1 Adidas Biru Laut

Hari itu, kunanti dia di pintu kedatangan pertama, di sudut tersembunyi sebelah kiri. Terhalangi oleh barisan troli karena tubuhku yang bisa dibilang cukup mini.

Senja merona di pelupuk langit, membiaskan cahaya yang mampu membuat setiap mata yang memandangnya mengerjap, setiap detak jantung berderap.. Begitu indah hari ini, tidak seperti biasa; pikirku dalam hati.

Segala hiruk pikuk, desing suara pesawat lepas landas dan mendarat, panggilan penerbangan.. ah rasanya tak tampak olehku. Semua terasa kabur.

Aku sudah berdiri lengkap dengan dress cantik panjang berwarna kuning milikku, model terbaru dari desainer baju favoritku. Yah, ini sudah kubeli 3 bulan lalu, (ya ampun, aku keliling mall tak terhitung jumlahnya plusss aku juga menabung sekian lama untuk ini). Oh iya, aku juga sudah berdandan ala ala, meskipun hanya mampu memoles lipstick pink fuschia gemas apa adanya, perona pipi yang aku rasa sedikit terlalu tebal, dan eyeliner yang menurutku tidak simetris sebelah.. yang penting aku sudah mencoba yang terbaik, bukan?

Hanya demi menunggu waktu untuk bertemu denganmu —hari ini.

Dag dig dug..

Debar jantungku pun seperti sudah seirama dengan mereka yang pontang panting berlari mengejar penerbangan karena takut ketinggalan; bedanya sih kalau aku mengejar cintamu..hehehe. Eh, tapi.. mungkin gak sih kalau aku juga tertinggal? Mungkin banget lah, tolol!

Bahkan, sebelum beradu dengan mata indahmu, membayangkannya saja aku pun tak mampu. Kapan terakhir kalinya aku mampu? Oh iya, hampir tidak pernah. Dasar manusia lemah!

Aku hanya bisa menunduk, menunduk, menunduk...

Sepuluh menit.. dua puluh menit..

Tik.. tok..

Waktu kian berlalu, sampai tiba-tiba aku temukan sepasang Adidas biru laut kesayanganmu.

DIA DATANG!

Oh iya, hari ini aku tidak sendiri menjemputnya; aku bawa pasukan satu kampung a.k.a keluargaku. Aku ajak mamah, adik-adik kandungku, eyang ti, tante...hihi. Yah, mau tidak mau harus pakai mobil 8-seaters. Untung saja ada yang bisa dipakai.

Aku benar-benar berharap kamu bisa disambut seperti kamu sedang pulang ke rumah.. maunya sih bawa bunga besar atau banner nama supaya lebih dramatis, tapi nanti takut kamu malah ilfeel atau anggap aku norak hiks. Atau malah aku yang gak akan sanggup saking saltingnya? Ah sudahlah..

Akhirnya aku bawa balon aluminium foil berinisialkan namamu, A.

Aku benar-benar berharap, suatu hari nanti aku akan menjadi tujuanmu, alasanmu, keinginanmu, untuk pulang.

Dua tahun.

Ya, di hampir dua puluh empat bulan lamanya aku tak bertemu denganmu.

Dimulai dari kelulusan SMA, kita memilih masa depan yang berbeda. Kamu dan cita-citamu untuk menjadi insinyur, dan aku dengan cita-citaku untuk menjadi istri insinyur.. ehehe gak ding. Aku saat ini sedang menggeluti dunia bahasa. Sastra. Kata. Seni. Hati. Jangan tanya kenapa, karena yah waktu itu aku tidak bisa masuk ke jurusan yang benar-benar kuinginkan. Jadi bisa dibilang ini pilihan kedua. Sesederhana itu sebenarnya.

Jujur, hal pertama yang kurasakan adalah rasa takut.

Apakah aku akan bertemu dengan pria yang sama?

Apakah kamu masih memiliki rasa yang sama?

Apakah kamu.. pernah merasakan sedikitpun penyesalan karena bersamaku?

Apakah kepulangan kali ini memang karena rindu yang selalu kau ucapkan sebelum malam beradu, ataukah karena tak tega membiarkanku?

Ah, selalu aku yang terlalu banyak berimajinasi..

"Dek, Mas pulang.."

Tiga kata darimu sontak membuyarkan lamunanku.

avataravatar
Next chapter