36 Story 36 : Masa Lalu. (3)

Dahlia menutup mulutnya dengan tangan karena wanita itu terkejut dengan apa yang Abian sampaikan. Dahlia menatap Abian dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Kamu pasti bohong, kan?" Abian menundukkan wajahnya.

"Sayangnya itu benar." Dahlia menggeleng lemah. Tiba-tiba saja wanita itu teringat dengan putra Lea, Elvan.

"Bagaimana dengan Elvan?" Abian terdiam sebentar.

"Elvan harus dirawat di rumah sakit mental selama beberapa tahun ke depan." Dahlia mendaratkan bokongnya pasrah. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa keputusannya salah? Apa ini adalah salah dirinya? Apa seharusnya ia tidak perlu jujur pada Lea?

Dahlia mengacak rambutnya frustasi kemudian meninggalkan Abian sendirian di ruang tamu. Dahlia merasa sangat bersalah pada Lea. Sepertinya besok perempuan itu akan ikut dalam pemakaman Lea.

Keesokan harinya, Andara bercermin karena perempuan kecil itu kebingungan kenapa ia harus memakai pakaian hitam. Andara menoleh menatap Dahlia yang juga memakai pakaian hitam.

"Bun, kita mau ke mana? Kenapa pake hitam-hitam gini?" tanya Andara polos. Dahlia hanya tersenyum kemudian menggenggam tangan Andara untuk membawa perempuan itu masuk ke dalam mobil.

Andara benar-benar tidak mengerti. Andara juga tidak tahu mereka ingin pergi ke mana, aneh sekali. Dahlia dan Abian saling terdiam, Dahlia sangat merasa bersalah, begitupun dengan Abian. Lelaki itu tidak menyangka akan kehilangan Lea secepat ini.

Sesampainya di rumah duka, Dahlia langsung mengikuti acara pemakamannya. Beberapa jam berlalu, Dahlia melirik ke arah bocah lelaki dengan seorang perawat di sampingnya. Dahlia menghampiri bocah itu dengan membawa Andara, sepertinya itu adalah kesalahan ke-2 Dahlia.

Dahlia berjongkok di depan bocah kecil itu kemudian mengusap puncak kepalanya. Dahlia tersenyum kecil, sementara sang bocah hanya menatapnya dengan tatapan yang datar.

"Elvan, kenalin, tante Dahlia." Dahlia kemudian melirik Andara.

"Dan ini anak tante, namanya Andara." Elvan menatap Andara dengan datar. Entah kenapa itu membuat Andara sedikit ketakutan.

"Dah ... lia, An ... dara."

♡♡♡

Setelah meninggalnya Lea, Abian lebih perhatian kepada Dahlia dan Andara. Mereka bahagia dan Andara tidak lagi kekurangan kasih sayang seorang ayah.

Setelah dua tahun berlalu, kini usia Andara sudah memasuki 12 tahun. Abian mengalami penyakit yang sangat parah, lelaki itu sudah tidak bisa lagi diselamatkan. Pada akhirnya, Andara kembali kehilangan kasih sayang seorang ayah.

Dahlia mengatakan kepada Andara untuk tidak larut ke dalam kesedihan. Andara tumbuh sebagai gadis yang ceria dan murah senyum.

Sejak meninggalnya Lea, Dahlia tidak lagi mendapatkan kabar tentang Elvan dan kesehatan mental bocah kecil itu.

Dahlia fokus merawat Andara meskipun harus banting tulang seorang diri. Andara juga sering membantu Dahlia. Sepertinya Andara sudah melupakan kejadian 2 tahun yang lalu, dan Andara juga tidak mengingat Elvan, mungkin saat itu dirinya masih bocah.

Andara memasuki masa SMP dengan keadaan yang sangat baik. Perempuan itu banyak memiliki teman dan itu membuat Dahlia sangat lega. Andara juga tidak pernah mengungkit kejadian 2 tahun lalu, Dahlia berpikir jika Andara tidak mengingat hal itu sama sekali.

Sampailah ketika Andara memasuki masa SMA, Andara mengatakan jika ia memiliki seorang kekasih bernama Elvan. Dahlia tidak berpikir itu Elvan putra Lea, karena nama Elvan juga tersebar sangat banyak, ditambah ketika Andara membawa Elvan menemui bundanya, penampilan lelaki itu sangat jauh berbeda. Elvan yang Dahlia kenal itu memiliki sorot datar, sementara Elvan kekasih Andara memiliki penampilan yang culun.

Andara juga sering tertawa bersamanya, jadi Dahlia tidak terlalu khawatir.

