webnovel

Questioning

Seekor Dragon terbang turun dari puncak gunung dengan api biru yang masih berkobar di sela-sela mulutnya. Kepakan sayapnya menciptakan angin besar yang menerbangkan dedaunan ke langit. Bola mata nya biru dengan tatapan yang tajam. King of Dragons Erick, tatapan dan wibawa nya sebagai Raja terlihat jelas dalam wujud Dragon nya. Sesampainya di tempat semula, Erick segera mengubah wujudnya semula dan menunjukkan kunci yang berhasil ia dapatkan. Sebatang kunci dengan batu Aquamarine, batu khas Asteria. Kunci ke lima kini sudah ditangan.

“Erick? Ledakan apa barusan?? Kau baik-baik saja..???" tanya Andrew khawatir.

“Ya.. bukan masalah.. aku hanya meledakkan api biru untuk membakar badai yang menghalangiku tadi.. oh ya Nathanael, Hantu salju yang kau katakan itu.. Ia adalah roh halus penjaga kunci ini.. Ia diciptakan oleh sang Alicorn dan kini tugasnya sudah selesai. Puncak salju itu kini sudah menjadi puncak biasa sekarang.." sambil menyisir rambut putihnya dengan jemari, Erick menatap lembut Nathanael dan menceritakan pengalamannya.

“Benarkah?! Kau bertemu dengannya?" tanya Nathanael lagi.

“Ya.. begitulah.. kilau cahaya matahari ketika awan hitam itu pudar.. indah sekali.. memantul diantara bongkahan es, kau harus mampir kesana bersama rakyatmu nanti ya..”

“.. tentu saja..” Nathanael mengalihkan pandangannya ke puncak es itu. Ada rahasia lain tentangnya yang ingin Ia ungkap. Rahasia ribuan tahun tentang klan juga negerinya.

“uhuk uhukk... menggunakan api biru butuh tenaga yang sangat besar. Sekarang aku letih sekali. Bisakah kita istirahat sebentar.." wajah Erick terlihat pucat meski kulitnya memang putih. Matanya pun terlihat lelah. Ia langsung saja berbaring diatas rumput, dibawah bayangan pohon tempat Adryan duduk bersandar.

Kkrrr…..

“Suara perut siapa itu?” Tanya Joseph.

“hehe.. hee..” Adryan, tertawa pelan sambil memegangi perutnya.

Peter menatapnya tegang. Lalu sret.. sret.. perlahan menggeser tempat ia duduk.

“Kau takut?? Iya..?? whaa aku lapaarr nihh.. graaa..!!!!” Adryan bercanda sambil mendekap erat Peter dan mengulum rambutnya.

“AAAAA….!!!!! JAUH-JAUH..!!! JAUH-JAUHH..!!!!” Peter kepanikan sendiri dijahili Adryan sambil meringkuk dan menutupi wajahnya.

“Eyy.. iseng ya..” Erick menjitak pelan Adryan, memintanya berhenti.

“cih.. lagi asik padahal..” Adryan merangkak menjauh meninggalkan Peter dan duduk lagi di posisinya semula.

“kalian juga lapar? Atau hanya aku dan Adryan saja?” Tanya Damian. Akhirnya Ia jujur setelah beberapa saat menahan perutnya yang keroncongan.

“astaga.. kenapa tidak bilang..” permata Skystar di mahkota Nathanael bersinar. Dalam hati Ia merapal mantra, memanggil…

Syuu…. Beberapa ekor Pegasus turun dari langit dan mendarat di depan mereka. Membawa masing-masing sekantung apel merah, jeruk, melon juga madu yang masih lengkap dengan sarang lebahnya. Aroma manis dari buah-buahan yang ranum cukup menggoda. 8 Raja disana pun takjub karena belum pernah melihat Pegasus dari dekat. Sekujur tubuh serta sayap mereka putih bersih dengan surai dan ekor berwarna biru gelap.

“terima kasih..” Nathanael membungkuk pada para Pegasus seraya berterima kasih. Setelah meringkik menjawab Raja mereka kuda-kuda langit itu kembali mengudara.

