1 A Tale of Six Trillion Years and Overnight

Dahulu kala, terdapat sebuah kisah yang tidak diketahui oleh banyak orang. Kisah tersebut menceritakan seorang anak laki-laki yang terlahir ke dunia dimana orang-orang disekitarnya tidak menginginkan kehadiran anak laki-laki itu.

"Kita harus memberikan dia pelajaran" ucap seorang penduduk yang berprofesi sebagai petani.

"Itu benar. Anak itu harus dihukum" imbuh seorang penduduk yang berprofesi sebagai tukang kayu.

Anak laki-laki itu memiliki rambut berwarna hitam. Begitu juga dengan matanya. Kulitnya sangat halus, namun tampak beberapa bekas luka yang tidak dapat dihilangkan. Ia tidak tahu alasan para penduduk menyiksanya.

Setiap hari, anak laki-laki itu disiksa oleh penduduk desa. Ia tinggal di sebuah gubuk yang tidak layak untuk dihuni. Siksaan yang ia terima juga beragam. Jika ia menjerit ketika disiksa, ia akan mendapatkan siksaan dua kali lipatnya. Ia sudah pasrah dengan kehidupannya.

Orangtua dari anak laki-laki itu meninggal setelah melahirkannya. Akibatnya, para penduduk menuduhnya sebagai anak iblis. Hal itu berdasarkan cerita dari nenek moyang di desa tersebut. Ketika terdapat seorang bayi lahir dan bersamaan kedua orangtuanya mati, maka bayi tersebut merupakan jelmaan iblis yang nantinya akan menghancurkan tempat itu. Berbagai usaha telah dilakukan oleh para penduduk untuk melenyapkan anak laki-laki itu. Namun, usahanya gagal seolah-olah ia tidak boleh dilenyapkan.

Anak laki-laki itu pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun, ia tidak mengerti mengapa ia tidak kunjung mati. Jika yang disiksa adalah manusia biasa, kemungkinan besar ia akan mati setelah mengalami penyiksaan yang begitu kejam. Itu tidak berlaku bagi anak laki-laki itu.

Bertahun-tahun anak laki-laki itu mengalami penyiksaan kejam dari penduduk desa. Ia pernah berharap bahwa ada seseorang yang datang untuk menolongnya. Namun, karena harapan tersebut tak kunjung dikabulkan, ia menyerah. Ia tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi.

Tiba-tiba, seorang laki-laki paruh baya datang untuk menyiksa anak laki-laki itu. Ia datang membawa gunting yang sangat tajam dan menusuknya pada bagian perut. Ia mendorong anak laki-laki itu hingga jatuh, lalu mengikat kedua tangan dan kakinya.

"Tu-tuan, tolong jangan lakukan ini" ucap seorang anak laki-laki dengan nada yang merintih kesakitan.

Namun, ucapan anak laki-laki itu tidak digubris oleh seorang laki-laki paruh baya yang menyiksanya. Lelaki paruh baya itu berkali-kali memusukkan gunting yang sangat tajam pada anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu tidak tahan dengan siksaannya sehingga ia berteriak dengan keras. Mendengar hal itu, lelaki tersebut langsung menghajar wajah anak laki-laki itu, lalu menarik lidahnya. Setelah itu, ia memotong lidah dari anak laki-laki itu. Tampak terlihat anak laki-laki itu merintih kesakitan, namun lelaki paruh baya itu tidak peduli. Tak lama kemudian, anak laki-laki itu tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah.

"Ini merupakan hal yang pantas untukmu. Kau sudah merenggut nyawa anakku yang berharga" ucap lelaki paruh baya sambil meneteskan air mata.

Lelaki paruh baya itu ternyata merupakan ayah kandung dari salah satu orangtua anak laki-laki itu. Ia melakukan hal keji tersebut untuk membalas dendam karena anaknya mati di tangan anak laki-laki itu. Ia tidak peduli jika anak laki-laki itu akan mati.

Akibat siksaan yang diberikan oleh lelaki paruh baya itu, anak laki-laki itu tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Hal tersebut membuat penduduk desa merasa lega. Akan tetapi, mereka tidak menyadari bahwa anak laki-laki itu memiliki kemampuan regenerasi. Perlahan-lahan, luka tusukan pada anak laki-laki itu mulai sembuh.

Satu minggu telah berlalu. Anak laki-laki itu perlahan membukakan kedua matanya. Ia mengingat tentang kejadian dimana ia ditusuk berkali-kali oleh seseorang. Akibat dari siksaan itu, ia tidak bisa mengekspresikan emosinya. Ia juga tidak bisa merasakan rasa sakit.

