1 Awalnya..

Tidak tahu apa yang merasuki teman sebangkuku ketika ia mengatakan akan memberi kejutan ulang tahun untuk salah satu teman sekelas yang duduk beberapa meja di belakang kami.

Kami tidak terlalu sering berbincang dengan sepasang teman sebangku yang dari tempatku duduk selalu terlihat muram karena mereka selalu menutup tirai jendela agar menghalangi matahari.

Ketika aku dan Adele berkunjung ke rumah gadis yang selalu terlihat pucat itu dengan kue coklat di tangan, tentu saja terasa canggung karena sebelumnya aku memang tidak pernah merasa dekat untuk memberikan kejutan ulang tahun untuknya. Ia terlihat terkejut sungguhan, dengan cara yang sama canggungnya denganku.

Miki gadis yang baik, meski kami tidak dekat untuk berbincang mengenai banyak hal ia juga membelikan kami makanan bersama dengan teman-temannya yang sering menghabiskan waktu bersamanya di kelas.

Teman sebangkunya terlihat senang dan menikmati saja apa yang sedang terjadi, seolah ini hal wajar. Tetapi memang seperti itulah gadis itu biasanya bereaksi akan setiap hal, ia seolah sudah menduga setiap hal yang terjadi. Namanya Karen. Ia terlihat lebih ramah dibanding teman sebangkunya yang hampir setiap saat terlihat dingin dan sibuk dengan pikirannya alias melamun, ia benar-benar kebalikan dari gadis yang satunya.

Mungkin itu adalah awal dari perjalanan panjang yang kupikir tidak akan membawa pengaruh banyak pada hidupku, tetapi ternyata baik aku, Miki, Karen, dan Adele sedang menjalani salah satu rencana dari takdir.

Setelah peristiwa hari ulang tahun Miki, kami menjadi cukup dekat untuk menghabiskan waktu bersama ketika jam istirahat tiba. Sepasang teman sebangku itu menyenangkan untuk diajak berteman, mereka tidak banyak tingkah atau melakukan hal-hal yang menyebalkan. Tidak juga mengurusi kehidupan orang lain, hanya menikmati hidupnya saja.

Kami mengunjungi kantin bersama sementara Miki merasa kesal karena selalu dipanggil oleh kakak kelas yang berusaha mengajaknya bicara hanya karena ia sangat cantik. Karen seperti biasa tidak terlihat terganggu dan menikmati temannya itu tersiksa dengan semua gangguan itu. Aku yang tidak pernah merasa hal ini adalah hal menyenangkan, mengurangi intensitas pergi bersama dengan Miki ketika jam jam ramai, aku juga tidak menyukai perhatian yang berlebihan.

Aku ingat Karen pernah membelikanku makanan di kantin suatu hari ketika ia berulang tahun, ia tidak pernah bilang itu adalah traktiran karena berulang tahun, ia hanya bilang ingin membelikanku makanan karena aku tidak ikut dengannya ke kantin hari itu. Itu bahkan terjadi sebelum kejadian aku dan Adele memberikan Miki kejutan ulang tahun, kurasa akan lebih baik jika saat itu aku tahu dan merayakan hari ulang tahun Karen dibanding ulang tahun Miki.

Kami biasanya akan menghabiskan waktu istirahat di balkon kelas yang akan langsung berhadapan dengan ruangan kelas 12, bangunan sekolah kami berbentuk hampir persegi karena di salah satu sudut terpotong dengan janggalnya. Menjadikan lapangan sekolah seperti semacam colosseum dengan bangunan ini sebagai tempat para penonton menyaksikan pertandingan.

"Mau ke rumah gue hari ini?" tanya Miki suatu hari ketika kami sedang duduk di balkon. Ia bersandar pada Adele sambil menatap langit-langit, lagi-lagi melamun dan larut dalam pikirannya sendiri.

Sebagai anak baru SMA, tentu saja kami semua merasa bersemangat dan senang akan berkunjung ke rumah salah satu teman kami. Biasanya aku menghabiskan waktu pulang sekolah di rumah Adele yang berjarak lima belas menit dari sekolah, jadi berkunjung ke rumah teman lainnya membuatku bersemangat. Terlebih karena ketika saat memberi kejutan, kami tidak masuk ke rumah putih itu melainkan hanya di terasnya saja yang juga sudah cukup luas untuk digunakan tujuh orang anak.

Rumah putih itu lebih luas dari kelihatannya, ketika memasuki pintu utama kami disambut oleh ruangan lapang yang menyatu antara ruang tamu dan jejeran kursi dengan meja makan yang sangat besar. Aku bertanya-tanya berapa anggota keluarga yang tinggal di rumah ini jika menghitung kursinya saja aku sudah mendapat angka delapan.

Di antara delapan kursi itu, ada satu pemilik kursi yang menarik perhatianku.

avataravatar
Next chapter