Andrew pun berinisiatif..

“biru nila turquoise hijau putih.. Dewa kami Neptunus, berkahi kami dengan rahmat Mu.. limpahan air yang segar nan menyejukkan..” Andrew merapal mantra seolah seperti berdoa pada Dewa nya. Titik-titik air perlahan muncul, lama kelamaan menjadi banyak menggumpal di udara.

Erick tersenyum seraya memainkan pergelangan tangannya. Ia menciptakan sebuah teko besar dan 9 buah gelas dari Kristal. Tanpa bicara lagi Andrew mengerti dan menempatkan air yang ia kumpulkan ke teko yang baru Erick buat. Kini mereka sudah mendapat buah-buahan untuk dimakan dan air untuk melepas dahaga.

“… ngg.. ta.. tapi buah tak cukup untuk mengisi Magia ku…” Ryota lesu, Rubah juga memakan buah namun rasa letih setelah berpindah-pindah tempat membuatnya ingin makan daging.

“lah kau pikir bagaimana denganku? Aku bahkan tak bisa makan buah..” Adryan berdiri lalu turun menuju sungai dibawah tempat mereka berkumpul.

“Oii Dragon, mau ikut tidak? Memang kau bisa makan buah dan madu?”

“Oh, ya.. bisa sih, tapi sedang kurang selera.. aku ikut kau saja..” Erick mengekor langkah Adryan. Ryota juga ikut tapi Adryan mencegahnya.

“Oi Rubah, kau tak perlu ikut, buatkan bara api dan tunggu kami disana ya..”

“Tidak usah ikut? Oke..” Ryota memiringkan kepalanya lalu setuju dengan usul Adryan. Ia lalu mengumpulkan kayu kering di sekitar sana untuk membuat api. Cyrus dan Damian pun menemaninya karna tak ingin Rubah itu bekerja sendiri.

“jadi.. katakan padaku, Adryan Dawson..

Bagaimana caramu menangkap mereka?” sambil nangkring di dahan pohon yang rendah di tepi sungai, Erick bertanya pada Adryan.

“di Draecorona kau juga memangsa mereka ‘kan? Aku juga penasaran bagaimana caramu berburu..

Kalau kami sih.. HUP..!!” Adryan memantik listrik dari jemarinya lalu menembak seekor ikan karper yang tengah bersembunyi dibalik batu.

Bztt.. CEPYAKK.. CEPYAKK.. ikan yang tersetrum listrik itu pun mati dan dengan mudahnya dipungut Adryan.

“kukira kau akan gunakan cara tradisional..

Fuuu….” Erick menghembus napasnya yang dingin, membekukan air sungai hingga ikan-ikan di dalamnya terjebak dan dengan mudah ditangkap.

“kalau ada cara mudah kenapa pakai yang susah”

Hanya dalam waktu singkat pasangan karnivora itu mengumpulkan mangsa mereka. Ikan yang didapat rata-rata jenis karper dan ikan salem.

Asap mengepul dikala para half-beast memanggang ikan hasil tangkapan mereka. Air dan lemak yang menetes dari ikan-ikan bakar itu menghasilkan bunyi desis ketika jatuh ke api. Semakin matang, aroma yang tersebar makin menggiurkan. Peter membelah dan mengupas buah-buahan dengan pisau perak miliknya. Nathanael yang kurang suka kulit apel pun mengupas sendiri apel yang ingin ia makan. Dedaunan bersih yang Joseph kumpulkan menampung patahan sarang madu yang manis. Andrew menuangkan air ke masing-masing gelas untuk mereka minum. Suasana damai kala itu membuat mereka seolah lupa sedang berada ditengah misi penting untuk mencegah kehancuran dunia.

“nyam.. nyam..”” dengan lahap Ryota mengunyah daging ikan karper hasil buruan Adryan dan Erick.

“Makan yang banyak yaa.. kalau kurang akan ku buru lagi” seperti biasa ekor Adryan mengibas, Ia pun senang melihat Ryota senang.

