webnovel

Rumah-rumahan

Anneth berdiri dari arah pos kamling yang mereka biasa pakai untuk belajar bersama di siang hari.

"Rara mereka sedang bermain apa? " tanya anneth melihat sekumpulan anak perempuan di lapangan di pohon rindang, sehingga mereka terlindungi dari terik matahari.

"Sedang main rumah-rumahan " jawab rara.

Kai tersenyum kecil melihat rasa penasaran anneth yang begitu besar.

"Kamu sudah selesai mengerjakan tugasnya ra? " tanya kai pada rara.

"Sudah " rara lalu merapikan kembali buku-bukunya ke dalam tas.

Anneth yang sudah lebih dulu menyelesaikan tugasnya dan merapikan buku-buku miliknya hanya terus fokus pada sekerumunan anak-anak perempuan di hadapannya.

"Kamu ajak anneth bermain rumah-rumahan disana " ucap kai pada rara kembali, "dia pasti akan terheran melihat pasir bisa di jadikan mainan rumah-rumahan! "

"Baik " rara lalu beranjak dari duduknya, dan menarik satu tangan anneth pelan untuk mengikutinya.

"Mau kemana? " tanya anneth heran, dia yang sudah mengganti seragam putih dengan kaos berwarna merah muda kesukaannya sebelum pergi untuk belajar bersama.

"Kita main rumah-rumahan! " ajak rara.

Mereka sudah berdiri di samping kerumunan anak-anak yang lain. Rara terlihat memetik beberapa bunga dan ranting kecil, dia meminjam sendok dari teman yang lain yang telah menyelesaikan rumah buatan mereka.

"Kita cari tempat yang datar " ucap rara.

"Dimana rumah-rumahannya? " tanya anneth kembali, "lalu boneka untuk bermainnya mana? "

Rara menarik tangan anneth untuk berjongkok, dan melihatnya mengeruk pasir di lapangan dengan sendok kecil miliknya.

"Kita buat rumah-rumahan dari pasir ini " ucap rara, "tapi kita harus mengumpulkan pasirnya terlebih dulu "

"Dan kami tidak bisa membeli boneka " rara menyambungkan ucapannya, "jadi pakai lidi saja sebagai orang-orangannya! "

Kedua alis anneth terangkat, dia tidak tahu menahu soal seperti ini. Jadi dia memutuskan untuk melihatnya terlebih dulu.

"Jadi kita susun di samping-sampingnya " rara mengambil gundukan pasir segenggam tangannya, dan lalu membuat garis horizontal dari pasir tersebut. jari telunjuk kiri dan kanannya merapikannya, sehingga terbentuk sebuah garis rapi yang menyerupai dinding.

Walaupun hanya sebuah kotak yang terbentuk dari gundukan pasir, tapi semua tampak jelas. Pemisahan ruangan antara kamar tidur, ruang keluarga atau dapur. Mereka adalah anak-anak yang siap menjadi arsitek di masa depan.

"Cantiknya! " pekik anneth, dia yang terduduk disamping rara sudah tidak sabar untuk melanjutkan permainan mereka.

"Nah, ini punyamu " rara memberikan satu potongan lidi berukuran lima centi pada anneth, "kamarmu disini "

Anneth mendapatkan jatah kamar mainannya tepat di samping kamar rara, dia mendapat peran menjadi adik rara di cerita permainan mereka.

"Kamu tidak pernah bermain seperti ini di kota? " tanya rara pada anneth.

Anneth menggelengkan kepalanya, "di sekitar rumahku sudah banyak rumah-rumah, kalau mau bermain tanah harus pergi ke taman kota "

"Taman kotanya jauh dari rumahku " sambung anneth, "karena ayah selalu pulang kerja setelah hari gelap, jadi aku tidak pernah pergi ke taman kota! "

"Tapi ayah selalu membelikanku banyak boneka barbie yang cantik-cantik " lagi-lagi anneh berceloteh, walaupun dia merasa sedih karena kesibukan sang ayah tapi semua kesedihannya itu terbayarkan ketika dia mendapat sebuah buah tangan yang dibawakan oleh ayahnya sepulang bekerja.

"Apa itu boneka cantik seperti yang selalu ada diiklan televisi? " tanya rara.

Anneth mengangguk, "aku punya banyak sekali barbie dan tempat tidurnya "

Wajah rara berbinar, "kamu enak sekali "

Dia merasa iri pada anneth, "punya ayah yang memiliki banyak uang dan selalu membelikanmu boneka yang bagus "

"Nanti kamu dan kai aku ajak kerumah " ucap anneth, "kita bermain boneka bersama, kamu mau? "

"Aku mau " rara sedikit berteriak karena rasa senangnya yang begitu besar.

