webnovel

30 Hari

Ares, Billa, Cinta, Dani dan Erik adalah sekelompok remaja dengan segala karakter dan emosionalnya mengenai dunia percintaan remaja. Mereka terjebak dalam cinta yang salah, egois, penuh dendam, iri, persaingan yang berkedok sahabat. Bermula dari Billa yang ingin kabur dari toxic relationship nya dengan Ares, Billa menjalin hubungan terlarang dengan Dani di belakang Cinta dan Ares, kesalahan mereka fatal, hingga mulai memunculkan karakter mereka yang sebenarnya satu sama lain. Saling menusuk dari belakang, saling menjatuhkan dan saling bertaruh nyawa demi cinta. Adakah yang tulus diantara mereka, apakah semuanya munafik bertopeng sahabat?

Rizki21 · Urban
Not enough ratings
5 Chs

Bab 1

Tak ada lagi yang tersisa...

Kurasakan tubuhku melayang begitu ringan, layaknya Kupu-kupu yang terbang dalam kebebasan. Kemudian jatuh berdebum begitu keras di lantai berpaving di halaman sekolah, darah berlomba-lomba keluar dari segala kesakitan yang kurasa.

Lalu mereka mulai berkerumun, sebagian histeris, sebagian berteriak meminta bantuan, sebagian mulai menyebut namaku dan merangkai-rangkai cerita seakan mereka tahu apa yang terjadi. Ada juga yang bangga karena menemukanku pertama kali dan menjadi sosok yang layak untuk bercerita ulang di depan publik.

Tapi... mungkin mereka benar sebaiknya aku tak pernah hidup dan hadir diantara kalian.

1 bulan sebelumnya...

Seorang siswi SMA tengah gelisah menanti kedatangan sosok yang dari tadi memaksa menunggunya di sebuah halte bus. Berulangkali dia melongok ke kanan dan ke kiri, tak kunjung datang juga. Hingga petang menjelang, jalanan mulai sepi.

Billa_ nama yang tertera pada nametag di seragam gadis yang sebagian tertutup dengan sweater rajut khas remaja putri itu. Dia tidak beranjak sedikitpun walau gerimis mulai menjalankan perannya untuk menambah tempo waktu yang berjalan dengan lambat. Billa merapatkan sweater nya. Dia mulai kecewa dan putus asa.

"Billa..."

Billa mendongak, dia melihat ke sumber suara yang memanggil namanya. Senyum yang sudah ia persiapkan pudar seketika dan terganti dengan bibir memucat karena kedinginan dan rasa kecewa yang ia rasakan.

"Lo masih di sini?" tanya Dani.

"Iya..." jawab Billa sambil memicing, mencoba menghalau percikan air hujan yang membuat pedih matanya.

"Udah bareng gua aja... si Ares mungkin lagi ada urusan dan nggak sempet ngabarin." lanjut Dani.

"Nggak lah Dan... udah Lo duluan aja nggak papa." sahut Billa.

Dani mematikan motornya lantas turun menghampiri Billa. Cowok itu berdiri tepat di hadapan Billa, membiarkan hujan membasahinya begitu saja.

"Gue denger dari Cinta, Ares masih suka kasar ya sama Lo?" tanya Dani.

"Enggak kok..." Billa menjawab tanpa menatap Dani.

"Gue anter Lo pulang! Ares nggak bakalan tau, toh kalaupun dia tau, gue pastiin dia nggak bakalan marah dan ngebentak Lo lagi. Dia juga nggak bakal marah kalau gue yang nganterin Lo pulang, udah ayo... mau nunggu sampek kapan!?" paksa Dani.

"Tapi Dan... Ares kalo marah tuh..." ucap Billa menggantung.

"Udah gue nggak takut sama Ares, ayok..." ulang Dani.

"Tapi Dan..." tahan Billa.

Tanpa menghiraukan ucapan Billa, Dani menarik gadis itu menuju kearah motornya lalu memakaikan helm yang sebelumnya di pakai Cinta_ pacar Dani semenjak kelas X. Kemudian menunggu Billa naik lalu memacu motornya dengan kencang.

Raungan knalpot motor Dani perlahan memudar dan kian menjauh. Dani meraih tangan Billa dan meletakkan di perutnya, begitu pula sebelah tangan lainnya.

"Soalnya gue kalau naik motor nggak bisa pelan, takut Lo jatuh." ucap Dani. Billa yang tanpa sadar merasakan kenyamanan, tidak lantas melepaskan tangannya.

Hingga motor Dani tiba disebuah rumah berpagar putih yang dipenuhi mawar rambat berwarna peach itu, barulah Billa menarik tangannya perlahan.

"Dan makasih ya, tapi sorry gue nggak bisa ngajakin Lo masuk." ucap Billa dengan pelan.

