35 Suami... apakah istrimu bisa duduk di sini?

Uhh! Kaili melotot, mulutnya pun membuat bulatan, 'O'. Saat ini hanya dua kata yang terlintas dalam benak Kaili, 'Dexter mempermainkannya!'

Tapi hatinya mendadak hangat. Tidak terduga, Dexter melakukan permainan kecil seperti ini. 

 

Jika tadi Kaili dirundung rasa ketahuan, maka kali ini dia berkata dengan sangat tegas, "Suamiku tersayang, dapatkah istrimu duduk di meja yang sama denganmu?"

 

'Uhukk!!'

Dexter yang ketepatan saat itu sedang minum, tiba-tiba langsung tersedak. Untung saja air itu telah ditelannya hingga masuk ke tenggorokan, jika tidak, bisa dipastikan wajah Kaili yang cantik terkena semburan. 

 

"Suami? Kamu tidak apa-apa?" Kaili menepuk-nepuk punggung Dexter. 

 

Dexter bergidik ngeri melihat tingkah Kaili yang seperti ini. Wanita ini dari mana belajar genit seperti ini? Kening Dexter mengerut memikirkannya. 

 

"Apa semuanya baik-baik saja?" Kaili bertanya dengan cemas. 

 

Dexter menyingkirkan tangan Kaili yang ada di punggungnya. "Duduk baik-baik, jangan melakukan hal yang aneh-aneh!"

 

Uuh... 

Kaili pun mengambil posisi duduk di depan Dexter. Posisi ini sangat pas, kalau Dexter menengadah pasti langsung menyorot sinar kehijauan murni pupil mata Kaili. Kaili pun demikian, matanya akan langsung menangkap mata hitam murni, milik Dexter. 

Seperti yang terjadi saat ini....

Mereka saling menatap dalam diam. Kaili menerobos masuk ke dalam pupil mata hitam yang tajam milik Dexter. Mata hitamnya seperti sumur yang bisa menelan orang ke dalam dan selamanya tidak reinkarnasi. 

 

Tetapi walau mata itu jarang sekali menunjukkan cahaya yang bisa menghangatkan, tetapi Kaili paling suka melihat mata Dexter. Matanya yang hitam kecil dan jarak merata terpisah, duduk di bawah alis yang rapi. Dan dibatasi dengan tulang hidung yang menjulang tinggi. 

 

Saat melihat Dexter, hanya satu kata yang tersirat dalam pikirannya, 'sempurna'. Kata itu paling tepat menggambarkan Dexter dengan segala keunggulan yang mencolok di tubuhnya. Tidak perlu melihat profesinya, hanya menjual tampangnya saja pun, akan banyak wanita yang siap mengantre untuknya. 

 

Memikirkan hal itu, mendadak emosi memenuhi dada Kaili. Sial! Padahal dia yang memikirkannya, dia pula yang tidak terima. Wanita memang terkadang seperti itu. 

Sementara Dexter, tanpa berkutik terus menjelajah pupil mata Kaili yang hijau murni bak giok. Bersinar, seperti giok yang sangat mahal. Dalam sekejap saja, Dexter sudah bernostalgia dengan segala fantasi yang tiba-tiba datang ke benaknya.

 

Tetapi dengan cepat, Dexter memutar matanya, dan melirik ke sembarang arah dengan malas. 

 

Kaili tidak tinggal diam, memiliki waktu yang romantis dengan Dexter adalah mimpinya selama ini, pastinya dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.

 

"Suami.... Aku sudah memberimu 3 pertanyaan, satu pun, kau tidak menjawabnya!"

Kaili tidak tahu, Dexter menyukai wanita yang seperti apa, yang bersifat manja atau sebaliknya. Tetapi, otak motorik Kaili mengatakan, sikap yang sedikit centil akan membantunya. Jelas saja, tadi Dexter yang meminta bukan, untuk dipanggil suami? Bukankah itu artinya, Dexter ingin Kaili bermanja-manja dengannya? Yahhh... Kaili memang pintar. 

 

Dexter masih mengerutkan kening, melihat Kaili, tetapi tidak melihat matanya, "3? Pertanyaan apa?"

 

Kaili cemberut dan mencubit pelan punggung tangan Dexter, "Saat kau tersedak, aku bertanya, 'apa kau tidak  Apa kau baik-baik saja?' Saat aku ingin duduk, juga bertanya, 'apakah aku bisa duduk di sini?', tetapi kau bahkan tidak menjawabku satu pun!"

 

Dengan malas Dexter menjawab, "Aku tidak jawab pun, tetapi kau sudah duduk. Untuk apa aku harus menjawabnya lagi? Tidakkah kau berpikir itu membuang energiku?"

 

"Apa? Kau bahkan  perhitungan dalam berbicara dengan istrimu!"

 

Dexter mengerutkan kening, "Jangan bersikap centil seperti itu! Sangat tidak cocok!"

 

Tadinya Dexter hanya ingin menggoda Kaili saja, tidak terduga, saat Kaili menyebutnya sebagai suami, dia malah terlena. Suara Kaili terdengar sangat merdu ketika ucapkan suami itu keluar dari mulutnya. Dexter sangat menikmati hal itu, tetapi mana mungkim dia akan mengatakannya. 

 

"Benar juga, aku kan wanita baik-baik, sangat tidak cocok untuk centil, tetapi.... centil untuk suami sendiri, nampaknya tidak salah. Bukankah itu bagus? Sikap centil juga merupakan teknik awal dari—"

 

"Bercinta?" Dexter langsung menerobos perkataan Kaili. 

 

Kaili melotot, matanya yang bulat besar itu menatap Dexter dengan malu, "Tidak tahu malu!!"

 

Baru saja Dexter akan menjawab, pelayan restoran telah menyajikan makanan mereka. Melihat makanan yang tersaji di depan meja, Kaili melupakan rasa kesalnya, sebaliknya, matanya melotot kagum pada makanan-makanan yang ada di depannya. Bagaimana bisa semua makanan ini adalah makanan favoritnya. 

 

Ikan Hairtail, ikan Crucian carp, ikan Caranginae, beberapa jenis masakam kepiting, seperti kepiting saus tiram, kepiting asparagus, kepiting lada hitam, tumis gurita, sup asam plom dan beberapa jenis masakan lobster, dan 3 jenis masakan vegetarian. 

Kaili sudah tidak bisa menahan diri lagi, lidahnya sudah tidak tahan untuk mencicipi kenikmatan yang ada di depan matanya. 

Dexter tertawa kecil melihat ekspresi Kaili yang begitu tidak sabaran untuk makan. 

Sembari memberikan perlengkapan makan Kaili, dan memastikannya bersih, dia mencemooh, "Hati-hati, air liurmu sudah menetes ke makananku!" 

"Eh..."

Kaili baru terdasar, dia telah mengatakan tidak akan makan karena masih kenyang. Tetapi ini terlalu banyak untuk seorang, bukan?

"Kau makan sebanyak ini, apa gak takut di dagingmu terselip lemak?" Kaili mencoba merayu Dexter, agar tidak menghabiskan semua makanan itu sendirian. 

"Tidak!"

Jawaban yang singkat dan jelas. Setelah begini, apa yang harus Kaili katakan. Dia memang masih kenyang, tetapi melihat makanan yang ada di depannya, mungkinkah dia akan menolak? 

"Kau tahu, daging jika diisi lemak tidak akan bagus, jadi sebaiknya kau kurangi porsi makan!"

Dexter hampir terbatuk, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresi tampannya, "Matamu yang mana melihat tubuhku tidak bagus?"

avataravatar
Next chapter