1 Chapter 1

A Clown.

Chapter 1 :

"Mencintai itu tak harus memiliki," jelas Teodhor, tak sedikit perkataan tersebut keluar dari mulut orang orang di luar sana, tapi apakah bisa kejadian tersebut menimpa diri sendiri?

Ketika seseorang mencintai tapi tak bisa memiliki, apakah akan terus berjuang? walau ia sudah tahu akan tak dihargai? atau justru akan berpaling mencari pengganti? pilihan sulit untuk orang yang sudah mabuk kepayang oleh cinta.

Teodhor, seorang pria lajang berumur 27 tahun, memiliki wajah rupawan, pintar dan memiliki perusahaan teknologi startup bernilai aset yang tinggi. rahang tergaris dengan simetris, mata tajam beriris coklat madu, kulit sedikit gelap namun terlihat erotis. siapa saja yang melihat pasti akan terpana dalam kedipan pertama, tapi apakah di balik semuanya itu dia bahagia?

Selamat membaca kisah ini teruntuk kamu yang merasa hati nya bertepuk sebelah tangan. Tunggu, apakah karena dia telah menjadi milik orang lain? Atau karna tidak direstui oleh orang tua? atau hal lainya? mari baca kisah ini, setidak nya kamu mengerti apa yang peran utama ini rasakan.

1.Teodhor

Suasana Cafe terlihat lengang hanya ada sedikit pengunjung yang datang, mungkin karena di luar sedang hujan. Disudut Cafe tepat disisi kaca besar yang mengarah keluar jalan, seorang pria duduk dengan santai sambil melihat keluar kaca dengan tatapan mengharapkan seseorang datang.

Jam menunjukan 15.55 sebentar lagi jam 4. Sudah hampir satu jam Teo menunggu, ya dia adalah Teodhor pria lajang 27 tahun pemimpin perusahaan Startup yang memiliki aset tinggi. Teo mencoba kembali menghubungi Lee salah satu teman dekatnya sedari SMP. Mereka berdua sangat dekat bahkan dari SMP. SMP dan kuliah pun sama, walau Teo telat satu tahun dari Lee. Karena alasan tertentu tidak bisa melanjutkan kuliahnya.

Teo menghela napas kesal karna Lee selalu saja terlambat dan kembali menyibukan diri dengan buku yang ada di depannya, lambat laun Teo mendengar lagu yang diputar cafe tersebut, ah ... lagu itu, sudah lama tidak mendengarnya lagu Jeff Bernat yang berjudul Still. Rasa sesak di dada kembali terasa begitu berat rasanya mengingat apa yang terjadi dulu.

'..I've been tryna find away to numb all this pain

Since you've been away

I don't wanna feel anymore

And there's probably people telling you

that i'm doing fine

Just taking my time

Although it appears that i'm strong

It's still hurts..'

Kenangan kenangan buruk mulai mengisi kepalanya, dibagian lirik itu adalah yang paling menggambarkan keadaannya sekarang, walau sudah 5 tahun berlalu. Tapi rasa sakit itu masih terasa. Teo kembali mencoba mengontrol diri agar tidak diketahui Lee, karena temannya itu paling tidak suka melihat Teo bersedih apalagi hanya karena seorang wanita.

Jam menunjukan pukul 4 tepat. "Si bodoh itu kemana lagi sih?" Gumam Teo dalam hati.

Tak lama pintu cafe terbuka ada seorang pria berwajah asia datang, dengan tubuh tinggi kira kira 174cm. Berbadan tegap datang dengan santai nya.

"Helloo brodi!" Sapa Lee tanpa berdosa sudah terlambat satu jam.

"Darimana?" Jawab Teo ketus.

"Biasa, paduka sedang marah karna gue gagal dapat clien dari jepang, mau gamau gue tadi harus dengar ceramahnya dulu," Jawab Lee sambil menarik bangku.

Pria yang bernama lengkap Lee Wang tersebut adalah CEO perusahaan Wang. Ayah Lee adalah seorang bisnis man hebat yang memulai kariernya sejak umur 23 tahun, bermodal pengalaman dan nekat ayahnya mendirikan sebuah perusahaan manufaktur dan sekarang menjadi perusahaan manufaktur terbesar di indonesia.

Lee sebagai penerus perusahaan Wang juga tak kalah hebat dia menyelesaikan kuliah Double Degree hanya dengan waktu 3 tahun saja, kepintaran melihat sebuah peluang dalam berbisnis berbanding terbalik dengan sifatnya yang sulit diatur, terkadang Lee bisa bolos bekerja selama satu bulan full jika sudah jenuh dengan kegiatan perusahaan. Untungnya Ceo perusahaan di tempat Ia bekerja adalah ayahnya sendiri, meski sulit diatur Lee benar benar sangat pintar dalam berbisnis.

"Oh, udah yang keberapa sekarang?" Tanya Teo.

"Kalo di itung sih ketiga, emang lagi sial aja gue di ceramahin terus,"

"Apa ini ada sangkut pautnya karna lo gamau dijodohin dengan rekan bisnis ayah lo?"

"Maybe? Makanya dia jadi lebih sensitif dalam segala hal, apalagi ini menyangkut perusahaan."

