webnovel

Amita

Seperti yang sudah dijanjikan, aku harus bertemu dengan muridku pukul 12 dan sekarang sudah jam 9 lewat. Waktu masih lama lebih baik aku membersihkan diri dan rumah dulu. Daripada les ini seperti guru private, karena aku harus mengajar muridku secara pribadi tidak berkelompok untuk meningkatkan nilainya padahal dilihat dari data nilainya. Aku rasa dia mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Terus mengapa dia membeli jasaku? Hmm... Yah yang penting uangnya mengalir ke saku dan ilmu yang aku punya berguna bagi orang lain.

Mandi pagi, gosok gigi, bersihkan badan, basuh lagi, jangan lupa bersihkan rambut dan rambut-rambut yang lainnya. Ehemm... Kenapa jadi nyanyi sendiri? Padahal aku harus bergegas dari tadi ngaret terus sampai tidak terasa sudah pukul 11 saja. Pakaian... Oke, rambut... Oke, wangi badan... Oke. Semuanya siap waktunya berangkat.

Perjalanan jalan kakiku diiringi suara bising kendaraan dan orang-orang, serta memakan waktu cukup lama untuk menemukan rumah muridku. Daerah terpencil ini adalah salah satu daerah berbahaya, karena tingkat kejahatan di sini lumayan tinggi dan sering terjadi pencurian. Kenapa sebuah keluarga malah mau tinggal di tempat seperti ini?

Namun, di sana mataku bertemu dengan seorang perempuan berparas cantik dengan sweeter abu-abu miliknya sedang menyandarkan punggungnya ke tiang listrik seraya jemarinya memainkan hp. Ketika aku mendekatinya, dia mengangkat kepalanya perlahan lalu memiringkan kepalanya dan membuka mulutnya berkata, "siapa ya?"

"Ah! Maaf, aku ingin bertanya. Apakah anda tahu tempat tinggal seseorang bernama Amita Adiwarna?"

Haha padahal tadi aku tidak ada niat untuk bertanya kepadanya karena ada aplikasi peta.

"Itu aku"

Eh...

"Apakah anda orang yang akan menjadi guru private saya?"

"Iya"

"kalau begitu mari ikuti saya"

Di sini sungguh primitif seperti pesona dunia lama mirip abad pertengahan di mana bau busuk masih tersebar dimana-mana dan orang-orang yang tidak mampu menghadapi kerasnya dunia bergeletak di pinggir jalan. Dalam satu waktu tiba-tiba saja ada orang berlari dan menabrakku

"Pasti tata Krama belum ditemukan di sini, menabrak begitu saja lalu pergi tanpa minta maaf terlebih dahulu"

"Maafkan saya, di sini memang begitu tolong biasakan diri anda karena dalam sebulan ini anda akan lebih sering masuk ke tempat ini"

"Kamu tidak perlu minta maaf"

Karena dompetku aman, tidak ada yang hilang

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya kami sampai di kediaman miliknya, tempat tinggal yang mengejutkan karena satu-satunya bangunan yang terbilang mewah di antara bangunan-bangunan kumuh ini apalagi cat yang masih mengkilap yang kemungkinan baru dicat. Mungkinkah dia anak orang kaya yang diusir kedua orang tuanya agar bisa mandiri, tapi kenapa di sini?

"Apakah kamu tinggal sendiri"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Tidak ada apa-apa, hanya bertanya saja"

"Baiklah kalau begitu"

Aku terkejut ketika memasuki rumahnya, perbedaan dengan rumahku hampir mencapai 180°, aku terkejut kukira pelajar sepertinya selalu sibuk belajar dan bermain, tapi penilaian ku salah saat melihat rumahnya yang bersih dan juga wangi.

"Silahkan duduk di sofa, akan saya bawakan minum"

"Terima kasih"

Ini terlalu luas untuk ukuran pelajar apalagi tinggal sendirian. Sebentar... Kenapa aku jadi seperti ibu-ibu? Dari tadi aku terus mengoceh dan menilai dengan subjektif, aku harus segera berbenah. Sadarlah Kanti.