"Iya nggak papa... ya udah gue balik ya, Lo masuk aja!" balas Dani tersenyum.

Billa masih terpaku sampai Dani menghilang dibalik tikungan depan rumahnya, namun belum juga jauh dia berjalan menuju teras rumah, tiba-tiba sebuah motor berhenti dan seseorang turun dengan kasar sambil membuka helm nya.

"Aku minta kamu nunggu aku, kenapa kamu balik sama Dani?" tanya Ares.

"Aku udah nunggu kamu hampir 2 jam Ar... terus Dani kebetulan lewat, dia nganterin aku pulang." jawab Billa sambil menghapus air hujan di wajahnya.

"Aku udah berapa kali bilang sama kamu, jangan Dani... kenapa sih susah banget kamu nurut sama aku, kenapa harus Dani diantara banyak cowok di luar sana." bentak Ares.

"Kenapa di sini hanya aku yang salah Ar, kenapa? kamu aku telpon nggak diangkat, aku nungguin kamu berjam-jam aku kehujanan, harusnya aku yang marah sama kamu, tapi kamu, terus aja cari-cari kesalahan aku... emang kenapa kalau Dani yang nganter aku pulang? dia cowoknya Cinta, jadi nggak mungkin aku sama Dani ngapa-ngapain di belakang kamu sama Cinta." Billa tidak bisa lagi menahan rasa kesal nya.

"Kamu yang telat Ar, kamu juga yang marah-marah." sambung Billa.

Ares melempar helm yang masih dia pegang dari tadi ke lantai teras Billa.

"Jangan Dani... aku harus bilang berapa kali sih sama kamu, jangan Dani... kamu boleh pulang sama cowok manapun asal jangan dia... PAHAM??" Ares mencengkeram lengan Billa dengan kedua tangannya, rahangnya mengeras menahan amarah, kukunya yang panjang bahkan nyaris melukai kulit putih Billa.

Sadar dengan apa yang ia lakukan dan melihat Billa yang kesakitan, Ares segera mengendurkan jemarinya lalu menarik gadis cantik itu ke dalam pelukannya.

Billa menangis, Ares merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol emosinya lagi.

"Aku sayang banget sama kamu Bil... maaf aku bikin kamu nunggu lama, tadi aku terlibat laka lantas, nggak sempat kasih kabar ke kamu. Aku sayang banget sama kamu, aku nggak mau kamu tersakiti. Aku nggak suka kamu dekat-dekat sama Dani." kata Ares dengan nada rendah.

"Kamu nggak mau aku tersakiti karena orang lain, tapi kamu sendiri yang terus nyakitin aku." ucap Billa, dia menghempaskan pelukan Ares lalu masuk kedalam rumah diiringi bantingan pintu.

Ares termangu, dia sadar telah mengukir luka lebih dalam di hati gadis yang dia cintai. Setelah mengambil helm yang tergeletak di lantai, Ares mulai meninggalkan rumah Billa dengan keadaan basah kuyup.

Billa menghempaskan diri di atas tempat tidur. Ponsel yang ia letakkan di dalam tas terasa bergetar, dengan ogah-ogahan Billa merogoh tas nya untuk mencari keberadaan ponsel itu lalu memeriksa notifikasi pesan yang baru saja muncul.

"Bill... gue dapat nomer Lo dari Cinta, tadi gue sempat berpapasan sama Ares di depan, Lo nggak papa kan? dia nggak ngapa-ngapain Lo kan?"

"Iya gue nggak papa, thanks udah dianter pulang." balas Billa.

"It's okay Billa... Lo jaga diri baik-baik, kalau Ares masih suka main tangan, Lo bilang aja ke gue." ucap Dani.

"Makasih udah peduli sama gue. Btw... gue mau nanya, kenapa sih Ares benci banget sama Lo?" tanya Billa.

"Engg... nggak tau ya Bill... yaudah lah Lo istirahat aja, oh iya besok kan ada rapat pengurus OSIS untuk acara pelepasan anak-anak kelas XII, jam berapa gue lupa?"

"Jam ketiga..." balas Billa.

"Okke thanks..."

Billa kembali bangkit dari tempat tidurnya lantas berjalan gontai mengambil handuk yang dia gantung di balik pintu kamarnya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.

***

Billa berjalan menuju ke ruang OSIS, tak sengaja matanya menangkap sosok Ares yang tengah serius berlatih di lapangan basket untuk pertandingan awal pekan ini.

Sosok yang lincah men-dribble dan berlari zig zag melewati lawannya itu tiba-tiba terjatuh, dan bola yang semula dia kuasai kini berpindah tangan.

Dengan bersusah payah Ares mencoba berdiri dibantu kedua rekannya. Billa merogoh saku seragamnya masih ada beberapa strip plaster pembalut luka, yang selalu dia bawa kemanapun.

