1 1.

Bright kabur dari kerajaannya karena dia paksa menikahi putri dari sahabat ayahnya. Bright juga terus nenerus di tekan oleh ayahnya untuk mencari pemilik darah suci. Namun saat Bright sampai di tenggah hutan yang jauh dari kerajaannya. Tanpa sengaja Bright melihat ada sebuah rumah. Ternyata pemilik rumah itu adalah bangsa manusia. Bright mencoba mencari tahu siapa pemilik rumah itu. Hingga pada akhirnya Bright yahu bahwa pemilik rumah itu adalah seorang perempuan cantik dangat cantik di mata Bright.

Bright terus memperhatikan perempuan itu dari kejauhan hingga, dirinya lupa akan tugasnya. Bahkan prajurit suruhan ayah nya sudah mencari Bright kemana-mana. Andai saja Erlan tidak punya hutang budi pada sahabatnya mungkin dirinya juga tidak akan memaksa putranya untuk mau menikah dengan anaknya Dirga.

Hingga salah satu bagsa Vampir menemukan Bright dan menyerang Bright hingga Bright terjatuh dari air terjun dan terbawa arus.

Seorang perempuan cantik tenggah mencuci baju di sungai. Perempuan itu hanya mengenakan kain yang menutupi dada sampai pahanya saja. Perempuan itu di kaget kan dengan adanya pria bertubuh kekar mengambang di permukaan. Sebut saja dia Mawar, manusia penghuni hutan bersama ayahnya.

Mawar pun loncat ke sungai untuk menyelamatkan pria itu. Tapi kain yang menutupi tubuh Mawar malah terlepas dan hanyut terbawa arus yang cukup deras. Mawar kini bingung sekali. Apa yang harus dia lakukan. Jika mengejar kain itu, maka pria itu pasti akan semakin jauh hanyut terbawa arus.

Tak memikirkan dirinya akan bagaimana. Yang penting pria itu selamat. Mawar berenang di antara bebatuan besar untuk bisa menyelamatkan pria itu. Untungnya pria itu masih hidup.

Mawar memberi nafas buatan untuk pria itu agar dirinya sadar. "Tampan juga pria ini," batin Mawar. Melihat jari kanan pria itu mulai bergerak, Mawar langsung terburu-buru mengambil kain lain untuk menutupi dirinya.

"Untung, keranjang cucian ku, tidak hanyut terbawa arus," Mawar meletakan keranjangnya di tepi sungai.

Mawar menepuk-nepuk pipi pria itu namun masih juga tidak ada respon sama sekali dari nya. Mawar sudah menekan dada pria itu tapi airnya tidak mau keluar. Tak ada cara lain, Mawar harus mengusur pria itu sampai ke rumahnya. Iya harus.

Di tenggah-tenggah perjalanan Mawar merasa kelelahan. Seluruh badannya pegal-pegal. Kini badanya serasa akan remuk. "Pria ini kenapa--' be---rat sekali----- dia makan apa sih kenapa berat sekali."

"Akh akhirnya sampai juga," di depan rumah kecil terbuat dari bambu itu terdapat ada tanaman bunga-bunga kecil yang bermekaran.

Seorang pria tua datang dari arah berlawan dengan membawa singkong di tangannya. "Siapa dia Mawar?"

Mawar kaget. "Eh Ayah. Ayah habis dari kebun?" Tanya Mawar basa-basi tanpa menjawab pertanyaan ayah nya.

"Kau lihat ayah bawa singkong kan?" Mawar mengangguk.

Sebut saja Ijan ayahnya Mawar. Mereka tinggal berdua di tenggah hutan. Istrinya Ijan meninggal karena di gigit ular saat Mawar masih dalam kandungan. Untung saja Mawar tidak terkena racun itu, hanya saja Mawar di lahirkan dengan cara membelah perut ibunya. Kini Mawar tumbuh menjadi perempuan cantik. Tapi Ijan membawa Mawat semakin jauh karena ia takut putrinya akan di nikahkan dengan pria kaya raya yang seumuran dengan Ijan.

Mawar mengatakan segalanya pada Ijan. Lalu Ijan pun membawakan obat-obatan dari tumbuhan untuk mengobati luka pria itu.

