1 Bercanda

* 19.45 *

Setelah mengaduk dua gelas dengan sendoknya, Revan lalu membawa dua gelas dengan kedua tangan dan berjalan ke ruang tengah.

"Makasih."

"Hm."

Revan menjawab dengan mendengus pelan. Dia lalu duduk kembali ke sofa sebelah Elyn. Kini perhatiannya terlalih kembali ke film yang mereka putar di TV. Namun sepertinya dia melewatkan bagian seramnya, lima belas menit sebelum film berakhir tidak begitu menakutkan baginya.

"Huhh...," Elyn menghembus agak berat seraya meregangkan kedua tanggannya keatas. "Filmnya bagus ya.."

"Aku kayaknya ngelawatin bagian seremnya sih," sahut Revan sambil menekan-nekan tombol remote kearah TV.

"Kamu pergi sih tadi," gurau Elyn menyalahkan.

"Ya kan kakak yang bilang pengen minum matcha," gurau Revan seolah melempar balik kesalahan.

Elyn mengambil gelasnya yang Revan taruh di atas meja. "Oh iya, mama nggak pulang malam ini," katanya setelah menyesap dua-tiga kali dan menaruh kembali gelasnya.

"Oh." Revan nampak tidak terkejut. Atau lebih tepatnya, bukan hal yang tak biasa baginya. Lalu seakan mengingat sesuatu, dia menambahkan. "Kayaknya tadi pagi nggak pesan gitu."

"Emang nggak." Elyn menggeleng ringan. "Mama baru nelpon tadi."

* 20.13 *

Revan keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang setengah basah dengan handuk menuju dapur di sudut ruangan sana.

Revan menutup kembali kulkas setelah mengambil satu minuman kotak dari beberapa yang dibelinya kemarin, dia kemudian menuju ke kamarnya di lantai dua.

Kamar sebelahnya tertutup, dan sebuah papan hias kecil bertuliskan 'Elyn' terpasang di depan pintunya.

Setelah sekitar satu jam merebahkan diri di atas kasurnya, Revan beranjak dan mematikan lampu kamarnya yang masih menyala terang, lalu melempar kembali badannya ke kasur.

Setelah sekitar lima belas menit, ketika dia baru akan terlelap,

Tok! Tok!

Suara ketukan terdengar dari luar pintunya.

Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan lagi.

Kini dia yakin kalau itu bukan salah dengar. Dia lalu beranjak dari kasurnya menuju pintu dan membukanya.

Sebuah wajah yang malu-malu menyembunyikan kedua tangan di belakang.

Revan terheran. "Kenapa kak?"

Elyn terlihat ragu-ragu sebelum membuka mulutnya, dia mengalihkan dua-tiga kali matanya kearah sana-sini.

"Udah mau tidur?"

"Baru aja."

Revan menambahkan dengan penasaran. "Kenapa?"

"Nggak jadi, besok aja deh."

Elyn kemudian berbalik, tapi Revan menahan tangannya saat dia baru saja akan berjalan. Elyn berbalik dan kini mata mereka saling bertemu lagi.

"Becanda."

"Aku tadi cuma rebahan doang."

* * *

Revan mengambil kotak minuman di atas mejanya. Rupanya dia lupa belum meminumnya, dia kemudian menusukan sedotannya dan menyesapnya.

Dia baru berkata setelah menyesap dua-tiga teguk. "Jadi kakak takut tidur sendiri dan mau tidur di sini?" Dia bertanya pada perempuan berambut menggantung seatas bahu yang duduk di kasurnya.

Elyn membenamkan wajahnya seakan menyembunyikan ronanya.

"...ya."

Dia udah umur dua puluh kan?

Heran Revan dalam benak.

"Kalo takut gini kenapa tadi malah ngajakin nonton?" Revan bertanya dengan gurau seolah menyalahkan.

"Nggak tahu kalo film-nya seram."

Elyn mengangkat wajah dan menatap Revan dengan wajah selayak seekor kucing yang menunggu untuk dielus majikannya. "Nggak boleh ya.."

