webnovel

DALAM #DIALOG1 KADANG SAYA BERSEMBUNYI

"Cita-cita kamu apa sih?"

Dengan percaya diri, saya kecil menjawab "Aku ingin menjadi tentara!"

Semua yang bertanya terhenyak, "Kok masih kecil pengen jadi tentara? Kenapa nggak mau jadi dokter? Atau jadi guru?"

Sebuah hal yang umum dan klasik diantara manusia-manusia kecil yang beranjak remaja. Tapi mengapa saya berbeda? Apa alasannya?

Saya kecil, dulu menjawab, "Biar bisa nembak orang. Kan nanti kalau perang rame nembakin orang banyak. Terus keren punya senjata!"

Sebagian dari mereka tertawa; sebagian lagi memberi wejangan selayaknya kepada orang yang sudah berpikir dewasa. Mereka berkata, "Lho, jangan asal nembak orang dong, yang ditembak ya harus orang jahat. Kalau orang baik jangan ditembak ya."

Saya yang sudah dewasa, berpikir kembali kenapa dulu saya memiliki cita-cita itu? Mengapa harus tentara bukan yang lain?

Sekarang dengan mantap saya bisa menjawabnya, "Sebenarnya, saya hanya ingin bisa melindungi keluarga dan diri saya sendiri dari manusia yang berhati busuk di sekitar kami. Sudah cukup saya remaja lalai menjaga adik saya hingga ia kembali berpulang ke pangkuan Tuhan. Saya memang tidak mumpuni untuk menjadi tentara, tapi setidaknya harga diri dan kesetian saya cukup mumpuni untuk menjaga keluarga dan diri saya."

Tapi, terkadang dunia bisa selucu itu. Apa yang kita coba jaga, malah yang menjadi tersangka utama dari kehancuran diri.

Saya tidak pandai mengungkapkan segala keresahan, atau kesakitan yang saya dapatkan. Jadi, seringkali saya berlindung di balik dialog yang orang pikir, "Wah, dia sangat mencintai keluarganya."

Kenyataannya, saya ini sakit. Saya mencoba mati, tapi saya masih mencoba menyembuhkan dan memperbaiki.