Kemudian berlari memasuki area lapangan basket di mana Ares sudah duduk sambil meraih sebotol minuman. Ia mendekat kemudian duduk di sebelah Ares.

Dia membuka sebungkus plaster lalu menempelkannya pada siku Ares.

"Billa... kok kamu ada di sini? tadi kamu bilang ada rapat OSIS?" tanya Ares.

"Iya ini juga baru mau ke sana, pas lewat di depan, aku liat kamu jatuh, terus kesini. Jangan terlalu keras dalam latihan, nanti kalau cidera sebelum bertanding bakalan susah sendiri kan." ucap Billa.

"Iya... makasih." sahut Ares, ada selengkung senyum di wajahnya.

"Aku ke ruang OSIS ya." pamit Billa.

"Iya... nanti pulang sekolah tunggu aku ya." pinta Ares yang dibalas anggukan kepala oleh Billa.

Billa melanjutkan langkahnya ke ruang OSIS. Begitu membuka pintu, dia sangat terkejut karena ruangan sangat berantakan dan semua nya berserakan. Semacam ada pesta kecil yang terlewatkan olehnya.

"Billa sini... ketua kita ulang tahun, kita barusan bikin surprize buat dia, Lo darimana aja kok tumben datengnya telat?" tanya Dani.

"Gue tadi nyamperin Ares, karena dia jatuh pas latihan." jawab Billa.

"Oh... tapi dia nggak papa kan?" lanjut Dani.

"Nggak kok dia nggak papa." jawab Billa.

"Yaudah sini... nih tadi Wilda bawa brownies buat kita semua." ucap Dani.

Billa mendekat dan bergabung bersama mereka semua. Dani menyerahkan sepotong brownies dengan toping keju kesukaan Billa. Gadis itu menerimanya dengan senang hati.

"Makasih." ucap Billa.

Dani mengangguk, mereka semua larut dalam acara makan-makan, sampai tak ada yang menyadari jika tangan Dani sudah berada di sudut bibir Billa tengah membersihkan sisa coklat dan keju yang menempel dengan tidak anggun di sana.

Billa yang terkejut segera menuntaskan makannya lalu membersihkan bibirnya dengan tissu.

"Kenapa Ares nggak pernah memperlakukan gue selembut ini, kenapa Ares begitu over protektif dan nggak kaya cowok-cowok lain." batin Billa.

"Nggak... gue nggak boleh baper hanya karena Dani baik sama gue, sadar Bill... Dani itu cowok dari sahabat Lo_ Cinta." lanjutnya.

Usai acara makan-makan yang menghabiskan waktu rapat kurang lebih 45 menit ini, mereka lanjut membersihkan ruangan untuk rapat.

Billa dan Dani berada di satu seksi yang sama yakni Seksi Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat. Tidak ada yang berbeda dalam kerja sama mereka sampai perasaan itu muncul dalam hati Billa.

Billa menyentuh lengannya, ada luka yang tersembunyi di balik seragamnya itu. Beberapa hari yang lalu, Ares marah padanya karena melihat Billa membalas senyum Dani.

Masalah sepele itu berujung Ares mendorong Billa hingga terjatuh dan tangan nya terantuk sudut meja hingga lebam.

"Ehh kenapa Bill, tangan Lo sakit?" tanya Dani.

"Nggak, ini waktu itu gue jatuh kena meja." jawab Billa.

Dani mengulurkan tangannya untuk memeriksa lengan Billa, dia menyingsingkan lengannya, kemudian begitu terperanjat melihat lebam itu.

"Beneran jatuh?" tanya Dani.

"Atau... Karena Ares?" tanya Dani lagi.

"Enggak kok... Aku nggak papa." jawab Billa buru-buru menarik tangannya kemudian mengembalikan lengan bajunya seperti semula.

"Bill... Lo cerita sama gue, kalau ada apa-apa." ucap Dani.

"Percaya sama gue, cerita Lo aman di gue." tambah Dani.

"Iya thanks Dan." jawab Billa.

"Lo..." ucap Dani menggantung.

"Dalam toxic relationship?" tanya Dani.

"Kenapa Lo nggak berusaha putus dari Ares, kenapa Lo masih bertahan sama dia?" tanya Dani.

"Lo cantik, Lo baik, Lo bisa dapat yang lebih baik dari dia." kata Dani lagi.

Billa hanya tersenyum. Ada banyak alasan kenapa dia tidak bisa meninggalkan Ares.

Bel panjang tanda istirahat berbunyi. Mereka mulai meninggalkan Ruang OSIS.

"Bill..." panggil Dani.

"Ada apa Dan?" tanya Billa.

"Enggak... Nggak jadi, Lo yang semangat ya." ucap Dani.

Billa tersenyum sambil menganggukkan kepala. Dia berjalan keluar ruang OSIS menuju kelasnya, mencari keberadaan Cinta.