webnovel

13 Days To Love Me

Cerita ini tentang Marco Paul Robert yang belum lelah memperjuangkan cerita hidupnya agar lebih bahagia, dan tentang Ziegler McCartney yang sudah tidak perduli dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya diesok hari. Sejak malam yang hampir merenggut mimpi Zie untuk bahagia, Marco mencoba memberikan Zie rasa bahagia yang pernah belum dia rasakan. Marco tahu derita Zie walau hanya melihat dari sinar mata gadis itu. Untuk itu, Marco meminta Zie memberinya waktu 13 hari. Entah 13 hari untuk apa, yang pasti, 13 hari untuk mengubah hidup Zie yang kelabu.

Andienkaef · Teen
Not enough ratings
17 Chs

Juilliard

Marco mencari Zie kemana-mana saat dia sudah menyelesaikan test beasiswa yang memakan waktu empat jam karena dirangkap dengan test wawancara, Marco tentu saja sedih karena Zie tidak lulus dan dia merasa kalau dirinya sedang dilanda hoki semata. Marco memijat pelipisnya, dia harus tetap dekat dengan Zie, apapun akan Marco usahakan.

"Oi," panggil Zach yang berada di samping Marco, Zach juga ikut Marco karena dia mencari Quinn, sedangkan Seavey hanya mengikuti seperti biasa, "noh," tunjuknya pada Zie dan Quinn yang barusan keluar dari perpustakaan.

Quinn dan Zie yang belum sadar diperhatikan tetap melanjutkan pembicaraannya, "gilak ya, ternyata manis banget orangnya—mukanya—sih," kata Quinn memuji Leo.

Zie tersenyum tipis, Leo memang punya wajah yang manis, sopan dan sangat pintar, namun tiba-tiba Zie teringat apa yang Leo bicarakan kepadanya.

Leo menatap Zie dengan intens sampai rasanya jantung Zie berdebar, "dengan cara kita tunangan, kita pergi berdua ke Amerika, gue akan tinggalkan Paris untuk sementara dan ngurusin perkuliahan lo, gue bener-bener gak keberatan kalau harus biayai lo kuliah, yang penting lo bisa menggapai mimpi lo," kata Leo dengan tulus.

Tentu saja itu semua membuat Zie rasanya sangat bimbang, karena Zie sayang Marco, untuk meraih mimpinya, masa Zie harus mengesampingkan Marco yang selama ini sudah seperti malaikat? tentu jika Marco mendengar ini, dia pasti akan sakit hati, pasti, Zie jamin itu.

"Akhirnya ketemu," suara dari Marco barusan membuat Zie memecahkan lamunannya, "Zie habis ngapain sih?" tanya Marco.

"Gak adaaa, cuma nyampah sama gue, Komar," jawab Quinn langsung dengan mengibaskan tangan kanannya.

Jujur saja Zie lega mendengar Quinn mengatakan itu, "iya Marco, testnya udah selesai?"

Marco mengangguk, "udah Zie."

Zie menatap Marco, dalam pikirannya, dia bingung sekali akan bagaimana, apakah Zie akan mengatakan semua itu atau tidak?

Marco yang merasa ada sesuatu di pikiran Zie, menariknya agar berdepanan lebih dekat dengan Marco, "kenapa Zie? ada yang salah ya?"

"Gak ada Marco," Zie memaksakan senyuman, "aku cuma bingung sekarang mau gimana," kata Zie.

Marco terlihat berfikir, lalu menarik Zie dari sana, Marco menoleh kepada Quinn, Zach dan Seavey, "gue sama Zie duluan ya!"

"Iye Komar!" jawab Quinn dan Zach serempak, Seavey yang tidak tahu apa-apa memandang mereka dengan aneh.

- 13 Days to Love Me -

"Kita mau kemana Marco?" tanya Zie yang mengikuti Marco sepanjang koridor lantai tiga.

Marco mengajaknya masuk ke dalam ruangan teater sekolahnya yang megah.

