1 MIMPI

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Keringat sebesar biji-biji beras muncul tiba-tiba, memenuhi dahi anak laki-laki itu. </font><font style="vertical-align: inherit;">Nafasnya turun-naik, jantungnya berdebar tak beraturan. </font><font style="vertical-align: inherit;">Saking mendadaknya ia terbangun, anak itu tertegun di pinggir kasur posisi badannya sedikit goyah. </font><font style="vertical-align: inherit;">Tangannya memegang dadanya yang terasa sesak, lalu berteriak "Ayaaaah!"</font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Seketika itu juga anak perempuan sigap membuka pintu kamar tempat teriakan berada. </font><font style="vertical-align: inherit;">ZZ lalu memeluk adiknya dan berkata. </font><font style="vertical-align: inherit;">"DD, kamu mimpi buruk, ya!" </font><font style="vertical-align: inherit;">Anak laki-laki itu hanya menangis sambil memegang dadanya yang masih terasa sesak.</font></font>

ZZ membawa tumbler air minum milik adiknya yang berada di dalam tas sekolah DD, lalu menyodorkan pada adiknya itu. DD minum perlahan mencoba memulihkan kesadarannya.

"Ke-2 kalinya kamu mimpi buruk. Kamu bangun selalu saja berteriak," ujar ZZ membuka pembicaraan sambil menerima tumbler yang isinya sudah diminum DD.

Kamar tidur DD tidak luas malahan terkesan sumpek, ada sarang laba-laba kecil di sudut langit-langit ruangannya, ada juga rumbaian bekas sarang laba-laba lainnya yang menghitam (mungkin sarang laba-laba yang sebelumnya) dimangsa cicak. Sebuah kipas angin mungil warna biru langit berputar dinamis membantunya menghilangkan badan yang terasa gerah. Suhu panas seringkali menyergapnya saat berada di kamar. Apalagi memasuki musim kemarau saat ini.

Akan tetapi DD berteriak dan menyebut nama ayah bukan disebabkan udara panas di kamarnya. Tapi mimpi buruk yang datang berulang dibarengi suara di telinga yang menggema (echo).

"Teh, ayah sekarang di mana?" tangannya tidak lagi memegang dadanya. Kesadarannya sudah pulih 100%.

"Biasa, ayah sedang buat proposal di rumanya Om R."

Dd sosok anak yang rajin dan cerdas, dia sekarang kelas 3 SD. Setiap pelajaran tematik. Ia mampu mengikutinya dengan baik. Kecerdasannya bisa dibuktikan ketika ia bisa memilah materi, mulai dari: bahasa, prakarya, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, atau kasus matematika. Selain rajin ke sekolah, Dd juga rajin ngaji di masjid.

Oh ya, kalau ZZ perempuan yang terkesan tomboy. Sekarang kelas 6 SD. ZZ dikaruniai fisik yang kuat, ia hobi lari dan kulitnya itu, 'Amboi' hitam manis alias eksotis. Sebagai anak sulung ia berusaha mengayomi adiknya.

Setelah ibunya pergi entah kemana, ayahnya membentuk karakter mandiri pada kakak-beradik ini. ZZ mulai belajar masak pada ayah. Memasak makanan yang ringan-ringan: masak mie dan telor dadar. Kegiatan bermainnya juga sedikit terganggu. ZZ yang biasanya pulang sekolah lanjut main, kini harus terus memperhatikan si bungsu (Dd).

"DD, emang mimpinya menyeramkan?" tanya ZZ dengan tegas.

"Iya, Teh, ngeri banget! ayah disekap di ruangan gelap. DD takut Teh, kasihan ayah."

"Assalamuallaikum."

"Waalaikumsalam."

"Tuh, Ayah baru pulang," ZZ segera menyambut Ayah yang baru datang.

Ayah membuka pintu dan terlihat Ayah membawa sekantung aneka gorengan: (bala-bala, gehu, goreng pisang) di wadah kertas yang dikantongi kresek berwarna hitam.