Suatu hari, ada seorang anak perempuan yang kebetulan melewati gubuk yang tidak layak huni. Ia melihat seorang anak laki-laki yang terlihat begitu menyedihkan. Ia masuk ke dalam gubuk tersebut tanpa berpikir panjang.

"Anu, apa kau tidak apa-apa?" ucap anak perempuan dengan nada khawatir.

Anak laki-laki itu tidak menanggapi ucapannya. Namun, anak perempuan itu tetap berusaha untuk melakukan interaksi dengan anak laki-laki itu.

"Aku bisa membawamu ke tempatku" ucap seorang anak perempuan.

Anak perempuan itu memiliki rambut yang panjang dan indah. Bola matanya memancarkan kebahagiaan. Kulitnya sangat halus. Baju yang ia kenakan juga sangat rapi dan harum. Anak laki-laki itu berpikir, apakah aku boleh menerima tawarannya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya anak laki-laki itu menerima tawaran dari anak perempuan.

Mereka berdua berjalan menuju tempat tinggal anak perempuan. Ia mengatakan bahwa ia sudah lama tinggal disini sendirian. Awalnya, ia takut untuk pergi ke luar, namun ia kehabisan stok makanan dirumahnya. Ia tahu bahwa anak laki-laki itu dibenci oleh penduduk desa. Maka dari itu, ia membawanya ke tempat tinggalnya.

"Baiklah, kamu tunggu disini terlebih dahulu. Aku akan belanja sebentar"

Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Setelah anak perempuan itu pergi, ia berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu agar tidak menjadi beban untuk anak perempuan itu. Ia langsung membersihkan rumah yang ditempatinya.

Anak laki-laki itu berpikir mengapa anak perempuan itu berbuat baik kepadanya. Ia merasa anak perempuan itu tidak perlu repot-repot untuk menolongnya. Ia takut bahwa suatu saat, akan terjadi hal yang buruk kepadanya.

"Aku pulang" ucap seorang anak perempuan dengan nada yang gembira.

"Wah, rumahku terlihat bersih sekali. Terima kasih karena sudah membersihkan rumahku"

Anak laki-laki itu tersipu malu. Ia memalingkan wajahnya. Meski begitu, ia tidak dapat menyembunyikan rasa laparnya.

"Tampaknya kamu sudah sangat lapar. Tunggu sebentar yah, aku akan memasakkan makanan kesukaanku"

Anak perempuan itu langsung bergegas ke dapur. Sepertinya, ia sangat mahir dalam memasak. Anak laki-laki itu pun penasaran dengan apa yang dimasak oleh anak perempuan itu.

"Jadi, kamu ingin belajar memasak?" ucap anak perempuan sambil memasak.

Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Ia langsung melihat bagaimana cara anak perempuan itu memasak. Namun, sepertinya ia tampak kesulitan karena itu adalah pertama kalinya ia melihat seseorang sedang memasak.

"Baiklah, makanan sudah siap. Kamu boleh menghabiskannya kok! Kalau begitu, selamat makan!"

Mereka berdua tampak menikmati makanannya. Anak perempuan itu terkejut ketika melihat anak laki-laki itu makan dengan cara yang tidak biasa. Ia mengajarkan bagaimana cara makan dengan benar.

"Apa kamu sudah paham?" tanya anak perempuan.

Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya sehingga membuat anak perempuan merasa heran. Ia berpikir apakah anak laki-laki itu tidak dapat berbicara.

"Anu, sebelumnya aku minta maaf. Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya anak perempuan

"Em" jawab anak laki-laki sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalau boleh tau, siapa namamu?" tanya anak perempuan.

Anak laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan dari anak perempuan. Ia hanya duduk terdiam. Lalu, ia mengisyaratkan dengan tangannya bahwa ia tidak mempunyai nama. Setelah itu, ia membuka mulutnya. Betapa terkejutnya anak perempuan itu ketika melihatnya. Sekarang, anak perempuan itu tahu mengapa ia tidak berbicara sama sekali.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau lidahmu dipotong. Sebagai permintaan maafku, kamu boleh tinggal disini bersamaku selama yang kau mau" ucap anak perempuan sambil mengusap air matanya.

Mendengar penjelasan dari anak perempuan, anak laki-laki itu merasa ragu. Apakah ia boleh bergantung pada anak perempuan itu. Ia takut kehadirannya disini malah membuat anak perempuan itu dalam bahaya.

