webnovel

60 Days I Love You

Cerita tidak tersedia!

mrslan_ · Urban
Not enough ratings
197 Chs

Bab 7

Arya dengan lahap menghabiskan sarapannya.

Pria tampan berkulit putih itu sudah menyiapkan rencana untuk membalas dendam kesumatnya pada sang istri.

"Abang tunggu kamu dikamar, Uli."

Tanpa menunggu jawaban sang istri Arya sudah berjalan menuju kamar mereka.

Meninggalkan kedua orang tua dan seorang istri yang bertanya-tanya.

Hampir sepuluh menit menunggu akhirnya wanita itu datang juga. Penampilannya sungguh menggugah iman.

Tubuh Uli yang kecil tercetak jelas dengan kaos hitam dan celana jeans selutut yang begitu ketat dibadannya.

Arya menatap tajam manik mata istrinya. Kali ini kesabaran pria itu benar-benar diuji.

"Kenapa, Bang?" tanya Uli dengan polosnya.

"Uli, apa maksudmu mengatakan hal seperti itu didepan kedua orang tuamu ha?!" tanya Arya yang kesabarannya sudah diuji sejak hari pertama pernikahan.

"Aku hanya berkata hal sewajarnya yang dilakukan pasangan pengantin baru saat bangun kesiangan," jawab Uli santai seperti tanpa beban.

Gadis dengan rambut di kucir kuda itu memang berkata jujur.

Beberapa kali menghadiri pesta pernikahan para teman dan juga kerabat di desa sebelah.

Saat esok hari pasangan pengantin pasti bangun terlambat dengan alasan kelelahan.

"Tapi ini berbeda. Kita bukan pasangan pengantin normal pada umumnya!" pekik Arya tak terima dengan jawaban Uli.

"Apa bedanya? Kita juga diberkati Tuhan. Kita juga melakukan ritual adat sesuai dengan syariat kampung ini," kata Uli masih dengan bodohnya.

Memang semua yang diucapkannya itu benar.

"Bagaimana pernikahan ini bisa sah secara agama dan hukum saat nama yang bersanding denganmu adalah 'Hamonangan Pemberani' bukan 'Arya Wiraguna'. Dasar wanita bodoh," gerutu Arya menjatuhkan kasar bokongnya di kasur.

"Lalu kenapa? Yang jelas pria dihadapanku inilah yang mengucap janji suci dihadapan Tuhan. Menemaniku dalam susah dan senang sampai sehidup semati."

Uli berkata sambil menghampiri Arya. Wanita itu berdiri tepat dihadapan suaminya menandakan sedang protes.

"Uli, kamu benar-benar menguji kesabaran ku." Arya meremas rambutnya frustasi.

"Maaf ..." ucap Uli lirih kepalanya menunduk pertanda menyesali perbuatannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya.

Emosi yang beberapa menit lalu datang tiba-tiba hilang dalam hitungan detik saat melihat wajah frustasi Arya.

Kalau dipikir-pikir wajar saja pria tampan itu marah bahkan mengamuk sekalipun, karena disini dia hanya korban.

Arya harusnya menikmati liburan bukan malah menikah dengan wanita yang tidak dikenal sama sekali.

Mengingkari janji yang telah diucap dihadapan Tuhan tak semudah membalikkan telapak tangan.

Itulah alasan Arya tidak memberontak lagi saat sah menjadi suami Uli.

"Akan ku berikan padamu arti suami istri yang sesungguhnya," ucap Arya tersenyum devil menatap Uli yang berdiri kaku didepannya.

"Apa katamu?" tanya Uli pelan. Telinganya belum tuli.

Namun, ia ingin memastikan maksud dari perkataan Arya. Jantung wanita itu sudah berdegup kencang.

Pikirannya berkelana entah kemana.

Tanpa aba-aba Arya menarik pergelangan tangan Uli.

Membuat wanita itu terjatuh tepat diatas Arya yang entah sejak kapan posisinya sudah terlentang.

Dalam hitungan detik Arya memutar posisi. Uli kini berada dibawah kungkungannya.

"A–apa yang kamu lakukan?" tanya Uli terbata-bata keringat dingin sebesar biji jagung memenuhi keningnya.

Bahkan ketiaknya sudah basah karena gugup.

Arya tidak menjawab. Pria itu sibuk tersenyum dan memandang wajah Uli penuh nafsu.

"Lepaskan aku, Arya." Uli mencoba memberontak. Namun, sayang kekuatannya masih jauh dibawah Arya.

Puas memandang wajah imut istrinya yang bertubuh kecil itu Arya melayangkan kecupan manis dibibir sang istri.

Kini kedua pergelangan tangan Uli dikunci oleh tangan kanan Arya.

"Aaahhh kamu mencuri ciuman pertamaku pria kota!" pekik Uli tak terima.

Wanita itu menggerakkan badannya pertanda bahwa ia berontak.

Uli tidak sadar jika gerakannya semakin mengundang hawa nafsu Arya.

Dengan nafas memburu dan mata yang dipenuhi kabut nafsu Arya melumat bibir ranum istrinya itu.

Pria itu tidak memperdulikan perlawanan yang dilakukan Uli.

Cukup lama ia bermain disana sesekali menyesap dan menggigit kecil kala empunya tak membalas.

Tangan kanannya tak mau diam mencoba menggelitik perut ramping nan mulus milik istrinya.

Puas dengan bibir istrinya Arya turun ke leher jenjang putih bak porselin tersebut. Meninggalkan jejak kemerahan pada tubuh Uli.

Sedangkan sang istri hanya bisa pasrah merasakan hal aneh yang sama sekali tidak pernah dirasakannya.

