webnovel

Bab 13

“Amor, kau tak apa?” tanya Rega melihat tangan Amor telah bergerak.

Amor siuman.

“Emhh, sa-sakit,” gumam Amor.

Meskipun hanya gumaman, tetapi telinga Rega sangat jelas mendengar bahwa Amor sedang merintih kesakitan saat ini. Terbukti dari raut wajah Amor yang menunjukkan kesakitan.

“Bagian mana yang sakit? Aku akan bantu mengobatinya,” ucap Rega.

“Raya, tolong ambilkan minum untuk Amor,” ucapnya lagi.

Raya mengangguk, lalu mengambil segelas air dan memberikannya kepada Rega.

“Pelan-pelan, aku akan membantumu,” ucap Rega membantu Amor yang akan merubah posisi dari berbaring menjadi duduk.

“Terima kasih,” ucap Amor lalu meneguk segelas air yang diberikan Rega.

“Apakah ada yang membuatmu sakit?” tanya Rega tak tega melihat kondisi Amor dengan wajah yang pucat.

“Hanya sedikit goresan luka, tapi tak apa,” jawab Amor.

“Del, tolong ambil kotak P3K!” titah Rega yang diangguki oleh Fadel.

“Nih, Ga,” ucap Fadel.

“Bagian mana?” tanya Rega.

“Eum?” Amor menatap Rega bingung. Sebenarnya ia paham jika Rega ingin mengobatinya, hanya saja ia merasa tidak nyaman.

“Aku akan mengobatimu,” kata Rega.

“Ah itu ... tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri,” ucapnya.

“Tidak usah membantah dan beri tahu aku bagian mana yang terluka!”

Amor menunjukan bagian kaki dan lengannya yang tergores oleh batang-batang pohon tajam.

“Astaga!” batin Rega. Ia terkejut melihatnya. Ini sangat banyak. Bagaimana bisa seorang gadis yang ia sukai menahannya?

“Maafkan aku,” ucap Rega menyesali kecerobohannya.

Amor menggeleng cepat. “Tidak! Ini salahku, aku tak memperhatikan jalanan dengan baik.”

Rega meringis melihat keadaan lengan dan kaki Amor, sedangkan Amor yang melihatnya hanya mampu menghela nafas. Bukankah sudah ia katakan bahwa ini bukan salahnya? Mengapa ia keras kepala sekali?

“Tidak ada orang yang menginginkan sesuatu buruk terjadi, bukan? Jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri,” ujarnya.

Rega menatap Amor yang tengah menatapnya. Saling melemparkan tatapan hangat satu sama lain hingga suara seseorang mengintruksi pendengaran mereka berdua.

“AMORRRR!!” teriak Ucup yang baru saja datang ke ruangan di mana Amor sedang diobati, diikuti oleh Pras dan juga Sere pastinya.

“Lo ngga papa kan, Mor? Sehat kan, Mor? Yang sakit yang mana, Mor? Aduh, lo tau ga sih, Mor, hati eke ini udah dangdutan gara-gara khawatir sama loe!” ucap Ucup lagi.

Amor terkekeh mendengarkan ucapan Ucup.

“Aku baik, dan maaf telah membuatmu khawatir,” ucap Amor tak enak hati.

“Bisakah kau menyingkir sedikit? Aku ingin mengobati lukanya,” ucap Rega dengan wajah datar.

Ucup hanya mengangguk lalu beralih duduk di sebelah Pras dan juga Sere dengan otak yang belum konek.

“HAH APA?! LUKAA?!” teriak Ucup.

Pras dan Sere menutup telinganya masing-masing mendengar teriakan temannya itu, begitu juga dengan Rega dan Amor yang terkejut mendengarnya.

“Lo kenapa ribut banget dari tadi si, Cup?” ucap Pras lelah dengan kelakuan temannya ini

“Lo pada ngga denger tadi Bang Rega ngomong apa, hah?!” tanya Ucup.

“Denger, Cup. Tapi gua ga seheboh lo. Lagian itu mungkin terjadi kalo Amor luka-luka, lo pikir batang pohon terbuat dari kapas?” ucap Sere yang dibalas cengiran oleh Ucup.

“Ya, bener juga sih,” ucap Ucup.

“Kalo lo ngomong lagi, gua sumpel sendal lo ya!” kata Pras emosi.

Sedangkan Amor hanya menggeleng melihat tingkah teman-temannya.

“Akh...” ringis Amor saat Betadine mengenai goresan lukannya.

“Apakah sakit sekali?” tanya Rega.

“Lanjutkan saja,” ucap Amor.

Rega melanjutkan aksinya mengobati luka Amor, sesekali juga ia meniup luka yang telah ia obati untuk menghilangkan rasa nyeri.

Sedangkan di sisi lain ada seseorang yang memperhatikan Amor dengan senyuman manisnya. “Untungnya kau tak apa, Amor, aku menghawatirkanmu,” gumamnya lalu pergi dari ruangan yang telah ia intip.