"Kok kesini?" tanya Zie lagi.

Marco masih tetap tidak menghiraukan Zie, dia malah membawa Zie naik ke atas panggung yang disoroti cahaya. Marco berhenti di tengah-tengah dan menatap mata kebiruan Zie.

"Zie," Marco memegang tangannya, "waktu itu umur aku cuma sembilan atau sepuluh tahun, ngelihat kamu pertamakali menari di teater Elrond—SD—kita—kamu menakjubkan Zie, sampai-sampai aku gak mau berkedip agar dapat melihat setiap gerakan tari kamu, aku bener-bener gak mau melewatkan itu Zie, dulu aku selalu yakin kamu akan menjadi penari profesional atau guru tari yang jadi favorit murid-murid kamu," Marco terkekeh pelan, dan Zie juga, kemudian Marco melanjutkan, "aku tahu kamu trauma Zie, tapi kamu harus sadar juga kalau tarian kamu adalah hal paling indah yang pertama aku lihat, menarilah lagi Zie, jangan pernah menghilangkan siapa kamu yang sebenernya, karna—" Marco berhenti sejenak dan mendekatkan keningnya ke kening Zie, "aku gak mau jauh dari kamu, Zie, seengaknya kalau kita gak sama universitas, kita bisa sama negara, kamu di New York, aku di New Haven, dan aku janji aku akan menemui kamu setiap weekend."

Zie merasakan matanya berair walau matanya tertutup, Marco sungguh benar-benar orang yang baik, dia mungkin belum seperti Leo atau mempunyai segala yang dimiliki Leo saat ini, namun Marco benar-benar berjuang untuk dirinya agar Zie kembali seperti dirinya yang utuh.

Zie membuka matanya, menatap Marco dengan tersenyum, "terimakasih Marco."

Marco juga balas tersenyum, "aku gak mau jauh dari kamu, I can't leave my best girl," kata Marco terdengar seperti bisikan yang membuat Zie semakin berdebar.

"Juilliard," kata Zie dengan cengiran di wajahnya, "here i come."

- 13 Days to Love Me -

Day 9

Zie memotret papan pengumuman lalu membacanya dengan teliti, "test beasiswa Juilliard tanggal tujuh belas—aduh—besok—" Zie menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian lanjut membaca, "Heidelberg—lewati—Oxford—lewati—hmm—" dia bergumam sampai matanya mendapatkan Yale, "okay, pengumuman kelulusan Yale, dan yang lainnya serempak tanggal 21—yah," Zie manyun mengingat tanggal itu adalah tanggal dimana dia akan pergi kalau dia benar-benar bertunangan.

"Kenapa?" seperti biasa, Marco selalu bertanya jika wajah Zie tiba-tiba berubah drastis.

Zie berjalan beriringan dengan Marco, "semua pengumuman serentak tanggal 21, Marco," kata Zie masih dengan raut wajah kecewa.

"Gapapa Zie," Marco memegang tangan Zie, "aku akan usahain pertunangan kamu gak bakal terjadi," kata Marco dengan mantap.

Zie menoleh kaget, "emang bisa?" tanya Zie.

"Apapun akan aku lakuin Zie," Marco mengunci Zie dengan tatapannya.

"ZIE!" Quinn yang baru datang berlari ke arah Zie, kemudian menyapa Marco, "HAI KOMAR!"

"Quinn berhenti deh manggil gue Komar," Marco mengernyit, tentu dia tidak suka namanya yang bagus diubah menjadi seperti itu, apaan Komar-Komar, pikir Marco.

Quinn terkekeh, "udah gapapa, unik," jawab Quinn cuek, lalu dia berpaling menoleh ke arah Zie, "eh Zie, kan besok test Juilliard, kita latiha bareng yuk?"

"Siapa aja?" tanya Zie.

"Gue, lo, sama Zach, latihannya di rumah Zach katanya," jelas Quinn.

Zie mengangguk, "hari ini Quinn? sekarang?"

