mendapatkan alamat rumahnya. Mereka menanyakan kepada anggota gank mereka, dan teman terdekat Onad. Tapi, hasilnya zonk. Tidak ada yang mau menjawab keberadaan rumahnya. Mereka berdua tidak menyerah begitu saja.

"Shin gue punya ide sih, tapi kalo sampai ketahuan bisa mati kita" Tukas Selsa yang sambil melihat situasi sekitar, takutnya ada yang kedengeran dan mengadu pada Onad.

"Apa?"

"Gimana kalo kita ikutin dia pulang?"

"Boleh sih Sel, tapi harus dari jarak yang nggak terlalu deket dengan dia biar nggak ketahuan ya" Jawabnya dingin dengan mata yang fokus ke sebuah taman sekolah

"Gue juga takut kalo ketahuan Shin, tapi hanya ini satu-satunya cara"

"Yaudah kita coba aja, kalo gak dicoba gak bakalan tau" Ujar Shintia dengan antusias

"Okee" Selsa menelan ludah sebelum kemudian ada hening panjang diantara kami berdua

Sebelum bel pulang di bunyikan, Selsa dan Shintia sudah bersiap di area dekat sekolah. Mereka bedua menunggu dengan aktifitas tentunya, apalagi kalau bukan selfie. Dan sewaktu gaya ala-ala chubby yang ditunggu-tunggu pun keluar dari gerbang sekolah.

"Sel sel" Tukas Shintia dengan menepuk pundak Selsa beberapa kali

"Apaa sih Shin" Jawabnya yang lagi eksis di depan kamera handphone

"Itu Onad sudah keluar Sel, dia sendirian"

"Bagus deh kalo sendirian Shin" Tukas Selsa dan langsung mengegas montornya dan melesat mendekati Onad

"Sel jangan deket-deket nanti ketahuan" Bisik Shintia dengan cemas

Setelah membuntuti Onad sampai kerumahnya dengan aman. Mereka berdua mengenakan jaket, jadi tidak terlihat seragam sekolah milik mereka. Selsa mengamati dari kejauhan dan Onad masuk rumah warna hijau.

"Shin, rumah Onad gede juga ya. Udah kayak istana presiden aja" Tukas Selsa yang kagum

"Iya Sel, lihat mobilnya aja ada banyak. Tapi, Onad tetap milih naik montor ya dan bersikap layaknya orang biasa. Beruntung kamu Sel kalo dari dukun itu berhasil"

"Gimana cara masuknya ya Shin, liat ada satpamnya juga. Susah juga kalo mau ngelemparin ini"

"Iya juga ya" Jawab Shintia sambil menggaruk kepalanya

"T-tapi Shin, kita ditipu nggak ya?" Tukas Selsa dengan kebingungan, "Kalo ini nggak mempan gimana ya?" Selsa mulai panik sendiri dan melihat ke dalam tasnya

"Mana mungkin dukun tukang tipu Sel, kalo emang tipu-tipu ya sudah di grebek warga sekitar bukan?" Ujar Shintia mencoba menyakinkan Selsa dan menepuk pundaknya pelan

"Tapi perasaan gue gak enak deh"

"Alah cuma perasaan lo doang kali"

Kemudian mereka berdua mencoba melemparkannya, dan menunggu moment saat satpam masuk kedalam rumah Onad. Saat sudah memasuki adzan maghrib pak satpam mulai melepas sepatunya dan pergi ke masjid depan rumah Onadio.

"Sel pak satpamnya sudah keluar, kayaknya sudah aman" Tukas Shintia dengan mengawasi lingkungan sekitarnya, apakah aman untuk melemparkan sesuatu atau tidak

"Aman gak Shin?" Tanyanya

"Aman sih, nunggu khomat aja deh Sel. Biar lebih aman gimana?" Jawab Shintia. Tak heran dia juara kelas, logika berpikirnya bukan main.

"Siap komandan"

Bukannya ikut sholat berjamaah mereka berdua malah mau melakukan kemaksiatan. Sungguh ironis kehidupan cewe jaman sekarang.

