Comments of chapter undefined of Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Apa itu lapangan sepak bola? Ya, begitu. Intinya buat main bola, Lin Tian. Sebenarnya itu pertanyaan mendasar. Saking dasarnya, sampai-sampai Lin Hua bingung harus nimba jawaban dari mana.

Makan mulu, duh ileh, nggak habis pikir sama Lin Tian. Beliin nasi padang porsi kenduri aja, sih, biar anteng sedikit. Wkwk, harusnya ditendang beneran aja sama Lin Hua. Tahu rasa tuh si Mas Tian nggak bisa ternak kecebong wkwkw.

Uhuy, I know who was on Lin Tian's mind. I guess that Qianyu. Correctly, si cantik yang manis-manis dingin dari Lembah Tengkorak Iblis. Husst, jangan sampai kedengeran Lin Hua. Kalau dia dengar, auto ditendang beneran 'anu'-nya Lin Tian, wkwk.

Seperti .... Duh, masih anget banget ingatan Lin Tian soal si doi. Literally, aku berharap dia punya tambahan memori dari Lin Tian jaman now. Sengaja biar dia nggak kelihatan noob amat, sekalian mau lihat Lin Tian yang double2 makin macho.

Maklumin, lah, kalau Lin Hua ada something special dalam hatinya. Lin Tian aja ganteng, jago berantem meski sekarang masih mode linglung. Sama laki keren macam itu, cewek mana yang nggak kecantol? Lin Hua yang spek macan ngamuk aja demen, gimana yang lain?

Seperti .... Qianyu? Wahaha, alamat Lin Tian jadi sasaran amuk Lin Hua dengan lebih parah lagi. Cemburu, lah, pastinya. Romance tipis-tipis, tapi semua juga tahu kalau Lin Hua punya perasaan sama Lin Tian. Geludan aja, ya, nggak usah cinta-cintaan.

Lin Hua, siapa yang ngajarin gombalan buaya betina, Mbak? Gawat, nih, kalau Lin Tian pasif, sabisa malah Lin Hua yang convess duluan. Eum, tahan dulu, ya, Mbak, ajarin mas-nya soal ilmu kebumian dulu biar gantengnya makin kelihatan, ahaha.

Duh, ileh. Yang digandeng saha, yang dugeun-dugeun teh nugueyo? Aigo, naneun bener-bener prengesan kaya orang gila, nih, Thor. Ini buku action, harusnya nggak pantes kalau gue ngarep love line dari tokoh-tokohnya. Tapi, please lah, Thor, kayanya mata ini menangis jikalau Lin Tian nggak jadian sama someone di dalam cerita ini.

Pingsan, obatnya makan. Mobil, dipikir makanan. Sepak bola, larinya masih ke makanan lagi. Hidup ngunyah, 'ya, Lin Tian? Ada stasiun tv yang mau ngontrak dia jadi host acara makan-makan, nggak? Apa bikin channel yt mukbang aja. Jangankan makan, baru menatap ketampanan Lin Tian aja nafsu makan auto megap-megap.

Jangankan Lin Hua, aku aja yang sebatas baca juga kesel sama pertanyaan Lin Tian. Sepele dan mendasar, tapi rasa ingin tahunya bikin otak berkerak dan mengakar. Dahlaa, emang Lin Tian itu kek budak cilik, senangnya cuma sama makanan.

Just fill it out, Lin Hua. Aku limpahkan restu padamu daripada hatinya Lin Tian dipenuhi sawan maung. Nggak ngarep sama Qianyu, si doi lagi fokus ngeracik resep es teler buat membasahi kegersangan lembah tengkorak iblis. Mendingan pepetin sama Lin Hua aja udah, kasih pawang.

Lin Hua kayanya beneran tulus, ya, ke Lin Tian? Kalau orang nggak sabaran, bukannya udah ditinggal, bahkan dijerumusin tuh si Lin Tian. Semoga aja Lin Hua nggak capek dengan segala kerandoman Lin Tian.

Kira-kira kalau Lin Tian diajak nonton pertandingan sepak bola gimana react-nya, ya? Jangan-jangan dia ikut terjun ke lapangan, dikira gelud, kali? Nanti yang lain pakai sleding tackling, dia malah pasang kuda-kuda 🤧

Harusnya kalau emang mau main ke lapangan sepak bola, jangan dikosongin atuh. Undang klub besar sekalian, minimal Leeperpool *peace ✌️biar Lin Tian tahu kalau yang dia pikir makanan itu arahnya bukan sama lambung, tapi sama kaki.

Based on Lin Tian's think about Lin Hua and back, I hopeless to see Qianyu again. How about that ice lady? Is the Author make a special line for her, beside a love line between Tian and Hua?

Gara-gara Lin Tian mikirnya makanan mulu, aku jadi keliru baca, Borr. 'Sepak bola', dibantu mata yang agak siweur dan perut yang liyerr, jatuhnya malah kebaca 'Seblak'. Salah siapa ini, Thor? Lambungku kali, ya?