"ZZ, tolong bawakan piring, buat tempat gorengan, ada goreng pisang kesukaan kamu dan DD"

"Baik, Yah." ZZ mengambil piring di dapur lalu menyerahkannya pada Ayah.

Ayah membuka sekantung gorengan ke dalam piring, cabe rawit yang berwarna hijau tua disimpannya di pinggiran gorengan.

"Z, mana adikmu? si DD Masih tidur? " Ayah bertanya sambil bergegas menuju kamar mandi.

"Sudah bangun, Yah."

Ayah tidak terlihat muda lagi usianya memasuki kepala 5. Uban sudah tumbuh di belahan rambutnya. Untung saja ayah masih ada rambutnya, teman sejawatnya sudah banyak yang Agustusan (Agak gundul sedikit, terus uban semuanya).

Ayah saat ini nasibnya kurang baik, Ia korban PHK gegara wabah Covid-19. Ayah sekarang bekerja serabutan yang terpenting kerjaanya halal.

Status ayah single parent dengan kerja serabutan. Bagi ayah bisa punya uang untuk bisa makan dan jajan sekolah anaknya sudah bersyukur.

Untungnya ayah ringan tangan dan jauh dari mental gengsian jadi warga sekitarnya tidak sungkan untuk meminta bantuan.

Pernah suatu hari ketika ayah kebagian jaga malam di lingkungan RT. Ia memergoki aksi curanmor, ayah sedang nongkrong di pos ronda sambil bermain gitar.

Ketika para curanmor itu beraksi, ia langsung mengejar para pelaku. Namun para curanmor itu menyerang balik dengan membacokkan golok. Ayah menangkis dengan gitar. Sampai gitarnya hancur berantakan, para curanmor terus membabi-buta mengeroyoknya. Untung saja ayah pernah belajar silat. Ayah mengeluarkan jurus Cimandenya. Dengan berbekal gitar yang ringsek, ayah memukul mundur kedua kriminal itu. Akhirnya ayah berhasil melumpukan keduanya dan mengikat kedua tangan penjahat itu dengan senar gitar.

Ayah pernah juga disuruh Pak RT untuk menenangkan Emak O yang tinggal sendirian di rumahnya, menurut Pak RT, Mak O kerasukan. Ia mengamuk melemparkan piring dan gelas ke berbagai arah. Saat ayah tiba, Mak O mencakar ayah. Tenaga dan suara, Mak O berubah, suaranya mengeram mirip suara harimau, tenaga Mak O bukan ukuran tenaga nenek- nenek. Tapi tenaga banteng. Ayah melemparkan kerikil yang sudah dibacakan sholawat ke arah Mak O dan ia histeris.

"Panas, ampun, aku mati sekarang…." Mak O pingsan. Barang dagangannya berantakan. Keadaan rumahnya seperti kapal pecah.

Sepertinya makhluk halus yang bersemayam di tubuh Mak O, masih penasaran. Genting rumah berjatuhan, angin puting beliung tiba-tiba muncul. Ayah terus memburu angin yang datang tiba-tiba itu. Makhluk besar bemata merah muncul di atap rumah. Makhluk itu menantang ayah untuk berduel.

Ayah melemparkan kerikil terus-terusan ke arah makhluk itu, hingga ia kabur dengan badan yang mengepulkan asap. "Alhamdulillah," sorak semua orang yang meyaksikan aksi ayah itu. Pak RT yang menyaksikan aksi ayah itu. Baru tahu bahwa ayah punya kemampuan supranatural. Pak RT memuji ayah dan berkata, "Hebat kamu, A. kerikilmu manjur untuk mengusir hantu."

"Jangan remehkan kerikil, karena raja Abrahah dan pasukan gajahnya. Luluh-lantah oleh kerikil yang dibawa burung Ababil. Pak RT."

Ayah jetrak-jetrek remote TV dan ayah sesekali berdiri, sambil betulkan posisi antena TV. "ZZ, Kenapa adikmu tadi siang?"