"Kaga, tahun depan!" jawab Quinn jengkel, "yaiyalah sekarang Maemunah, lo mau ngapain di sekolah udah gak ada kerjaan lagi."

Zie yang bingung kembali bertanya, "Maemunah siapa?" katanya dengan polosnya.

"Hadeh," Quinn menepuk jidatnya dan berpaling ke arah Marco, "nanti kalo dia udah jadi istri lo, gue saranin ajak tinggal di Indonesia aja!"

Marco terbahak namun kemudian dia mengangguk dan kembali menatap Zie, "yaudah yuk sekarang," ajaknya.

- 13 Days to Love Me-

Day 10

Marco dan Zie berhenti di depan rumah Zie, karena dia ingin mengambil baju ballet dan sepatunya, dia juga sudah bilang kepada Nikki untuk mengambilnya pagi ini namun dia tidak bilang karena dia akan test Juilliard, Zie hanya bilang kalau dia kekurangan uang jajan dan ingin menjual bajunya. Kalau tidak, pastilah Nikki menghancurkan baju itu.

Zie melangkah masuk ke dalam, langsung menaiki tangga dan berjalan ke arah kamarnya, kamar Zie sudah rapi, tidak berantakan seperti kemarin, mungkin para pembantunya sudah membereskannya.

Zie dengan cepat mengambil baju dan sepatu balletnya, namun kemudian dia teringat sesuatu dan berbalik melihat ke arah mata beruang teddynya, Zie perlahan menyentuh mata beruang itu dan saat tangannya merasakan apa yang harus dirasakannya, hatinya lega, Zie langsung membuka mata beruang itu dan mengeluarkan kamera tersembunyi yang sudah disimpannya sejak malam perjodohannya dengan Leo.

Ketahuilah, Zie tidak sebodoh itu, untuk menuruti semua kehendak Raquelle dan Nikki, dia selama ini bersabar untuk membuka kedok mereka di depan ayahnya. Agar ayahnya tidak akan percaya lagi dengan apapun yang dikatakan Raquelle maupun Nikki.

"Udah?"

Zie terpanjat saat memasukkan kamera tersembunyi itu ke dalam sakunya karena mendengar suara seram Raquelle yang dandanannya seperti—hantu—Mother—Morris—di film Insidious. Zie dengan cepat menoleh, "enggak nyonya, saya mau jual baju ballet saya, karena saya sudah kehabisan uang," kata Zie berbohong.

Raquelle mengangguk-angguk, "yasudah cepat keluar, kamu lusa sudah boleh pulang karna tanggal 20 ayahmu sudah ada," kata Raquelle dengan cuek seraya berjalan ke arah ruang—penyimpanan—anggur—tempat kesukaannya.

Zie menggeleng pelan, lalu menatap Raquelle dengan jijik, "liat aja lo nanti dasar La Llorona!" umpatnya dengan kesal.

Tapi tiba-tiba Muffin menghampirinya dan bergelayutan di kaki Zie, Zie sampai lupa akan membawa Muffin, "hai Muffin sayaaaang," kata Zie seraya mengangkatnya, "aku bawa kamu ya, kita keluar dari neraka," Zie berjalan dan mengambil makanan Muffin di dalam kamarnya kemudian berjalan keluar.

Saat sudah masuk ke dalam mobil, Marco tersenyum senang melihat Muffin, dia langsung mengelus-elus Muffin.

"Zie semangat ya," kata Marco dengan memegang tangan Zie.

"Pasti Marco," jawab Zie.

"Nanti habis nari, Kiera mau kita bantuin dia dekor kamarnya, mau kan Zie?" tanya Marco dengan berhati-hati, takut Zie tidak mau karena kecapekan.

Zie terkekeh, "kenapa gitu sih nanyanya? aku pasti mau Marco, gimana aku bisa nolak orang yang sudah mengubah hidup aku?" tanya Zie dengan senyuman hangat.

Zie benar, bagaimana bisa dia menolak Marco.

Marco yang dia sayang.

- 13 DTLM TBC -