"Tenang saja, aku akan melindungimu. Kau tahu, aku juga kesepian. Dengan adanya kehadiranmu, membuat hidupku lebih berwarna. Ah, bagaimana jika aku memberikanmu sebuah nama?" ucap anak perempuan itu dengan perasaan senang.

Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Ia tidak peduli nama apa yang akan diberikan kepadanya oleh anak perempuan itu. Ia akan menerimanya dengan senang hati.

"Karena rambutmu berwarna hitam gelap, aku akan memanggilmu Yami" ucap anak perempuan itu sambil menunjukkan jarinya ke anak laki-laki.

"Oh yah, meskipun ini agak telat, tapi aku rasa tidak masalah. Namaku adalah Akari. Mulai saat ini, aku mohon bantuannya yah!"

Anak laki-laki itu menjabat tangan anak perempuan. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang mau berjabat tangan dengannya. Ia merasa aman dan nyaman ketika berada di dekat anak perempuan itu.

Berhari-hari telah dilewati. Mereka berdua hidup bahagia. Namun, mereka tidak mengetahui amarah yang sedang meluap-luap di desa. Para penduduk desa sangat marah karena tidak menemukan anak laki-laki itu. Akhirnya, ada salah satu dari mereka menemukan tempat persembunyian anak laki-laki itu. Mereka akan mendatangi tempat itu ketika malam hari.

Malam pun tiba. Para penduduk berbondong-bondong menuju tempat persembunyian anak laki-laki itu. Tak lupa mereka membawa obor dan peralatan lainnya.

Dari kejauhan, tampak sebuah cahaya yang bersinar. Cahaya tersebut berasal dari obor yang dipegang oleh para penduduk. Melihat hal itu, Akari langsung menyuruh Yami untuk bersembunyi di dalam lemari. Ia akan menemui para penduduk itu.

"Tenang saja, aku akan melindungimu. Diam disini sebentar dan jangan keluar sebelum aku memanggilmu" ucap Akari dengan tersenyum hangat.

Mendengar hal itu, Yami merasa takut. Ia takut bahwa dirinya akan disiksa lagi. Kemungkinan terburuknya adalah ia akan dibunuh oleh para penduduk. Setelah sekian lama menunggu, Yami tidak memperoleh jawaban dari Akari. Ia merasakan hawa panas mulai menyelimuti dirinya. Akhirnya, ia keluar dari tempat persembunyiannya.

Betapa terkejutnya ketika ia melihat Akari terbaring dengan bersimpahan darah yang sangat banyak. Ia mencoba membangunkan Akari. Namun, Akari tidak terbangun. Selama ini, ia sebenarnya tidak takut dengan kematian. Ia lebih takut jika seseorang yang berharga baginya mati karena melindungi dirinya. Ia meluapkan emosinya. Api di dalam rumah itu pun terus berkobar. Yami melindungi jasad Akari. Setelah api itu padam, ia langsung menangis karena menyesali perbuatannya.

Para penduduk membunuh Akari karena telah berbohong bahwa dirinya tidak menyembunyikan anak iblis. Mereka langsung membunuhnya begitu saja. Setelah membunuh Akari, mereka langsung membakar tempat tinggalnya. Mereka tidak mengetahui sesuatu yang buruk akan menimpa kepada mereka semua.

Yami merasa kesepian. Satu-satunya orang yang menerima dia apa adanya telah pergi meninggalkannya selamanya. Hal itu membuat Yami tidak dapat mengendalikan emosinya. Pada akhirnya, ia berubah menjadi makhluk lain. Matanya yang semula berwarna hitam, berubah menjadi merah. Terdapat gigi taring yang sangat tajam yang tiba-tiba tumbuh. Begitu juga dengan kuku di tangannya.

Tak terasa, malam pun tiba. Suasana tampak sangat hening di desa. Seketika, suasana hening tersebut berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk yang mati. Tidak peduli akan rentang usia, jenis kelamin, pekerjaan, maupun status. Pada malam itu juga seluruh penduduk di desa tersebut mati dengan cara yang mengenaskan. Pelakunya tidak lain adalah Yami. Setelah membunuh semua penduduk desa, Yami langsung pergi ke hutan. Ia membiarkan jasad para penduduk dimakan oleh burung gagak. Ia sudah puas untuk melampiaskan dendamnya.

"Seharusnya kau tidak boleh melakukan itu" ucap seseorang.

Yami menghentikan langkahnya. Ia tahu bahwa yang mengatakan itu adalah Akari. Namun, ia tidak menyesali perbuatannya. Ia akan tetap melindungi makam Akari hingga akhir hayatnya.

avataravatar