Mereka melanjutkan permainan mereka kembali setelah beberapa waktu terpotong karena harus mendengarkan anneth bercerita tentang kehidupannya di kota besar.

Pandangan anneth kemudian tertuju pada kai yang sepertinya sudah selesai mengerjakan tugas sekolah, dia sudah mengganti seragamnya dan bersiap untuk pergi ke tempatnya biasa menyemir sepatu.

"Aku harus ikut kai ke pasar! " anneth segera beranjak dari duduknya.

Rara tersenyum kecil, "kamu itu sudah seperti anaknya raka saja terus-terusan membuntutinya "

"Karena suka dengan kai! " cetus anneth, "jadi harus ikut kemana pun "

Tawa rara akhirnya muncul, "kita kan masih kecil, ibuku bilang suka-sukaan itu nanti kalau sudah dewasa! "

"Tapi ibuku bilang tidak apa-apa! " anneth menjulurkan lidahnya ke arah rara sambil berbalik arah dan mengejar kai yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.

Dia dengan cepat mengambil tas miliknya dan segera berlari untuk menyusul langkah kai yang lebih cepat darinya.

"Kenapa kamu pergi tidak bilang dulu! " cetus anneth ketika dia berhasil mengejar kai dan berjalan disampingnya dengan nafasnya yang terengah-engah.

"kamu kan sedang bermain dengan rara " ucap kai dengan nada penuh kesabaran, karena dia tahu sekali anneth bicara dia pasti akan terus mengoceh.

"Tapi aku kan cuma mau bermain dengan kai saja! " lagi-lagi anneth bicara.

"Tapi aku bukan harus bermain " kai menoleh ke arah anneth, "aku harus menyemir sepatu! "

Anneth tidak mengindahkan ucapan kai, dia hanya tahu walalupun dengan kai itu bukan disebut bermain tapi dia merasa senang dan menganggapnya sebuah permainan.

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan untuk kai, dia mendapat lima pelanggan sekaligus ketika mereka baru saja sampai.

"Apa kamu merasa jenuh? " tanya kai pada anneth ketika masih menggosok sepatu yang di pegangnya.

Dia melihat anneth yang sedari tadi hanya melamun dan melayangkan pandangannya ke sekitar lingkungan pasar.

Anneth hanya menjawab dengan gelengan kepalanya dan tersenyum lebar.

Kai adalah calon laki-laki yang akan mengerti perasaan dan keinginan seorang wanita sepertinya, ketika dia mendapat jawaban anneth yang mengatakan tidak dia dapat mengambil kesimpulan bahwa anneth sedang jenuh menunggunya.

"Kamu tunggu sebentar " kai beranjak dari duduknya, dia telah selesai menyemir sepatu pelanggan pertamanya.

"Aku kesana dulu memberikan sepatu ini "

"Iya " untuk pertama kalinya anneth hanya menjawab dengan sesingkat itu.

Kai berbalik dengan senyum tipis dan gelengan kepalanya, anneth terlalu memaksakan diri untuk menemaninya padahal dia tahu sahabatnya itu jenuh karena harus berdiam diri seharian.

Dia berjalan ke arah toko di seberang jalan ke tempat pemilik sepatu yang sudah selesai di semir.

Ketika kai akan kembali ke tempatnya, dia terhenti karena melihat gerobak mainan yang tengah di kerumuni banyak anak-anak.

"Bang, ini berapa? " tanya kai pada pemilik gerobak mainan.

Dia menunjukan sebuah mainan bongkar pasang yang terbuat dari sebuah kertas dengan gambar sesosok wanita berambut kuning sebahu dan seorang anak kecil berambut ikal berwarna merah muda lengkap dengan gambar pakaian dan tempat tidur.

"Seratus rupiah " jawabnya, "kalau laki-laki harusnya bermain ini "

Abang penjual mainan itu memberi alernatif mainan lain pada kai, sebuah mainan yoyo yang sedang disukai anak-anak sekarang ini. Karena ketika yoyo berputar dan menyentuh tanah yoyo tersebut akan mengeluarkan cahaya.

"Ini untuk teman saya bang " kai lalu menyodorkan uang koin berjumlah seratus rupiah pada pemilik dagangan dan mengambil mainan yang dia pilih.

Kai memang kehilangan uang seratus rupiah hasil dari dia bekerja, tapi kali ini dia tidak merasakan kesedihan karena uang itu sudah dia belikan sesuatu untuk membuat anneth senang. Dia merasa mendapatkan kesenangan tersendiri ketika melihat tawa anneth, karena bagaimanapun sahabatnya itu membawa keberuntungan tersendiri padanya..