"Emang apa alesan lo gak mau nikah?"

"Gue masih pengen bebas, masih pengen main sana sini, toh umur gue baru 27 tahun belum sampe 30. Masih bisa tahun depan,"

"Bukannya lebih baik terima aja tawaran dari ayah lo? Itu juga bisa meningkatkan perusahaan dan lo bisa jadi Ceo lebih cepat,"

"Lo kalo ngomong gambang banget ya, sekarang liat diri lo sendiri, kenapa lo ga nikah? Padahal lo CEO, lo cakep mapan siapa yang gamau sama lo?" Jawab Lee keheranan.

Benar apa yang dikatakan Lee, berbicara memang gampang tapi melakukanya adalah hal yang sulit, bagaimana tidak? Menyuruh Lee untuk menikah sedangkan diri sendiri belum menikah bahkan masih terperangkap masa lalu yang pahit untuk diingat.

"Udahlah jangan maksa gue buat nikah, nikah bisa kapan aja santai," Ucap Lee.

Teo terdiam.

"Jadi apa yang lo mau omongin? Sampai manggil gue kesini? Kalau gak penting gua tonjok muka lo," Lanjut Lee menghilangkan keheningan.

"Ibu gue maksa lagi buat datang ke acara perjodohan yang dia buat sama temenya," Ucap Teo cuek sambil menyeruput kopi.

"Nah.. Sekarang kenapa lo ga terima aja?"

"Lo tau sendiri keadaan gue, bahkan ing-"

"Berapa kali gue bilang buang cewe itu didalam pikiran lo, sadar Teo!" Seru Lee cepat memotong omongan.

"Tapi Lee lo tau sendiri giman-"

"TEO SADAR LO GABISA NGUBAH APA APA!" Jawab Lee dengan keras sehingga terdengar satu ruangan.

"Maaf.." ucap Lee karena merasa bersalah sudah meneriaki Teo.

"Gapapa Lee.. gue paham kenapa lo sampai begini,"

"Teo, gue mohon lo jangan terperangkap dimasa lalu!"

"Gue udah berusaha Lee, tapi setiap mencoba, gua eggak bisa,"

"Oke gue gamau bahas ini karna ujung ujungnya lo punya pilihan sendiri," Ucap Lee tidak mau tahu.

Obrolanpun berlanjut dengan pembahasan bisnis, jam sudah menunjukan pukul 17.11.

"Maaf Teo gua harus pergi masih ada meeting," Ucap Lee sambil berdiri dari bangku.

"Oke Lee, gue ngerti," Ucap Teo sambil memeluk sahabat karibnya.

Keheningan mulai terasa saat Lee pergi dari Cafe, Teo masih berpikir kenapa dia bisa terjebak dalam masa lalu, apakah dia kurang tampan? Apakah dia kurang mapan? Dia mempunyai semua hal yang diinginkan pria, tapi sayangnya Teo tidak mempunyai apa yang di miliki pria lain, yaitu cinta.

Hujan diluar mulai reda, langit mulai berwarna jingga bertanda matahari akan terbenam berganti malam.

Teo melihat keluar jendela cafe, tanah masih basah akibat hujan tadi, apakah dia harus pergi dari kota ini? Agar bisa melupakan apa yang terjadi di masa lalu, karena terlalu banyak kenangan yang terjadi dikota ini.

Di seberang Cafe terlihat pasangan muda mudi sedang bercanda berdua, di lihat dari seragamnya masih tingkat SMA, ah .. Indahnya cinta, ketika seseorang sedang dimabuk cinta mereka hanya akan terfokus pada pasangan, tapi disuatu saat cintalah yang memberi rasa yang paling sakit. Apakah cinta bisa serumit ini? Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa cinta pertama akan memberi rasa sakit yang begitu besar untuk dirinya.

Bayang bayang masalalu mulai teringat kembali, bagaimana pertemuan itu bisa terjadi. Apakah memang disengaja atau tidak? Entahlah, yang harus kalian tau waktu itu dia adalah wanita yang paling cantik yang pernah aku temui.

'..Hei kamu yang disana!

Apakabar mu?

Apakah kau bahagia?

Apakah pernah terlintas di pikiran mu tentangku?

Aku masih disini

Di kota ini

Dengan perasaan yang sama

Aku menunggu mu di sini

Berharap kau kembali

Dengan senyum mu..'

Banyak ucapan yang tak bisa di ucapkan oleh mulut, apa yang diucapkan belum tentu sama dengan perasaan. Walau sesaat tetapi dia lekat tersimpan di memori, sebagai bagian perjalanan kisah hidup yang akan Teo ceritakan setelah ini.

Tak ada penyesalan sudah mengenal dirimu, apapun itu dirinya berterimakasih sudah mewarnai hari harinya dulu. Walau akhirnya dia cat dengan warna kelabu.

Selamat membaca bagi kalian yang sedang dimabuk cinta, hanya mengingatkan kadang ekspektasi tak sesuai dengan kenyataan. Kisah ini khusus ditulis untuk orang yang pernah singgah di dalam hati, dari seseorang yang masih menunggu kepastian sampai saat ini.

avataravatar
Next chapter