webnovel

Maroon Red

Adryan memimpin di depan berjalan dengan semangat sambil bersenandung. Ekornya yang bergoyang ke kiri dan kanan membuat Nathanael merasa gemas. Sang Celestial akhirnya memberanikan diri untuk berjalan di sisinya.

“Groilandia sangat sejuk ya.. apa karena disini hutannya sangat dijaga?”

“tentu saja.. ada beberapa hutan berusia jutaan tahun yang masih tetap kami jaga disini.. kami hanya membuka lahan jika benar-benar dibutuhkan saja.. reboisasi pun secara teratur kami lakukan..

Jika kami berniat meninggalkan sebuah desa dan membangun desa baru, kami kembalikan desa lama ke alam.. kami ratakan perumahan seperlunya dan tanam kembali pepohonan.. dengan begitu alam tetap terjaga..” mereka melalui bekas sebuah desa ditengah perjalanan. Masih terlihat sisa-sisa lantai dan dinding rumah. Namun bagian atap dan pagar rumah sudah dihancurkan. Pepohonan beragam jenis kini tumbuh subur di reruntuhan desa itu. Memberikan kesan misterius tersendiri dari sebuah peradaban yang terbengkalai.

“memang benar masing-masing dari kita punya sisi lain yang tidak kita ketahui ya.. dibalik liarnya Beast dan elemen petir nya kalian sangat mencintai hutan dan alam..” sahut Peter yang tiba-tiba berada di sisi kiri Adryan. Chaldene hanya memiliki dua musim, hujan dan kemarau. Sejuknya Groilandia mengingatkannya pada Chaldene pada musim hujan. Nyaman dan syahdu.

“satu per satu.. secara perlahan jika kalian mau.. kita bisa mulai kembali dari awal. Benar begitu, Siren?”

“…..” Andrew tidak menjawab. Sambil menunduk Ia memperhatikan panah kompasnya yang sedari tadi menunjuk ke arah yang tak tentu.

“Andrew?” Erick ikut menegur hingga Andrew pun tersadar.

“.. panahnya kok begini ya.. lihat deh..” Andrew menyodorkan Broken compass nya. Mereka semua pun menghampiri dan memperhatikan panah Broken compass.

“iya.. ya.. gerakannya tidak spontan, tapi pelan-pelan ia berbelok ke kanan dan kiri..”

“apa Broken compass mu benar-benar jadi.. rusak?” ujar Cyrus.

“tentu tidak mungkin.. kalau bukan kompas ku berarti.. kuncinya?”

“kuncinya berpindah-pindah?”

“iya.. bisa jadi seperti itu ‘kan? Ini tantangan kunci Gate of South yang disembunyikan di Groilandia..”

“lalu bagaimana kita cepat menemukannya kalau terus berpindah-pindah?”

“tunggu sebentar, apa kalian memikirkan apa yang kupikirkan?” sahut Erick yang menyadari sesuatu.

“apa itu Erick??”

“panahnya.. agak menunjuk ke atas.. tak sepenuhnya menunjuk ke depan kita..” bentuk Broken compass yang merupakan sebuah bola kaca membuat panahnya mampu menunjuk ke mana saja bahkan ke atas atau ke bawah.

“ke atas..??” Adryan pun menyadari sesuatu. Jauh di atas mereka terdapat sebuah awan kecil yang menggumpal.

Itu bukanlah jenis awan cirrus atau stratus yang saat ini sedang mendominasi langit. Hanya segumpal awan cumulus kecil diantara langit luas. Warna awan itulah yang menarik perhatian, yakni putih agak kekuningan.

Itulah yang menarik perhatian 9 Raja pada awan kecil itu.

“aku tak keberatan kalau harus terbang dan memeriksanya..” usul Nathanael.

“boleh, silakan saja..” Adryan mempersilakan. Nathanael pun terbang menuju awan itu setelah mengeluarkan Chriso macairi.

“3th style.. Windbreaker…”

Syutt.. tiba-tiba saja awan itu bergerak menjauh seolah hidup, menghindar ketika akan diserang oleh Chriso macairi.

“HAH?!”

Tak hanya Nathanael semua yang melihat hal itu pun terkejut.

“Kok aneh sih?! Hup..!!” Nathanael tidak menyerah, Ia tetap menyerang awan itu dengan tombaknya namun memang sihir pelindung kunci Gate of South, membuat segalanya tidak mudah.

“diam-diam donk.. heyy..” Nathanael tidak kalah gesit, tapi sang awan yang kabur kesana-kemari cukup menyebalkan. Karena gemas sendiri Cyrus pun membuka sayap dan ikut membantunya.

“ayo ayo.. mau kemana nih..” sambil merentangkan tangan sang Prince of Pixies berusaha menangkap awan kuning itu. Dan nyatanya sang awan berhasil berkelit dan menghindar.

“oi Dragon, berubah wujud donk?” pinta Adryan.

“kenapa? Terbang ku tidak secepat Nathanael ataupun Cyrus lho.. kau mau menyuruhku mengejar awan itu juga?”

“bukan, aku mau menumpang”

“oh”

Erick lalu berubah menjadi Dragon. Adryan ikut naik di punggungnya dan terbang ke langit. Damian yang tak mau kalah berubah wujud menjadi elang dan ikut mengejar sang awan.

(terus kita ngapain?) *Peter

(tunggu saja) *Joseph

(iya kita nonton saja dari sini) *Ryota

(membosankan..) *Andrew

Awan kuning itu kini dikepung oleh Dragon Erick dan Adryan, Nathanael, Cyrus, dan elang Damian.

“AAA…!!!!!”

“YHAAA…!!!!!”

“WHOOAAAA…!!!!!” semua menyerang secara serentak.