Revan menghela napas. "Asal tidur kakak nggak banyak gerak."

Sebuah senyuman mulai mengembang di wajah Elyn.

* 22.14 *

"Hei."

"..."

"Udah tidur?"

"..."

Sesaat kemudian Revan menjawab. "Belum."

"Kenapa? Nggak bisa tidur?" Lanjutnya.

"Hehe... iya nih." Suara Elyn terkekeh pelan di sebelahnya.

"Kamu juga?" Elyn melempar balik pertanyaan.

"Karena kasurnya jadi sempit." Keluh Revan dengan suara kecil.

"Maaf." Terdengar suara menyesal dari sebelah.

"Nggak. Cuma becanda."

Tidak ada balasan setelah itu dan suasana kembali hening.

Kemudian sebuah suara seperti sesaat lalu memecah keheningan lagi.

"Hei," panggil Elyn dari sebelah. Dia tidak berbalik, begitu pun Revan yang tidur di sebelah, maka posisi mereka pun masih dengan punggung yang saling membelakangi.

"Hmm?"

"Udah pernah pacaran belum?"

"Ha?"

"Kenapa tiba-tiba..."

Revan menghentikan ucapannya, tapi sebelum keheningan kembali Elyn segera menambahkan. "Jujur aja. Nggak usah malu."

"..."

"...belum."

"Belum pernah?"

Revan menjawab dengan dengusannya.

"Berarti belum pernah ciuman dong?"

"Ha?"

"Kakak kenapa tiba-tiba nanya ginian?" Nada Revan semakin terheran. "Kakak ngigo ya...?" Lanjutnya dengan nada yang berubah gurau.

"Hehe... kayaknya." Elyn bergurau balik.

"Tidur sana." Suruh Revan dengan meninggalkan nadanya.

"Belum ngantuk."

"Udah malem."

"Biarin," sahut Elyn dengan nada seolah tak peduli. "Berarti yang tadi belum pernah juga?"

"Tadi apa?"

"...ciuman."

Revan mendiam beberapa saat baru menjawab. "Belum."

"Mau nyoba sama kakak?"

"Ha?" Revan terkejut.

Sementara yang terdengar dari sebelahnya malah suara tawa kecil. "Becanda."

Revan tidak membuka mulut lagi setelahnya dan keheningan pun kembali.

Beberapa saat kemudian Elyn merasakan sebuah gerakan dari belakang punggungnya. Dia lantas membalikan badan. Pikirnya Revan mungkin hendak beranjak dari kasur.

"Mau kema—"

Elyn terhenti sendiri. Kedua matanya yang tadinya sudah agak sayu terbuka lebar manatap adiknya yang tiba-tiba mendekatkan wajah dan menatap kedalam matanya. Dan tahu-tahu kini tangan adiknya sudah melingkar di pinggangnya.

"Jangan bilang kamu—"

"Ya." Sela Revan tanpa nada.

"Kita nggak boleh.." Elyn membuang wajah kearah lain.

Revan kemudian menjauhkan diri. "Serius banget."

"Padahal tadi kakak yang mulai duluan," tambahnya dengan nada santai.

Seolah butuh satu-dua detik untuk Elyn mencerna situasi baru kemudian dia bertanya, dan itupun dengan ragu-ragu. "Kamu bercanda..?"

"Ya."

"Emang kakak mikirnya apa?" lanjut Revan seolah memancing.

Elyn mengalihkan mata kearah lain. "Nggak ada."

"Terserahlah." Nada Revan seolah membuang niat. "Tidur gih," lanjutnya seraya membalikan badan.

"Jangan becanda kayak gitu." Keluh Elyn dengan suara bisik.

"Kakak bilang sesuatu?" Sementara dari sebelah suara bertanya.

"Nggak papa."

Kemudian Elyn juga membalikan badan. Kini mereka kembali ke posisi seperti sebelumnya, punggung yang saling membelakangi.

Kamu yang mulai duluan..

Keluh Revan dalam

avataravatar
Next chapter