Tibalah saat di mana kejadian itu terjadi, sebuah kejadian yang membuat Andara trauma. Andara mengatakan, Elvan adalah dalangnya. Andara tidak ingin keluar rumah dan akhirnya mengurung diri.

Pada hari itu, Dahlia akan berbelanja untuk makan malam, jadi Dahlia harus keluar rumah dan terpaksa membiarkan Andara sendirian.

Dahlia mengunci pintu dan menutup semua jendela. Saat di perjalanan, Dahlia bertemu dengan seorang lelaki yang menghalangi jalannya. Lelaki itu menundukkan wajahnya, Dahlia menaikkan satu alisnya.

"Permisi, kamu siapa?" tanya Dahlia ragu. Lelaki itu mendongakkan wajahnya.

Dahlia membulatkan kedua matanya, lelaki dengan kacamata itu, seseorang yang sudah membuat Andara mengalami trauma.

"Apa yang kamu lakukan pada Andara?!" Elvan terdiam kemudian melepas kacamatanya, lelaki itu mengatur kembali surainya sehingga tidak terlihat culun. Elvan menatap Dahlia dengan datar dan dingin. Dahlia tertegun. Tatapan ini, aura ini, dia adalah Elvan putra Lea.

"Balas dendam," jawabnya lirih. Dahlia sedikit ngeri dengan tatapan itu. Bocah kecil itu kini sudah sangat tinggi dan Dahlia tidak perlu lagi berjongkok di hadapannya.

"Balas dendam?" Elvan menarik satu sudut bibirnya.

"Aku yakin tante ingat kejadian 7 tahun yang lalu, saat di mana aku masih berusia 10 tahun. Saat itu ... ibuku bunuh diri karena tante. Dia terus menangis sambil melukai dirinya sendiri. Dia terus mengucap kata-kata kebenciannya dengan seseorang bernama 'Dahlia', itu tante, kan?" Dahlia terdiam mematung.

"Saat itu memang aku tidak bisa melakukan apa pun. Sekarang, aku akan membalaskan dendam ibuku dan menghancurkan keluarga tante, terutama putri tante, Andara." Dahlia tidak bisa berkata-kata lagi. Aura lelaki itu sungguh mengerikan.

Elvan melangkah meninggalkan Dahlia yang sama sekali tidak bergeming dari tempatnya.

Dahlia sama sekali tidak tahu jika Elvan sudah keluar dari rumah sakit mental, apa mental lelaki itu benar-benar baik-baik saja? Dahlia sangat merinding.

Dahlia memutuskan untuk kembali ke rumahnya, Andara langsung memeluk bundanya itu. Dahlia mengatakan pada Andara jika ia akan memindahkan Andara ke sekolahnya yang baru, Dahlia pikir itu satu-satunya cara untuk menjauhkan Andara dari Elvan.

Dahlia melarang Andara untuk berhubungan lagi dengan Elvan, Dahlia akan melakukan apa pun untuk melindungi putrinya dari aksi balas dendam Elvan. Jadi Lea benar-benar bunuh diri karena dirinya? Dahlia sungguh menyesal, banyak sekali penyesalan yang Dahlia rasakan saat itu.

Dahlia tidak mengerti kenapa ia sangat bodoh saat itu, ia pikir semuanya akan berjalan lancar dan Lea akan menerima semuanya, sayangnya pikirannya itu salah.

Dahlia harus melindungi Andara tanpa adanya Abian. Ketika melihat senyum Andara, Dahlia akan merasakan ketenangan, sayangnya Andara sudah tidak pernah tersenyum sejak kejadian yang membuatnya trauma itu. Dahlia ingin Andara kembali ceria seperti sedia kala.

Dahlia selalu berdoa agar tuhan memberikan seseorang yang bisa membuat Andara ceria seperti sedia kala. Dahlia ingin melihat senyum dan tawa itu lagi. Rasanya sudah lama sekali.

Ini semua berawal dari pengakuan itu, Dahlia sangat-sangat menyesal. Keputusan yang salah membuatnya dihantui oleh rasa penyesalan. Semua orang memang pernah melakukan kesalahan dan semua orang juga memiliki penyesalan.

Pengakuan itu adalah penyesalan terbesarnya. Dahlia merasa seperti ada yang mengganjal di hatinya.

"Harusnya Tuhan ciptakan waktu berjalan dua arah supaya aku bisa kembali ke masa lalu untuk menghapus semua penyesalan dan kesalahanku," monolognya.

Flashback off.

avataravatar
Next chapter