webnovel

Represent

Cring.. Cring.. Cring.. Begitu sihir teleport mengantar mereka ke Miwamori, suara lonceng dari langkah Rubah-Rubah menyambut. Mereka tiba di sebuah desa yang dikelilingi hutan pinus. Para Rubah berekor jamak itu berlalu lalang dengan urusan mereka masing-masing. Ketika melihat 9 Raja tiba disana, mereka nampak bingung. Namun Ryota mengisyaratkan agar mereka tak perlu khawatir. Para Rubah pun melanjutkan aktivitas mereka kembali dan tak menghiraukan keberadaan mereka yang baru tiba.

Panah Broken compass menunjuk lurus ke depan. Mereka bersembilan pun berjalan kearah yang ditunjuk arah panah. Dari kejauhan nampak sebuah bukit kecil dimana jalan menuju kearahnya sangat sepi. Jalinan jimat kertas serta lonceng-lonceng kecil pun menghiasi pepohonan di pinggir jalan itu.

"ggrrhhh....." seketika saja telinga Ryota menekuk telinganya lagi dan mengeram seperti marah. Magia Orange nya pun sekelibat nampak mengelilinginya.

"Kau kenapa Rubah?" tanya Adryan. Tak hanya Magia orange, Adryan bisa mengendus ketakutan pendeta Rubah itu.

"bukit terkutuk itu... bukit ilusi.. Dewa Inari melarangku dan Rubah-rubahku memijakkan kaki disana.. Ada Iblis.. Ada Iblis yang disegel disana..." mata Ryota menatap tajam dan penuh kewaspadaan.

"Iblis?" Nathanael pun menoleh kearah bukit itu. Ia pernah mendengar legenda bahwa moyang para Celestial lah yang menyegel sekelompok Iblis di sebuah bukit kecil di timur. Bukit ilusi kah maksudnya?

“ka.. kalian pernah bertemu Iblis?” Peter pernah mendengar mitos dan kisah tentang makhluk penghuni neraka itu, dan tak terbayang kalau benar-benar bertemu mereka suatu hari.

“aku pernah, malah ku segel kembali dengan Broken compass agar tidur tenang dan tak mengganggu kedamaian lautan..” Jawab Andrew datar dan singkat.

“Hah?!”

"Ekhem.. kalau begitu biar aku saja yang coba mencarinya.. kalau aku tak kunjung kembali, carilah bantuan para Demigod lain.. jangan menyusulku.. Mungkin sihir cahaya surga ku bisa mengatasi Iblis jika aku bertemu dengan mereka nantinya" ujar Joseph sambil melangkah maju menyusuri jalan setapak menuju bukit itu. Tidak ada yang menyela usulnya karena memang cahaya Demigod berperan sebagai lawan dari yang jahat dan merusak.

Sesampainya di kaki bukit, Joseph terdiam sejenak memandang puncaknya. Bukit yang kosong tanpa ditumbuhi satupun pepohonan diatasnya, hanya rumput hijau yang menghampar, kokoh menopang langit. Sebuah gerbang Torii seakan menjadi pintu masuk ke dunia lain dibalik bukit itu. Angin menghembus jubah putihnya, tepat ketika Ia melangkah melewati gerbang Torii..

Wush.. sosoknya menghilang, lenyap begitu saja.

“KAN..?? SUDAH KUBILANG INI BUKAN BUKIT BIASA...” Ryota panik melihat Joseph tiba-tiba menghilang seketika.

“Ya sudah.. kita tunggu sesuai isyaratnya.. jika Ia tak kunjung kembali dalam waktu lama kita kembali ke Vouna dan minta bantuan para Demigod lain..“ Peter mencoba menenangkan Ryota. Ia pun baru pertama kali melihat tempat se asing dan se aneh itu.

Sesuai dengan namanya Demigod memanglah klan manusia setengah dewa dengan kemampuan sihir paling tinggi dibanding klan lain yang punya sejarah panjang dan berkaitan dengan sejarah Celestial di Asteria. Mereka adalah keturunan murni seorang Dewi yang turun ke dunia. Magia emas sang Dewi tak pudar setelah ribuan tahun turun menurun ke anak cucunya. Pakaian khas yang di dominasi warna putih dan emas adalah simbol dari surga. Vouna adalah dataran tinggi yang berbatasan dengan Nereida di timur laut, Draecorona di utara, Groilandia di barat dan Chaldene di selatan. Berada di pusat Arc Chaestra, Negeri itu dilindungi semacam tembok dari sihir sebagai batas dengan negeri lain.