Aw, sakit juga ya menampar diri sendiri

Dia datang dengan membawa nampan berisi gelas berisi air dan makanan ringan seperti kue. Ini kapan mau mulai belajarnya? Malah memberikan aku makan. Tenang, tenang mungkin ini adalah tata Krama yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. TAPI INI MENYITA WAKTUKU! Eh... Tapi kan waktunya berulang, kenapa juga aku harus mengkhawatirkan hal ini. Ahahahaha, santai saja. Relax yourself dude.

Setelah aku selesai memakan habis makanannya. Aku mulai membuka tas untuk mengambil buku yang berisi pelajaran yang akan kuberikan kepadanya, dia juga bergegas pergi ke kamarnya membawa peralatan untuk belajar.

Tidak sesuai dugaan, aku kira dia itu orangnya bodoh. Namun, dari apa yang aku tangkap. Dia adalah tipe orang yang cepat memahami bukan hanya sekedar tahu tapi mengerti. Wow sungguh langka padahal terkadang ada murid yang sekedar tahu tidak paham, tapi pura-pura mengerti.

Tiga jam berlalu dari semenjak mulainya pelajaran, aku terpana dengan kecepatan pemahamannya yang tinggi. Luar biasa dan juga perfeksionis, dia selalu ingin tahu sebuah sebab dari sebuah akibat. Tidak terasa aku memberikan hampir setengah yang harusnya menjadi pelajaran dalam sebulan.

Aku membereskan segala alat-alatku, dan bergegas untuk pulang. Ketika aku menginjakkan kakiku ke luar, secara mengejutkan dia melambaikan tangannya kepadaku sambil berkata, "kali ini sudah berakhir dari sebuah awal menuju akhir, ini adalah sebuah awal untuk menuju apa yang ada di akhir, dan ini adalah hal kecil yang mengakibatkan hal besar bagai kupu-kupu yang selalu mengepakkan sayapnya sampai tidak terduga menyebabkan angin puting beliung. Ketemu lagi besok pak guru"

...

Lebih baik aku segera pulang

...

Kupu-kupu? Aku lebih menyukai capung daripada kupu-kupu. Dragon is better then a butter. Aku harap mereka musnah... Dasar para pemberi penghidupan

...

Hari sudah sore kemungkinan aku tidak akan sampai ke rumah dalam waktu yang cepat, aku memutuskan untuk makan di luar sembari mengevaluasi kembali pelajaran dan cara mengajarkan pelajaran kepadanya. Aku harus mempertimbangkan di mana kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Tangan terus bergerak memasukkan makanan ke dalam mulut begitu juga otak yang memasukkan segala idenya ke dalam sebuah kerta polos ini

Setelah semua selesai, aku pergi ke rumah untuk mengulang hari. Namun, hal aneh terjadi lagi. Tidak ada hari Minggu, hari berganti menjadi Senin dan juga waktu sekarang terus berjalan. WOAHH!!! WAKTU SUDAH KEMBALI!!! Tapi... Huh, padahal aku sudah membuat rencana yang hebat malah kembali normal. Ah, hidupku yang penuh penyesalan, itu salah ini salah.

Hari-hariku menjadi seperti biasa, pagi untuk membersihkan diri dan rumah, siang menyiapkan materi dan sorenya pergi mengajar, dan tentu malam dipakai untuk istirahat. Tidak ada hal aneh terjadi selama sebulan ini. Perkembangan Amita dalam pembelajaran juga sangat meningkat, karena kemampuan pemahamannya yang tinggi dan yang mengejutkan adalah daya ingatnya yang kuat bahkan setiap ucapanku, dia mengingatnya tidak hanya itu apa yang aku lakukan dalam hari A pastilah dia mengingatnya. Sungguh mengagumkan.

Namun, di hari terakhir kami bertegur sapa. Dalam gelap di tengah pembelajaran, dalam sunyi yang menyelimuti. Dia mendorongku sampai punggungku bertemu dengan lembutnya tempat tidur. Wajah serius tergambar di wajahnya, bukan wajah yang seperti biasanya. Kedua tangannya didorong ke tempat tidur menghimpit kepalaku. Wajahnya kini terlihat jelas menghadap kepadaku.

"Apa yang kau lakukan? Ini masih jam pelajaran"

Kalau di luar sih boleh, hehe

"Pak guru... Apakah Anda...?"

Eh... Apaan

"Orang yang punya tingkat kegeeran yang amat tinggi ya, aku terkejut"

Huh... Apa yang dia bicarakan