Sudah satu minggu berlalu. Pria itu belum juga sadarkan diri. Lukanya memang cukup parah. Tapi sudah mulai mengering. Persediaan makanan semakin tipis. Lalu Mawar berniat untuk mencari buah-buahan ke area dekat rumahnya.

Sudah lebih dari 7 putaran belum juga ada buah-buahan yang bisa di makan. Mawar sudah kelelahan sekali. Ia berniat mencari sungai untuk minum. Tapi Mawar malah di kaget kan dengan ular raksasa yang memenuhi permukaan sungai. Mawar yang takut akan ular pun segela pergi dari sana tanpa menghiraukan kemana arah yang akan ia tempuh. Tanpa ia sadari ekor ular itu ada di dekatnya membuat Mawar semakin frustasi dan menjerit-jerit. Mawar berhasil melarikan diri hingga ia sampai di sebuah kebun pisang. Entah siapa pemiliknya yang jelas pisang-pisang itu sudah sangat matang.

Mawar dari tadi celingukan mencari siapa pemilik dari semua buah itu tapi tidak ada. Namun di saat Mawar sudah mengambil pisang itu segerombolan Monyet menyerangnya.

"Tidak!!! Mereka pasti pemiliknya. Ku mohon jangan serang aku. Maafkan aku telah mencuri makanan kalian. Aku mohon maafkan aku!"

Para monyet terdiam saling lihat. "Baiklah kami akan mengikhlaskan pisang itu untukmu. Lain kali kalau ingin harus bilang terlebih dahulu."

"I---iya. Maafkan aku Raja monyet. Aku hanya kelaparan."

"Iya sana pegi cepat! Sebelum ular raksasa melintas. Akan butuh waktu satu hari untuk menunggunya melintas!"

Dengan segera Mawar berlari dengan keranjang berisi pisang di punggungnya. Tapi kepala ular raksasa itu sudah terlihat. Maka dia juga akan melihat Mawar pasti Mawar akan di bunuh olehnya. Entah berapa banyak manusia yang telah ular itu makan. Berarti Mawar sudah terlalu jauh berjalan dari rumahnya.

"Bagaimana ini. Ular itu pasti melihatku." Batin Mawar semakin gelisah. Tak ada cara lain ia harus mengumlat. Tapi Mawar takut Ular itu malah melilit tempat persembunyian nya.

Sebentar lagi malam. Tapi Mawar belum juga pulang. Ijan semakin khawatir dengan anak gadis nya itu. Apalagi di hutan ini bukan hanya mereka yang menghuninya melainkan ada mahluk lain tapi bukan hewan.

"Darah suci." Kata pria berjubah hitam dengan taring yang sangat tajam. Hidungnya terus mencium bau yang mereka rasakan.

"Cepatlah kita harus cari Pangerand Bright sebelum kita yang akan di bunuh olehnya." Balas pria berjubah hitam bermata merah.

Mawar semakin bingung akan keberadaannya. Dari tadi dirinya sudah berjalan namun kembali lagi kesini terus menerus. Siang semakin habis sebentar lagi malam akan tiba. Tapi Mawar belum sampai ke rumahnya. Pasti orang rumah sudah menunggu kedatangannya.

"Ayah aku takut." Gelap gulita sepanjang jalan yang Mawar lewati. Tidak ada cahaya sama sekali. Hingga akhirnya Mawar sampai di rumah setelah berkali-kali berputar-putar di jalan yang sama.

"Ayah aku pulang." Begitu senangnya Ijan melihat kembali senyuman manis putrinya.

Ijan langsung memeluk Mawar. "Kenapa kamu baru pulang larut malam beginu? Ayah khawatir. Bagaimana kalau ada yang menyakitimu?"

"Eh ayah bagaimaba keadaan pria itu? Apakah dia sudah sadar?"

Bukannya menanyakan kabar Ijan. Mawar malah mementingkan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. "Dia sadar tadi pagi. Sepertinya pria itu hilang ingatan kayaknya."