Buliran air mata jatuh membasahi pipi tanpa izin. Namun, Uli ingat dialah yang bersalah.

Sejak hari pertama dia yang menggoda Arya, jadi wajar saja jika laki-laki itu terpancing.

"Aku baru melakukan pemanasan. Namun, wajahmu sudah seperti diperkosa saja."

"A–aku belum siap," kata Uli terbata-bata. Dia bahkan masih merasakan aroma mint dari dalam mulut Arya.

"Jika tidak siap jangan pernah berkata pada orang lain tentang hal yang tidak pernah kita lakukan," ucap Arya memperingati.

"Ma–maaf. Aku hanya ingin terlihat seperti pasangan pengantin baru pada umumnya." Uli berkata jujur.

"Aku tahu itu. Kamu juga harus tahu bahwa aku tidak suka melihat wanita yang bersifat murahan."

"Tingkah mu kemarin dan hari ini sungguh membuatku muak. Jika tidak ingin hal lebih jauh terjadi maka berhentilah bersikap seperti jalang murahan," ucap Arya meninggalkan Uli.

Pria itu berjalan menuju kamar mandi menuntaskan hasrat yang telah terbangun.

"Aku hanya ingin terlihat seperti pasangan normal lainnya ..." lirih Uli menarik selimut membaringkan tubuhnya diatas kasur.

***

Dibelakang rumah tak jauh dari peternakan ayam milik keluarga Uli tampak sepasang manusia tengah memadu kasih.

"Dek, masakan adek makin hari makin nikmat saja Abang rasa." Rayuan gombal keluar dari bibir Luhut.

Luhut si pria berbadan tegap kulit hitam eksotis. Salah satu pria yang ditakuti di Desa Suka hati.

Abang Uli satu-satunya. Hari ini pria sangar dengar rambut gondrong yang diikat itu tengah memakai celana bokser dan kaos putih polos.

Kotoran dimatanya belum sempat tersapu air saat tahu bahwa sang pujaan hati datang membawakan sarapan pagi.

"Itu karena Naina serius untuk menjadi istri Abang."

Salah satu wanita cantik di Desa Suka Hati. Entah apa yang membuat Naina jatuh cinta pada Luhut yang pengangguran dan seram itu.

Luhut memang tidak ingin bekerja. Harta orang tuanya tidak akan habis jika hanya memberi makan anak dan istrinya kelak.

Apalagi dia adalah anak laki-laki satu-satunya sudah dipastikan harta keluarganya akan jatuh ditangan pria sangar itu.

"Kalau itu tak perlu khawatir. Abang sudah bicarakan pada Mamak dan Bapak agar segera melamar mu. Aku tidak ingin nantinya anak si Uli lebih besar dari anak kita," kata Luhut dengan mulut penuh makanan, menatap manik mata kekasihnya itu.

Pagi ini Naina memasakkan Ikan Mas arsik kesukaan Luhut.

Hampir lima tahun menjalin cinta tentu saja membuat keduanya sudah mengenal jauh satu sama lain.

Kadar cinta Luhut pada Naina tidak perlu diragukan lagi. Dari bangku sekolah menengah pertama pun Luhut sudah mengincar Naina yang seumuran dengan adiknya Uli.

Awalnya memang ada penolakan dari gadis cantik sang kembang desa itu. Namun, lama kelamaan gadis itu jatuh dalam pelukan Luhut.

Naina dan Uli teman satu sekolah. Kecantikan mereka hampir sama.

Namun, karena tubuh serta wajah Naina yang menarik membuat para pria lebih menyukainya sedangkan Uli gadis itu dikenal dengan gadis imut-imut.

Perkembangan tubuhnya hanya segitu-gitu saja dari dulu padahal makannya banyak.

Jika Naina disapa Sandra Dewi maka Uli kerap dipanggil Michelle Zuidith.

"Abang ..." ucap Naina dengan manjanya sambil tangannya mencubit halus lengan kekar Luhut.

"Ahh kamu jangan seperti ini, Dek. Ular kadut saudara kandungku bisa belingsatan dibawa sana nanti," ucap Luhut mencoba memperbaiki duduknya yang sudah terganggu.

Jika sang Bapak menamai barang pusakanya si Ucok maka Luhut menamai barangnya Ular Kadut.

Setiap menerima perlakuan manja sang kekasih selalu membuat milik Luhut menegang.

Tapi, mereka tidak pernah melakukan hubungan sejauh itu.

Bagaimanapun kejamnya Luhut dihadapan warga kampung ia masih taat akan aturan desa serta takut pada Tuhan.

"Abang mesum," ucap Naina malu-malu rona merah mudah terlihat jelas di pipi putihnya.

"Kamu kan tahu jika berada di dekatmu Abang selalu kehilangan konsentrasi. Jadi tolonglah untuk tidak melakukan hal yang membuat Abang hilap sebelum pernikahan."

"Naina percaya bahwa Abang tidak akan menyentuh Naina sebelum kita halal."

"Hari ini kamu bawa ikan. Abang jadi punya satu tebak-tebakan."

"Apa itu, Bang?" tanya Naina kepo.

"Ikan, ikan apa yang imut?" tanya Luhut sembari menangkup wajah kekasihnya dengan kedua telapak tangan miliknya (ya ialah gak mungkin pake tangan Arya. Bisa putus ditebas Luhut).

"Naina enggak tahu, Bang," jawab Naina dengan malu-malu.

"Iii kamu ..." kata Luhut dengan gemas kemudian mencium kening Naina dengan penuh kasih sayang.

"Luhut!" teriak yang mulia ratu memanggil anak sulungnya.

"Matilah aku jika wanita tua itu melihatku mencium Naina," batin Luhut.