Demigod sangat mencintai ilmu pengetahuan. Menciptakan mantra baru, mempelajari sihir, mengembangkan ilmu sihir adalah hal yang mereka lakukan sehari-hari. Beberapa dari mereka bahkan bias terbang meski tak bersayap. Tak hanya sihir tapi juga ilmu fisika, biologi, matematika, mereka selalu perbarui dan tak kenal lelah untuk menggali hal baru. Seperti yang Joseph katakan sebelumnya bakat sihir mereka ialah cahaya, ruang semesta, jiwa dan pikiran. Diantara 9 klan hanya mereka yang sebanding dengan Iblis yang ber Magia hitam. Itulah mengapa Joseph sang Father of Demigod tak gentar memasuki Bukit ilusi yang konon terdapat Iblis yang tersegel didalamnya.

Tapi ternyata tak sampai satu menit, Joseph sudah muncul kembali.

“LHA KOK CEPAT??” belum sempat Damian duduk di rumput, sosok Joseph sudah kembali dari balik gerbang Torii.

“AKU PERGI SUDAH SEHARI SEMALAM KAU BILANG CEPAT??” Joseph heran karena ia merasa sudah pergi cukup lama. Terbukti dari wajahnya lelah dan pakaiannya agak lusuh.

“Sehari semalam?? Kau baru pergi semenit lalu..” balas Erick yang juga belum sempat melakukan hal lain.

“Masa???”

“Iyaaa….” Jawab mereka ber 8 berbarengan.

“.. jauh ya perbedaan waktunya, sampai sehari semalam begitu..”

“tapi memang.. begitu masuk ke Bukit ini terasa seperti memasuki dimensi lain.. seolah aku sedang bermimpi, aku berada di lorong dengan ratusan pintu yang berjajar dengan beragam ukuran dan warna.. dan jujur saja aku takut jika salah membuka pintu dan bertemu dengan Iblis yang Ryota bilang..” Joseph pun menceritakan pengalamannya memasuki Bukit Ilusi.

“Aku membuka satu demi satu pintu yang ada disana, berharap kalau-kalau pintu yang kupilih benar. Aku coba merapal mantra pencari tapi tak mendapat petunjuk apapun.. aku hampir putus asa. Waktuku habis hanya untuk mengecek ratusan pintu itu..”

Isi ruangan dari pintu-pintu yang Joseph buka beragam, ada yang berisi ruang semesta dengan debu galaksi, ruang yang dengan taman bunga dandelion yang sangat luas dan langit cerah, ruang yang terhubung dengan laut dalam lengkap dengan karang dan ikan-ikannya, ruang yang berisi gelembung-gelembung mimpi dari orang-orang yang sedang tertidur, hingga ruang putih yang hanya berisi kekosongan.

“.. Pencarianku terhenti setelah aku membuka satu pintu.. entah aku tak ingat bentuknya, tapi didalam pintu itu terhampar ratusan kunci yang mirip dengan kunci Gate of South. Aku cek kembali kunci yang kita dapatkan dari Draecorona dan Nereida dimana dua kunci itu terbuat dari besi tembaga dengan hiasan batu khas masing-masing negeri. Batu khas Kitsune ialah Topaz, aku pun mencari nya. Kunci yang tersebar disana terbuat dari emas, perak, atau platinum. Seolah menggodaku untuk mengambilnya dan bukan kunci Gate of South.. Setelah aku menemukan yang asli ini, sisanya yang palsu menghilang begitu saja.. satu pintu lain kemudian muncul di hadapanku, aku membukanya dan ternyata itu adalah pintu keluar dari bukit ini..” Joseph melanjutkan dan menyelesaikan ceritanya. Ia menunjukkan kunci yang Ia temukan di bukit itu, benar adanya kunci dengan hiasan batu Topaz.

“syukurlah.. sepertinya kau dilindungi Dewa Inari..” sambil menggoyangkan telinganya Ryota tersenyum. Ia lega bukit seram itu tidak membahayakan rekan barunya.

“Uwoo.... memang kalau soal iman Demigod nomor satu” canda Adryan sambil bertepuk tangan.

“apa sih..”

“Ya... Coba kalau aku yang mencari kunci itu disini, mungkin aku tak akan kembali hingga seminggu atau sebulan disana..” balas Peter sambil menatap bukit kosong itu.

“Kalau begitu, kita lanjut ke tempat berikutnya?” tanya Ryota yang sudah tak cemas lagi.

“selanjutnya berarti ke.. hem… tenggara Miwamori kan lautan, mau ke Thalassa-“ Erick bingung sendiri ketika melanjutkan kalimatnya.

“Thalassas ‘kan di dalam air, bagaimana cara kita mencari kunci di dalam laut?” Damian pun memperjelas kebingungan Erick.

“ya.. Andrew tidak mungkin teleport sendirian kan, kita akan terpisah”

“ngg.. aku bisa buatkan gelembung udara raksasa untuk kalian kok.. jangan khawatir” sahut Andrew.

“oh?.. boleh deh kalau begitu, ayo..”