Bunyi khomat berkumandang dengan keras, anak-anak kecil berlarian menuju masjid, tak lupa bapak-bapak pun datang ketika sudah khomat dan lomba lari dengan anak kecil. Bapak-bapak tak ada mengalahnya. Karena, cepet-cepetan ambil air wudhu biar tidak ketinggalan rakaat.

"Sel lu mending buka dulu deh, nanti pas depan rumahnya biar cepet" Tukas Shintia dengan dingin, "Jangan terburu-buru, sholat jamaah paling 5-10 menit baru kelar, montor jalan kesana paling 1 menit dan lu lempar kurang lebih 3 menit. Jadi sangat cukup waktunya. Nanti lu sebar aja di pintu masuk" Sungguh logika Shintia sangat membantu Selsa

Selsa hanya menjawab dengan anggukan, dan mengikuti perintah dari Shintia begitu saja. Dia bagai Komandan di dalam medan perang yang tugasnya memberi arahan, dan Selsa tugasnya mengeksekusi.

Sesuai prediksi Shintia, semua berjalan sesuai arahannya dan tidak ada orang melihat tindakan mereka berdua. Selsa menyebar pasirnya tepat di pintu masuk rumah Onad. Otomatis dia akan melewati pintu itu kalau mau keluar rumah. Setelah berjalan menjauhi TKP, Selsa berniat mentraktir Shintia karena sudah mau menemaninya selama ini.

"Stopp stop kayaknya sudah jauh banget dari rumah Onad" Tukas Selsa yang menepuk pundak Shintia berkali-kali

Shintia sontak kaget dan langsung berhenti di pinggir jalan tanpa lampu sen yang membuat mobil di belakangnya kaget dan membunyikan belnya berkali-kali. Untung saja mobil sempat mengerem dan tidak ada kecelakaan.

"Mbakk lain kali kalo berhenti kasih lampu sen jangan mendadak gini" Ujar pak supir mobil dengan wajah marah

"I-iyaa pak maaf" Jawab Shintia, dan tangannya menunjuk Selsa, "Lu sih Sel, kenapa ngomong stop ndadak banget sih. Kalo gue ditabrak terus mati gimana?"

"T-tapi maksud aku baik kok Shin, gue mau ajak lu makan aja sebagai ucapan terimakasih gue" Selsa memanyunkan bibirnya

"Hahaa yaudah lah tapi lu yang traktir ya, sampe gue puas di mcd. Baru gue maafin"

"Yaudah lah ayok" Selsa memang anak orang yang berkecukupan lebih, jadi mentraktir mcd saja dia tidak keberatan

"Haha makasihhh, serius nih sepuas gue?" Shintia tertawa kecil, "Enggak-enggak Sel, gue paling cuman makan sama minum aja udah kenyang"

"Yaudah cepetan, gue haus banget asli"

Shintia tiba-tiba keingat sesuatu, karena bau yang sangat menyengat di tubuhnya "Bentar Sel, gue kan belum mandi mana ini udah malem"

Selsa mengambil parfum di tasnya, "Nih pake aja"

Memang dua sejoli ini saling melengkapi, sudah seperti orang pacaran saja bahkan melebihi. Ketika orang pacaran melihat kemesraan mereka berdua mungkin akan iri.

Selsa selalu menganggap menunggu seseorang yang dicintainya akan lebih baik, rela menunggu seseorang itu bukan berarti bodoh, itu hanya teguh pada pendirian. Meski sekuat apapun kita menyangkal hati, hati tetap terus mendesak. Mungkin karena itulah Selsa terus mencari cara dan menunggu waktu itu akan tiba, waktu dimana dia merasa dicintai balik olehnya.

Jatuh cinta pada seseorang adalah murni dari Tuhan yang memilihkan. Kecewa hanyalah konsekuensi yang harus diterima dan bahagia adalah bonus pemberian Tuhan. Susah dan senang aku menyukaimu, jatuh bangun aku mengejarmu. Susahnya ketika tidak kau anggap aku ada, dan senangnya melihat senyummu yang begitu indah. Jadi jangan pernah menyerah, jangan menyerah hari ini begitu saja.

Aku akan terus menunggumu Onad dengan segala macam cobaan akan kuhadapi seperti pejuang yang menunggu hari merdeka tiba.

Selsa Febrianti