"Yah, si DD, kan tidur siang, ia mendadak bangun. Ia teriak gitu!" ZZ bercerita pada Ayah dengan roman serius.

"Kata si DD, dimimpinya itu Ayah diculik lalu disekap di ruangan gelap. ZZ takut, Yah! Apalagi si Dd, Ia shock bermimpi seperti itu." ZZ menerangkan pada Ayahnya dengan gamblang.

"Ia kecapean kali. Makannya ZZ, kalau pulang sekolah suruh si DD ganti baju dan langsung ajak makan. Jangan sampai ia tertidur seperti kemarin. Masih memakai seragam dan lupa makan," saran Ayah kepada ZZ.

"Ayaaahhhh." DD keluar kamar lalu memeluk Ayah. Ayah mengusap kepala DD.

"DD, sebelum tidur itu, biasain baca doa, biar gak mimpi buruk! Tadi pulang sekolah makan dulu, gak? Harusnya pulang sekolah ganti baju seragam, makan dan kalau ngantuk, ya tidur. Tapi jangan lupa berdoa dulu (doa tidur)." Ayah mengulang nasehat kepada anak bungsunya, sambil terus mengelus kepala anaknya itu.

"Kalau besok mimpi buruk lagi, kalian berdua ke rumah Om R. Ayah ada, kok, di sana. Ayah lagi ngetik proposal di laptopnya Om. Doakan Ayah, semoga proyek pengeboran 2 hari lagi bisa dikerjakan. "Ayah bicara sambil berharap didoakan ke-2 anaknya.

"Ayo cuci muka dulu. DD! Nih, goreng pisang mumpung hangat. Tumben, kalian gak saling serobot gorengan kesukaan kalian."

Beberapa menit kemudian seorang teman DD datang ke rumah, ngajak DD mengaji di masjid. "Tawarkan gorengannya sama temanmu itu, DD, barangkali temanmu mau!" Ayah menyuruh DD menawarkan gorengan pada teman ngajinya itu.

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">DD mengajak temannya yang berbadan tambun itu masuk ke dalam rumah dan menawarkan gorengan yang masih hangat pada temannya. </font><font style="vertical-align: inherit;">Sejenak DD dan temannya asyik mengobrol sambil menikmati gorengan. </font><font style="vertical-align: inherit;">Setelah habis masing-masing makan 2 gorengan. </font><font style="vertical-align: inherit;">DD menyembunyikan ke kamarnya untuk memakai seragam mengaji. </font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Sekarang posisi Ayah tidak sedang nonton TV lagi, ia menuju dapur dan menyiapkan alat masak, memberikan sayuran dan bahan-bahannya yang dibelinya di warung Mak O. Lalu memotong sayur kangkung, bawang merah, bawang putih di irisnya kecil-kecil, gula merah di irisnya -iris juga. </font><font style="vertical-align: inherit;">Sepertinya Ayah sedang menyiapkan makanan olahan untuk dimakan selepas Magriban.</font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">"ZZ, kalau sudah Magrib, kita makan sayur kangkung buatan Ayah. </font><font style="vertical-align: inherit;">Rasanya enak!" </font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">Ayah memuji masakannya sambil menunjukkan jari jempol diangkat ke arah Zz.</font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;"> "Hmm, Ayah PD banget! </font><font style="vertical-align: inherit;">Enak mana sama mie rebus pedas, buatan ZZ," tantang Zz.</font></font>

<font style="vertical-align: inherit;"><font style="vertical-align: inherit;">"Pasti masakan kamu lah, paling enak. </font><font style="vertical-align: inherit;">Eits, tunggu dulu! </font><font style="vertical-align: inherit;">siapa dulu dong, Ayahnya." </font><font style="vertical-align: inherit;">Ayah meletakkan tangannya ke arah dadanya sendiri. </font><font style="vertical-align: inherit;">(Isyarat bahwa ayah bangga mempunyai anak mandiri seperti ZZ dan DD). </font></font>

avataravatar
Next chapter