Flashback on.

“Apa kau sudah menemukannya?” tanya seseorang kepada petugas yang akan membantunya mencari siswi yang telah hilang.

“Sepertinya kami tidak bisa melanjutkannya malam ini, kemungkinan besok pagi kami akan mulai mencarinya. Karna hari yang sudah sangat larut juga, takutnya akan terjadi hal yang tidak diinginkan kepada yang lainnya,” ucap sang petugas.

“Tidak! Apa maksud kalian? Yang hilang adalah seorang gadis! Bagaimana mungkin kalian meninggalkannya sendiri di dalam hutan?” ucap Rega tak terima.

“Maafkan kami, tapi hari sudah sangat lar–“ Ucapan sang petugas langsung dipotong oleh Rega.

“Aku akan mencarinya sendiri jika begitu!” ucap Rega lalu pergi meninggalkan kerumunan orang tersebut.

“Del, bilang ke Setya suruh yang lain pulang aja duluan. Gua mau temenin Rega, bahaya entar,” ucap Tian yang diangguki oleh Fadel.

“Hati-hati, Bro!” teriak Fadel yang melihat kepergian teman-temannya.

“Ga? Lo mau cari ke arah mana lagi? Kita udah keliling tapi belum ada tanda-tanda keberadaan Amor,” kata Tian kebingungan karena sedari tadi Rega mengamuk-ngamuk tak jelas seraya memanggil nama Amor.

“ARGHH! INI SEMUA SALAH GUA!” teriak Rega frustasi.

“Ga, tenang! Kalo lo kaya gini mending kita balik ke villa,” ucap Tian kesal.

“LO NYURUH GUA BALIK SEDANGKAN AMOR MASIH DI BAWAH JURANG, BUTUH BANTUAN, HAH?!” teriak Rega emosi.

“LO PIKIR KALO LO KAYA GINI, MAU KAPAN LO KETEMU SAMA AMOR, HAH! YANG ADA LO BUANG-BUANG TENAGA, GA!” teriak Tian tak kalah emosi menanggapi temannya yang keras kepala.

“Kalo lo mau cepet ketemu Amor, tenangin diri lo!” ucap Tian merendahkan nada suaranya.

Ya, tadi saat Amor dan kelompoknya sedang melewati hutan, Amor terpeleset karna jalanan yang memang licin dan juga berdekatan dengan tepi jurang, menyebabkan Amor terjatuh ke dalam jurang yang cukup dalam. Awalnya Rega dan yang lain biasa saja, tapi ketika mendengar teriakan Amor, semuanya langsung panik dan juga khawatir dengan keadaan Amor.

Rega terdiam merenung mendengar ucapan Tian hingga suara seseorang yang ia sangat kenal mengintruksi kedua telinganya.

“Ibu ... Ayah ...” rintihnya.

Rega dan Tian saling bertatapan. “Amor!” ucap mereka berdua.

Mereka berdua langsung bergegas ke arah suara yang mereka kenali. Dan di saat itu juga mereka melihat seorang gadis tengah memegangi tangan dan juga kakinya seraya menangis.

“AMOR!” ucap Rega merangkul Amor dan membawa ke dalam dekapannya.

Amor hanya diam tak menanggapi Rega dan beralih membenamkan wajahnya di dada Rega. Karena sungguh badannya terasa sakit semua sekarang. Rega yang khawatir pun langsung menggendong Amor menuju villa tempat di mana mereka berkunjung untung melakukan acara makrab diikuti oleh Tian.

Flashback end.

***

“Hati-hati lain kali ya, Mor,” ucap Sere seraya mengelus rambut Amor.

Amor hanya mengangguk lalu tersenyum menanggapi bagaimana perhatian teman-temannya.

“Masih sakit banget, Mor?” tanya Pras.

“Tidak terlalu.”

“Baguslah kalau seperti itu,” kata Pras lagi.

“Bagaimana dengan yang lain? Kenapa sangat sepi sekali?” tanya Amor.

“Sudah pulang, hanya tersisa sebagian anak OSIS dan teman-temanmu,” ucap Rega.

Amor hanya mengangguk. “Kapan kami akan pulang? Aku pikir aku sudah baikan sekarang,” ucapnya.

“Kau tidak berbohong, bukan?” tanya Rega.

“Wadoh, Aa Rega lagi jedar- jeder sama Yayang Amor, nih,” goda Tian yang dibalas tatapan tajam oleh Rega. Sedangkan Amor hanya diam tak mengerti apa yang diucapkan oleh kakak OSISnya, begitu juga dengan Ucup, Pras, dan Sere.

“Aku tidak berbohong,” jawab Amor.

Rega menghela nafas. “Siang ini, istirahatlah dulu sebentar,” ucapnya yang diangguki oleh Amor.

***

@Fatamorgana16,

©®A. M. O. R. E. G. A