“Hooh” jawab Ryota singkat tanpa menoleh. Daging manis ikan karper segar memang sangat lezat. Apalagi jika berasal dari sungai yang jernih.

Kress.. kress.. madu sarang pemberian Pegasus garing dan manis sekali. Joseph dan Cyrus dengan riang menyantapnya.

“kapan-kapan, kalian mampir lagi ke Nereida ya.. kita kumpul di taman Stadscentra. Disana wewangian bunga yang bermekaran dapat tercium dan sangat menyegarkan lho..” ajak Cyrus. Sisa madu yang tersela di ujung bibirnya Nampak berkilau.

“ngh.. kalau musim gugur datang akan kuajak kalian piknik di hutan Shakumori, dekat Kuil ku.. dedaunan kuning kemerahan nya sangat cantik lho.. minum teh melati dan roti kacang merah terasa sangat nikmat saat kita duduk santai dibawahnya..” Ryota tak kalah bersemangat menceritakan negerinya. Ia sudah lupa dengan kengerian Bukit ilusi dan isinya.

“jangan kapok piknik disini juga ya.. Asteria punya banyak tempat menarik untuk dikunjungi lho.. dari air terjun hingga taman bermain.. Kujamin kalian tak akan bosan” balas Nathanael yang masih mengunyah apel yang kulitnya sudah dikupas.

“.. setelah ini akankah dimulai?” Andrew berujar pelan.

“apanya yang mulai?” Tanya Damian karena perkataan Andrew kurang jelas.

“relasi 9 klan, akankah membaik tidak lagi saling bermusuhan seperti sebelumnya? Entah mengapa aku merasa nyaman lho.. menghabiskan waktu bersama kalian begini..”

Semua terdiam, ada benarnya yang Andrew katakan. 2000 tahun lamanya generasi mereka saling bermusuhan dan takut satu sama lain. Bekas luka pasca perang Gate of South seolah tak kunjung pudar. Dalam hati 9 klan saling membenci dan menghindar agar tak bertemu. Tapi kini, 9 Raja nya berkumpul makan bersama bahkan saling mengajak untuk mampir melihat keindahan negeri mereka masing-masing.

“Andrew

Aku tau sejak awal kau tak takut padaku dan Adryan.. karena memang tidak ada yang perlu ditakutkan dari kami. Kala perang semua mengamuk saling bunuh tak pandang kawan atau lawan. Tak hanya Dragons, Beast, atau Kitsune.. bahkan yang se suci Demigod saja menggunakan sihir mereka untuk menyerang pikiran dan jiwa lawannya bukan?

Semua tergantung pada diri kita dan klan kita.. apakah mau saling menerima atau tetap sembunyi dibalik bayang-bayang ketakutan.. saat ini aku, Adryan dan Ryota membuktikan bahwa kami tidaklah seganas itu. Kami sama seperti kalian semua, kita semua memiliki peran masing-masing di dunia ini demi menjaga keseimbangannya.. kedamaian tidak akan pernah kita dapatkan jika masih ada setitik kebencian dalam hati kita..” penjelasan Erick panjang namun mengurai kebenaran dengan jelas. Semua yang ada disana terdiam tanpa menyela karena mengakui apa yang Erick katakan.

“uhm.. yaa.. maaf ya Erick, Adryan.. kalau aku sempat takut pada kalian.. padahal kalian sebaik ini..” Peter menggaruk kepalanya merasa tidak enak. Adryan memang jahil sedari awal tapi jahil yang membuktikan bahwa dirinya tidaklah jahat.

“sok tau, aku jahat lho… whaa...” Adryan mendekatkan wajahnya, iseng pada Peter, lagi.

“IIHH napasmu bau ikan..!!” Peter menjepit hidungnya, menjauh dari wajah Adryan.

“hahahahahah….” Melihat tingkah abstrak mereka para Raja lain pun tertawa.

Matahari semakin naik tanda hari semakin siang di Asteria. Tak terasa mereka harus segera melanjutkan perjalanan ke negeri berikutnya. Menuju ke Barat Arc Chaestra atau bagian utara Asteria yakni Mavr Lykos, negeri yang dipimpin oleh Damian.