webnovel

PENGENALAN

Semua mata tertuju pada ketiga anak lelaki, mereka berjalan dengan gagah dan angkuh menyingkirkan beberapa orang dengan hanya menyipitkan mata, tiga lelaki yang di takuti dan di segani datang untuk mengidentifikasi semua siswa-siswi yang memiliki sebuah dosa.

Bukan teriakan kegirangan dari para penonton, keadaan menjadi sebaliknya diam dan tegang seakan mereka sedang di interogasi oleh guru BK, karena sekolah ini adalah wilayahnya dan mereka harus membasmi para hama pengusik yang hanya merusak sebuah fondasi. Arkan meraih kerah salah satu siswa yang telah ia tandai sejak lama, ia melempar siswa itu ke tembok dan mencekiknya seluruh siswa berhamburan saat menyadari itu, siswa ternilai rajin dan selalu mendapatkan nilai yang baik ternyata memiliki kedok tersembunyi di balik kacamata besarnya itu.

"Cuih," Arkan meludahi anak lelaki itu tepat di wajahnya yang sudah bisa dibayangkan betapa menjijikkannya kelakuan siswa itu.

"Hidupmu atau keluargamu?" pertanyaan yang membuat semua orang merinding bila mendengarnya, Arkan melontarkan pertanyaan setelah ia melihat lebih dalam perlakuan siswa itu yang sangat menjijikkan, anak itu gemetar dan tak sanggup berbicara arkan pun melemparnya ke lantai.

"Ah! Sakit ampun!" teriak kesakitan siswa itu bergema karena Afik menginjak lengannya.

"Mau berbicara di sini atau di alam bakal?" celetuk Afik sambil menginjak kaki siswa itu.

"Apa aku harus membuka portal agar kita bisa menyiksanya dengan nyaman?" tawar Ale di sela-sela kesakitan. Ale salah satu anggota yang memiliki kekuatan pembuka gerbang untuk membawa manusia-manusia pendosa untuk di berikan kesempatan atas pengakuan dan kelakuannya yang kejam terhadap manusia lain.

Arkan sebagai ketua geng itu menyerkai rambutnya yang mengganggu penglihatannya itu dan saat itu Arkan menatap seluruh siswa-siswi yang berada di tempat dengan tajam Arkan pun mencoba menghipnotis mereka dengan tatapan tajamnya sembari mulutnya berkomat-kamit membaca mantra, siswa-siswi pun berjatuhan saat itu pula Ale membukakan gerbang membawa siswa itu menuju tempat penyiksaan sesungguhnya.

Afif dengan tenaganya menyeret siswa itu, Ale pun menutup gerbang meninggalkan siswa-siswi terlelap dalam beberapa menit agar melupakan kejadian yang telah terjadi, Afif mengangkat kedua jarinya ia memanggil roh pedang suci agar dapat ia pakai untuk menghukum jiwa kotor ini Afif pun meniupnya.

"Afif, redam amarahmu. Dia belum mengakui kesalahan dan menentukan pilihan antara hidupnya atau keluarganya," ucap Arkan si paling sabar di antara mereka, Afif mengangguk dan menggenggam pedang itu.

"Selamat datang di tempat penyiksaan ini Rendi, sebelum waktu penghukuman bisakah kamu memberikan pembelaan atas perlakuanmu? Karena di sini tidak ada pengacara silakan mengutarakan semuanya sebelum kami yang mengutarakannya," ucap Arkan lugas.

"Memang, seberapa banyak kalian tahu tentang perlakuanku terhadap keluargaku. Seharusnya ini bukan urusanmu!" cetus Rendi.

"Heh mulut busuk! Seharusnya kau langsung kepada pembelaanmu!" teriak Afik yang sudah memegang pedang dengan erat.

"Tahan Afik, akanku berikan waktu 1 menit lagi untuk kau mengakui kesalahan dan ini akan menjadi pengampunanmu," ujar Arkan kembali memberikan kesempatan kepada Rendi.

"Baiklah, aku memang tidak pernah mendengarkan ucapan orang tuaku, mencuri dan menindas mereka, sudah cukup?" ucapnya dengan tatapan tengil.

"Ah! Saya sudah tidak tahan lagi!" teriak Afik penuh amarah saat melihat tatapan Rendi, dan 'wiussh' pedang melayang memisahkan leher dan kepala Rendi, Rendi tiada.

"Afik! Ingat kata Hiunga bahwa kamu harus lebih menjaga amarahmu, apa yang kamu lakukan ini akan membuat Rendi tidak di ampuni di alam baka sana!" ucap Arkan memarahi Afik.

"Sudah kak Arkan, Afik mari kita bacakan doa untuk jiwa ini dan selesaikan tugas hari ini," ucap Ale menengahi. Mereka pun menurutinya dan menggenggam tangan bersamaan, dengan khusyuk membacakan doa serta mantra untuk pemenangan dan pengampunan jiwa.

***

Waktu berlalu begitu cepat, seharian mengurusi Rendi membuat ketiga pria kelelahan, mereka bertiga pun memutuskan untuk makan di sebuah restoran yang berada tak jauh dari rumah mereka.

"Aku sangat lelah karna terlalu mengeluarkan amarahku," jelas Afik, mereka berdua pun menatapnya sebal.

"Ya lagian lu udah di larang sama kak Arkan malah ga denger, batu dasar!" bentak Ale yang kesal akan pengakuan Afik, "Aduh!"

"Rasain tuh!" ucap Afik sehabis memukul kepala Ale.

"Jangan main kepala dong! Liat kak Arkan afik!"

"Mengadulah sana, dasar anak cengeng ga seharusnya lu jadi bagian pembasmi jiwa!' cetus Afik.

"Diam!" gertak Arkan tak kuat mendengar mereka berantem, Arkan pun marah dan berjalan mendahului mereka.

"Kak Arkan!" teriak mereka bersamaan.

Tiba-tiba Arkan berhenti melangkah, ia seperti orang kesakitan dan seketika sebuah bayangan muncul Arkan memegangi keningnya mencoba meringankan nyeri di kepalanya namun, sebuah penglihatan yang menyakitkan masuk ke dalam batinnya membuat ia membayangkan dan menimbulkan sesak di dadanya.

"Kak Arkan!"

~~~

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Tetap setia membaca dan jangan lupa beri bintang untuk mengapresiasi penulis 🙏selamat membaca!!!