"Oh benarkah? Aku ingin melihatnya." Mawar meletakan keranjangnya di kursi dan terburu-buru masuk ke kamar yang ia tempati. Saat baru akan melangkahkan kaki masuk ke kamar. Mata pria itu bercahaya.

"Siapa disana?" Indra penciuman pria itu begitu tajam. Dan lebih tepatnya menyadari kehadiran Mawar.

-Bagaimana ini? Kenapa dia sungguh menyeramkan. Batin Mawar. "A---aku a--akan membawakan makanan untukmu!"

Mawar menyiapkan air putih dan satu sisir pisang lalu membawanya ke kamarnya. "I--ini makanannya." Menunduk adalah cara terbaik Mawar saat dirinya ketakutan.

"Sini duduk."

Mawar menyodorkan makanan di tangannya. "Makanlah. Kau baru saja sembuh."

"Tidak usah ketakutan seperti itu. Aku bukan monster."

"Cepat makan! Lalu tidurlah. Ini sudah malam!" Pungkas Ijan di balik pintu. "Kau sudah sadar. Jangan apa-apakan putriku. Kalau tidak kau akan ku bunuh!"

"Iya Ayah. Aku akan tidur di kursi panjang."

-Makanan apa ini? Apa aku akan menyukainya? Tidak mungkin. Aku selama ini hanya makan sebulan sekali. Lagi pula saat lapar saja. Tapi kali ini aku ingin darah segar. Batin Pria itu. "Aku dimana? Apa kalian orang jahat?"

"Kau ada di rumahku di tenggah hutan. Hm kalau boleh tahu siapa namamu?"

-Tidak mungkin aku mengatakan nama asliku lebih baik aku pura-pura hilang ingatan saja. Batin pria itu. "Aku tidak tahu aku siapa dan asalnya dari mana."

"Rupanya kau hilang ingatan?"

"Mungkin. Dan kau siapa? Apa yang tadi itu suamimu?"

"Bukan. Aku Mawar. Yang tadi itu ayahku mana mungkin aku sudah punya suami. Punya teman saja tidak. Jadi mana mungkin."

"Aku makan ya makanan yang kau bawa." Pria itu tidak menyukai makanan yang di bawa oleh Mawar. Di malam hari saat semuanya sudah tertidur pulas pria itu mengendap-ngendap keluar untuk mencari hewan.

Meski tubuh pria itu lemas tapi saat berburu hewan ia seperti singa kelaparan. "Aku merasakan ada bangsa ku di sekitar sini."

"Aku harus segera pergi dari sini. Tidak apalah aku hanya mendapatkan kelinci kecil ini." Batin pria itu. Sesamlainya di rumah bukan malah tidur. Pria itu malah memandangi wajah Mawar yang sangat cantik walau sedang tertidur.

"Kau sangat cantik. Tapi sayang kau manusia." Tanpa disadari malam akan segera berganti menjadi pagi. Selama itu pria yang tidak tahu asal ulusnya memandangi wajah Mawar.

Mawar bangun di waktu seperti biasanya. Ia kaget sosok pria itu ada di dekatnya. Pria itu berpura-pura tidur saja.

"Mawar!!! Ayo ikut ayah ke ladang menjenguk jagung kita!"

"Iya ayah aku akan mandi dulu tunggu!" Mawar berdiri namun tangannya di tahan oleh pria itu. "Aku ingin mandi. Lepaskan tanganku."

"Kau mau mandi dimana? Aku juga ingin mandi."

"Tidak. Kau masih sakit. Diam saj--- eh suara kelinci?" Ternyata kelinci yang semalam pria itu bawa malah masuk ke dalam rumah panggung itu.

Mawar mengendong kelinci itu. "Gemes banget."

"Kau suka?"

"Tentu. Aku sangat ingin memelihara kelinci. Sejak kusim kemarau melanda hutan ini hewan-hewan kelaparan dan hampir punah."

Kini Bright tahu nama perempuan yang sering ia perhatikan dari jauh. Hingga ia tinggal serumah dengannya hanya saja beda kasur. Apakah Bright akan jatuh cinta pada Mawar? Atau mereka justru akan bermusuhan karena mereka beda mahluk? Apakah mereka akan saling mencintai?

avataravatar
Next chapter