webnovel

2 Demon Child

Menceritakan kisah seorang gadis remaja yang hidup diantara dua Alam. Tiada sangka hidupnya menjadi sebuah perantara dua mahluk iblis yang hendak meneruskan kisah hidupnya di zaman modern. ☆. Publish ~ 22 Februari 2021

Nickolas_Rahardian · Fantasy
Not enough ratings
24 Chs

Bab 3

Rio masih mengutarakan kalimat umpatan kala ke 5 siswi itu pergi meninggalkannya, apalagi tadi Rani melemparkan bola itu kepadanya.

Sementara Lavina beserta rombongan melangkah pelan menuju kelasnya, namun untuk Rani dan Angel sudah kembali ke kelas mereka masing-masing sebabnya mereka berjalan melintasi ruang kelas Rani maupun Angel terlebih dahulu.

"Bye guys …" Ucap mereka serentak saling melambaikan tangan.

Kini tinggal Lavina, Cika dan Vani berjalan menuju ke ruang kelasnya, Posisi Lavina berada di tengah-tengah diantara Cika (Kiri) dan Vani (Kanan)

"Serasa ingin gue bejek-bejek tuh muka songong, huh!" Cika masih bergumam seputar perkara yang terjadi tadi sembari meremas-remas kedua telapak tangannya sendiri.

"Kamu kenapa Cik?" Basa-basi Lavina meski tahu apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.

"Hilih Vin, kebiasaan banget deh Loe, gampang banget ngelupain kejadian barusan." Jawab Cika cemberut.

"Maksudmu si Rio?" Sambung Vani.

"Iya lah, siapa lagi? Emang tu biang kerok bikin mood gue berantakan, sumpah!" Lanjut Cika.

"Jiaah … Udahlah Cik, lagian kita semua juga tau kek mana si Rio itu" Lavina meliriknya.

"Iya Cik, tak usah terlalu loe pikirin, ntar lama-lama naksir ma dia loe …" Ledek Vani.

"Benci jadi cinta aha," Sambung Lavina.

"Dih, apaan naksir ma cowok kek dia? Najis amat." Cetus Cika.

"Eleh … Jangan gitu, dah merah aja tuh muka loe Cik" Ledek Vani lagi. "Cie … Cie …" Lavina antusias meledeknya jua.

"Apaan sih kalian, kek tau cinta itu apaan, huh!" Ekspresi Cika masih tampak kesal sehingga candaan dari para sahabatnya tidak begitu ia pikirkan lantas mengalihkannya "Eh Van, loe pikir deh, apa susahnya coba tuh si Rio cuma diminta ngucapin 'minta maaf' So … itu kan gratis, andai ada denda kan kita bisa kecipratan" Ucapnya.

"Ah, bener juga yang loe bilang Cik, mayan lah makan gratis dari Vina, ahay"

Lantas Lavina menoleh ke kanan dan ke kiri "Astaga … malah pada bisnis." Ucapnya.

"Hahaha, ini bukan Bisnis Vin, tapi keadilan."

"Keadilan-keadilan apaan, gaje." Cetus Lavina membuat gelak tawa kedua sahabatnya tersebut, hingga tak terasa sudah sampai didalam kelas.

___

Saat ini Jam istirahat belum selesai, mereka sudah didalam kelas lantaran kejadian tadi bersama kelompok Rio membuatnya enggan bermain diluar dan memutuskan main didalam kelas saja.

Setelah mereka didalam kelas Cika dan Vani sibuk bergosip dengan teman belakang kursi duduknya, semantara Lavina kini tengah fokus membaca buku.

Lantas terdengar Lonceng sekolah berbunyi,

Teng … Teng … Teng …

Pertanda kegiatan belajar mengajar hendak berlangsung lagi, para kelompok Rio jua memasuki kelas lantas semasih mereka melangkah hendak menuju kursinya yang posisinya paling belakang, Rio melewati Meja Lavina, tiba-tiba saja dia bertingkah dengan cara menggedor meja Lavina cukup keras.

Bruugh!

Tentu membuat Lavina yang kini fokus membaca buku jadi terkejut. Ia pun menoleh ke dia.

"Apa lihat-lihat, Naksir hah?" Cetus Rio penuh percaya diri.

"Cih, iblis mana yang telah merasukimu, Aneh" Gumam Lavina lekas membuka kembali bukunya.

"Ngomong apa barusan loe?" Tanya Rio lantaran tidak mendengarnya jelas. Tetapi Lavina sudah tidak menghiraukannya. "Woei" Panggil Rio hendak terus berkata, tetapi terhenti kala sang guru sudah memasuki ruang kelas, maka dia lekas kembali ke kursi duduknya.

___

"Selamat siang Anak-anak …"