Sett… awan itu kembali berkelit. Nathanael hampir menabrak Cyrus kalau Ia tak segera mengubah arah kepak sayapnya, ekor Erick hampir saja menghantam Damian. Sementara Adryan, melompat tinggi ke atas.

“.. dry lightning..” jemari Adryan menembakkan petir kuning. Bagaikan anak panah petir itu mengarah tepat ke targetnya dan tak lagi kabur ke sana kemari.

Setelah tersambar awan itu perlahan buyar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menampakkan kunci berhias batu Garnet. Tak lagi ditopang awan, kunci itu perlahan jatuh ke bawah.

“hup, dapat..” Cyrus menangkap kunci itu tepat sebelum jatuh terlalu jauh ke bawah.

“Yeah, misi di Groilandia selesai~” Mereka berlima pun turun ke darat untuk kembali berkumpul dengan yang lain.

Namun setibanya di bawah..

“JAUH-JAUH..!!! JAUH-JAUHH…!!!!”

“ADRYAN MANA..??? INI TERLALU MENGERIKAN… TOLOONNGG…!!!!”

Joseph, Peter, Andrew dan Ryota dikepung sekelompok Beast berjenis Lion dan Lioness. Sebagai pertahanan Peter melindungi diri mereka dengan kubah pelindung dari tanah. Mereka berempat saling memeluk ditengah kepanikan karena para Beast yang mengamuk mencakar-cakar kubah batu yang Peter buat.

“Astaga..” bahkan sebelum Erick mendarat Adryan terjun dan turun di atas kubah batu itu. Ia pun berubah wujud menjadi Feline dan mulai mengerang balik.

“GGRRR… ROOAARR..!!!!!”

“RAAOO..!!!! GRRR….” Sekelompok Lion itu membalas. Sama seperti Dragon Gideon ketika di Draecorona, mata mereka semua merah menyala.

“mereka juga kena ya..” gumam Erick. Samar-samar Ia bisa mengendus Magia yang sama dengan yang mempengaruhi Gideon sebelumnya.

“HRR.. GRROOAARRHH… HRRR….!!!!!” Adryan meraung sekuat yang Ia bisa. Raungan khas Command of Beast, yang bisa terdengar hingga 8 km jauhnya. Eye of Pride pun ikut bersinar. Eye of Pride adalah Leader item klan Beast berupa bros dengan bentuk sebuah bola mata Beast berwarna hijau yang dipasang dalam bingkai emas dan dihias rantai emas menjuntai dan terpasang di dada Adryan.

Orang-orang di desa terdekat yang sedang lalu lalang dengan kegiatan mereka masing-masing pun tertegun keheranan mendengar auman dan merasakan pancaran sihir dari Eye of Pride. Benarkah sang Command of Beast sedang berada di dekat mereka? Di desa kecil ini? Bukankah seharusnya beliau di kastilnya yang berada di Ibukota nan jauh disana?

Auman Adryan tidak dihiraukan oleh kelompok itu. Bahkan perintah mutlak dari Eye of Pride diabaikannya. Mereka tetap mencakar-cakar kubah pelindung Peter. Tak ada jalan lain, Adryan pun menerjang, adu gigit dan cakar tak terhindarkan diantara mereka.

“GGRR.. NGGHHH..”

“RAOO RAOO… RRRRRR”

Adryan bertarung dengan seluruh bagian tubuhnya. Taring, cakar, kaki, hingga ekor untuk menyentak. Satu lawan empat. Ukuran tubuh mereka sama namun karena Adryan adalah sang Command yang terlatih untuk bertarung jelas mereka sebanding. Pergelutan itu pun berlangsung cukup lama hingga satu dari 8 Raja berinisiatif..

“Sebelumnya tak ‘ku sadari~ Namun kini tak akan kulepaskan~

Perasaan nyaman, perasaan ini.. aku menyukainya~

Dan tak ‘kan pernah ku lepaskan.. yeah yeahh~”

Sang Prince of Pixies, bernyanyi untuk yang pertama kalinya setelah mereka berkumpul. Suaranya sungguh lembut dan manis. Nada yang Ia nyanyikan stabil dan memukau mereka yang mendengarnya. Desas desus yang beredar selama ini memang benar, Pixy merapal mantra mereka dengan lagu. Dan mantra yang Cyrus rapal ialah sihir musim semi berupa tanaman rambat yang mengikat para Lion dan Lioness agar berhenti menyerang dan tak bisa melawan.

“NGGHH… GRRR…” sekelompok Lions itu memberontak dengan tubuh yang terlilit tanaman rambat. Adryan yang bulunya sudah mulai lusuh pun kembali ke wujudnya semula.

“terima kasih.. Pixy..” terlihat debu menemper di rambut nya yang abu-abu. Ia pun menyentak ekornya agar kembali rapi juga mengibas bajunya agar bersih dari debu.

“Cyrus Xaviersky.. aku kita semua ‘kan sudah memperkenalkan diri di awal..”

“justru itu panggilan kesayanganku pada kalian.. peka sedikit donk”

“hemm….”

“batu khas Groilandia, Garnet?” Tanya Joseph yang belum mengetahui.

“iya.. kau pikir kenapa kami memakai warna merah marun sebagai warna khas pada pakaian dan bendera?”

“benar juga.. Celestial Aquamarine.. Siren Amethyst.. Shapeshifter Onyx..”

“Demigod?”

“Berlian..”

“jadi setelah ini kita cari kunci berhias Berlian ya?”

“setelah ini? Oh iya ya.. aku baru sadar kita akan kembali lagi ke Vouna..” Joseph mengambil kapur sihirnya, Ia bersiap menggambar lingkaran sihir untuk teleportasi dan mencari kunci selanjutnya bersama 8 Raja.